Coretan cat minyak yang dioleskan oleh sebuah kuas kecil terlihat dengan jelas pada sebuah kanvas. Dikamar dengan cahaya yang remang-remang saat itu hanya terdapat beberapa lukisan kanvas didalamnya. Bebauan cat minyak dan cat lainnya melebur menjadi satu pada ruangan tersebut. Beberapa belas palet dengan berbagai pigment warna menghiasi palet itu.
Seorang pemuda berambut coklat sibuk menggoreskan guratan warna pada kanvas yang ada didepannya. Ia tidak peduli berapa belas kuas dengan berbagai ukuran yang ia gunakan untuk menyelesaikan karya tersebut. Ia mulai bermain dengan warna Monochrome hitam-keabuan-putih dengan ganas, menimpa beberapa warna merah, oren dan coklat yang telah terpotret di kanvas tersebut. Seakan melukiskan sebuah lukisan abstrak yang tampak agak mengerikan.
Setelah beberapa jam ia berkutat, akhirnya ia berhenti. Kilatan hitam memandang lukisan tersebut dengan pandangan yang kosong, tidak bergeming meski satu inci sekalipun. Setelah tubuhnya tengah berkuasa dari alam bawah sadarnya, ia menyentuh kanvas tersebut dengan telapak tangannya, mendekatkan tubuhnya pada kanvas tersebut lalu menutup matanya sambil tersenyum sedih.
***
Pemuda dengan helaian rambut hitam tengah berjalan mengelilingi kota. Ia menggunakan seram tentara angkatan laut dengan warna dominan biru tua yang di padu padankan dengan warna hitam dan keemasan. Coat panjang berwarna hitam yang menggantung di pundaknya menjuntai hingga sekitar lutut kakinya. Celana berwarna biru tua terpasang dengan boots panjang berwarna hitam. Dipakaiannya terdapat beberapa lencana berwarna keemasan.
Angin musim gugur pada saat itu tampak sangat tidak bersahabat, mendekati musim dingin suhu udara pun mulai menurun. Kilatan hazel kini memandang kearah pusat kota, tak jauh dari sana terdapat sebuah danau. Danau yang cukup nyaman untuk dijadikan tempat untuk beristirahat.
Saat ia menghampiri tepi danau tersebut, pandangan matanya melirik kearah seorang pemuda yang sedang terduduk dengan tangannya yang sibuk mengambar dibeberapa helai kertas. Pemuda tersebut menggunakan sweter berwarna broken white dan celana dengan warna aqua. Ascot tie berwarna hitam terlilit dengan sempurna di lehernya yang pucat. Tertarik dengan apa yang pemuda itu gambar, akhirnya pemuda berambut hitam itu pun menghampirinya.
"Kau sedang menggambar apa?"
Kaget dengan pertanyaan mendadak dibelakangnya, pemuda berambut coklat kini menengok kebelakang. Kilatan hazel dan hitam kini melebur menjadi satu.
"Ada keperluan apa sampai seorang Admiral menghampiriku kemari?" tanya pemuda tersebut dengan raut wajah tanpa ekspresi.
Mata sang Admiral masih memandang kilatan hitam yang berada dihadapannya "Berkeliling melihat keadaan kota dan memutuskan untuk beristirahat di tepi danau, sampai aku menemukanmu yang sedang menggambar disini. Sekarang, jawab pertanyaanku, apa yang sedang kau gambar?"
Pemuda berambut coklat itu tidak langsung menjawab pertanyaan sang Admiral, ia melihat kearah sketsanya sebentar. "Bagaimana bila kukatakan aku sedang menggambar kematian, akankah kau percaya?" katanya dengan ekspresi yang sama sambil menggoreskan kembali pinsil diatas sketsa tersebut.
Sang Admiral mengangkat alis matanya, tertarik dengan perkataan pemuda yang baru ia temui. Tanpa berkata lebih jauh, Pemuda berambut hitam itu langsung duduk disamping Pemuda berambut coklat tersebut.
"Kau tidak takut?" Tanya sang Admiral.
"Takut untuk apa?"
"Takut dengan keberadaanku?"
Pemuda berambut coklat tertawa datar. "Aku lebih takut pada diriku sendiri."
Lagi-lagi sang Admiral terkejut mendapati jawaban tidak terduga dari pemuda yang berada di hadapannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pittore • TAEKOOK
Fanfiction"Kau sedang menggambar apa?" "Ada keperluan apa sampai seorang Admiral menghampiriku kemari?" tanya pemuda tersebut dengan raut wajah tanpa ekspresi. Mata sang Admiral masih memandang kilatan hitam yang berada dihadapannya "Berkeliling melihat keada...