"SAYA BILANG APA?!! YG BENER KALO NYUCI PIRING, MASA GITU DOANG GAK BECUS!, NYESEL SAYA SERUMAH SAMA KAMU!!"
Dia sama sekali tak peduli. Darah segar mengucur tak henti-hentinya dari telapak tanganku yg tergores pecahan gelas kaca.
Biasa. Sudah biasa aku mendengar hal-hal seperti ini. Omelan yg lebih tepat disebut Bentakan. Sudah cukup lama sejak bunda dipanggil tuhan, dan suasana terasa masih sangat berduka.
Tanpa rasa berbelasungkawa, orang yang mengaku sebagai 'Mama' baru-ku datang ke rumah ini. Merenggut posisi Bunda sekenanya. Dan membawa derita untukku juga mengambil sosok Ayah yg kurindukan dulu.
Ayah berubah. Hanya aku yg menyadarinya, karena hanya aku anak kandung keluarga ini. Ayah bukan lagi sosok yg dulu. Tak ada lagi dongeng sebelum tidur, ucapan selamat pagi, ataupun kecupan selamat malam. Kalaupun ada itu akan menjadi asing bagiku yg sudah terbiasa dg keadaan sepi selama kurang lebih setahun lamanya.
Semenjak Ayah menikah lagi, pekerjaan rumah spt menyapu dan mencuci sudah menjadi kegiatanku sehari-hari. Kadang aku bisa lega jika Ayah pulang kerumah. Tapi itu sangat jarang terjadi, Ayah sgt sibuk karena dinas luar negerinya.
Iya, Ayahku sama sekali tidak tau perbuatan mama. Arghh... untuk apa aku menyebutnya mama? Dia bahkan tak menganggap ku sebagai anaknya, melainkan pembantunya.
Ayah hanya tahu bahwa istrinya yang mengerjakan semua pekerjaan rumah dan membiarkan aku belajar saja. Tapi pada kenyataannya TDK spt itu. Kenapa aku tidak memberi tahu hal ini kpd ayah ataupun kak Heeseung?
Simple. Aku tidak ingin mengecewakan ayah dengan mengatakan bahwa istrinya atau ibu tiri ku telah menyiksaku selama ini, menjadikanku layaknya seorang babu. Karena aku tahu betapa Ayah mencintai wanita jahat ini.
Sementara kak Heeseung, Dia sedang sibuk mempersiapkan sidang akhirnya. Sehingga jarang dirumah dan tdk tahu keadaan ku. apa yg aku hadapi sesungguhnya. Rasanya tidak pantas menganggu pikiran Abang tiriku dg menceritakan masalah ini dengannya.
Kita jg blm terlalu dekat utk dikatakan sebagai saudara. karena setelah pindahan-pun dia langsung pergi lagi untuk KKN jadi jarang ada waktu utk kami berinteraksi. Lagi-lagi aku simpan sendiri seperti sekarang, tidak ada tempat untuk mengadu atau sekedar cerita ke siapa. Teman jg tidak ada yg benar2 peduli.
unconscious, It's just kills me slowly inside...
***
Malam seperti malam-malam sebelumnya. Tadi sore matahari pamit untuk bertukar shift dg bulan. Dia tdk tahu bahwa satu-satunya waktu tenang ku, kini telah berubah.
Dimalam gelap seperti ini biasanya terbersit di pikiran Nana, apa salah yang telah ia perbuat?, sehingga pantas menghadapi ini semua. Nana gatau salahnya apa. Tapi diperlakukan kek gini terus2an bikin gadis itu gatahan juga. Rasanya mau end aja, mau nyerah sm keadaan dan hidup dlm bayang bunda.
Tanpa sadar air matanya menetes. Nana kgn bunda. Bunda yg selalu penuh sayang. Bunda yg selalu perlakukan dia dg baik. Bukan mama mcm ini yg kasar dan suka memerintah. Nana kan jg butuh waktu sendiri bahkan skrg ia di kls12 yg mana harusnya sibuk belajar dibanding sibuk beresin rumah dan layanin mama laknatnya itu.
🦌🦌🦌
Sore itu angin berembus kencang. Jam menunjukkan pukul 3 sore, sudah waktunya Nana pulang. Gadis itu membereskan buku-bukunya lalu segera meninggalkan kelas. Suasana lingkungan sekolah juga sudah sepi. Hanya ada beberapa siswa yang terlihat sedang menunggu jemputannya. Nana tersenyum tipis.
Semenjak Ibu pergi, tidak ada lagi yang menjemput dan mengantarnya sekolah. Bus adalah satu2nya transportasi yang bisa ia gunakan, karena termasuk cepat dan murah. Sekarang segala masalah biaya transportasi ia pikirkan, tidak seperti dulu. Yahh.. hitung-hitung latihan untuk hidup sendiri nantinya. Karena demi apapun, ia tidak sanggup untuk hidup bersama Mama tirinya itu untuk waktu yang lebih lama lagi.
