Regalo De Memoria

3 1 0
                                    

Wangi jalan yang basah karena hujan adalah favoritenya. Entah sejak kapan wangi ini selalu menemani kesepiannya. Merindukan dekapan hangat dari orang terkasih yang dilabeli orang tua hanya menjadi angan semata sampai waktu menghanguskan ribuan malam dekapan dan usapan hangat di masa kecilnya hanya akan tetap menjadi memori semata. Bahkan hujan sering kali mengejeknya. Ya, dia Park Chaeyeong atau yang dikenal dengan Elena Park, seorang gadis yang selau tertawa dan tersenyum di atas lukanya.
"Anyeong! Kau dimana teman ku yang pabbo? Memberikan salam dengan menampilkan deretan gigi putihnya yang bersih tentunya dengan bonus senyum merekah yang tidak pernah Lelah. Umpatan balik dari seberang telepon menggelegar "hyaakk dasar yeoja jadi-jadian kemari kau! aku sudah menunggu mu selama 1 jam di halaman fakultas mu". Yeoja yang dikatakan jadi-jadian ini malah tertawa mendengar jawaban temannya. "Aku Elena Park wanita tercantik penghuni University of Oxford. Membuat setiap hari ada sampai lima lelaki yang patah hati" menjelaskan dengan mimik wajah dan nada sombongnya, namun memang benar adanya.
"Dasar sombong, awas kau kena karma palanya nona sombong, cepat kesini! aku sudah sangat lapar". Merenggut mencabik-cabik hanphone yang digenggamnya.
"Ne ne, berhenti marah-marah aku sudah berada di belakang mu nona galak nan jelek" gadis yang dikatakan galak lalu membalikan badannya.
"kajja aku sudah sangat lapar, kau mengatakan jam 12 siang kelas mu sudah selesai, tapi apa! aku bahkan menunggu mu salema 1 jam, dan kau baru memberi ku kabar. Perut ku sudah meraung-raung asal kau tahu" sambil berjalan menyemprot chaeyeong tanpa henti.
Chaeyeong tidak ingin menambah kekesalan sahabatnya jadi dia membuat mimik wajah sesedih mungkin "meanhae ema-a, aku juga sangat kesal dengan professor yang botak itu tapi sayangnya sangat aku hormati karna terus memberikan ku uang tambahan dengan menjadi asistennya selama beberapa mata kuliah, hummm hummm" mangguk-mangguk memberikan puppy eyes terbaiknya berharap sahabatnya tidak marah lagi. "haahh ya sudah kajja kita segera menyantap makanan enak" mengalah dan melanjutkan perjalanan dengan hikmat.
Mereka berdua adalah dua gadis yang layaknya anjing dan kucing tetapi memiliki hubungan layaknya saudara sedarah walaupun kenyataannya mereka sama sekali tidak memiliki ikatan darah. Lee hyeri, anak dari sopir ayah park chaeyeong yang ikut di transfer ke London untuk menemani park chaeyeong melanjutkan Pendidikan nya di London. Ayah Lee Hyeri tidak bisa berbuat banyak ketika anaknya diminta untuk menemani nona mudanya ke London. Dia mempunyai tiga tanggungan anak di Korea Selatan yang masih harus dinafkahi, jadi ketika anaknya itu diminta untuk menemani nona muda nya ke London, dia langsung meng iyakan, walau pun anaknya kala itu menangis karena takut terpisahkan dengan orang tuanya. Berbeda dengan nona mudanya, kala itu umurnya baru menginjak usia Sembilan tahun, dan sudah harus diasingkan di negeri orang. Tatapan datar dan tanpa protes ketika ayah kandunnya sendiri mendepaknya ke London dengan alasan melanjutkan pendidikannya disana. Namun, seorang anak kecil yang baru berusia Sembilan tahun itu tidak memberikan aksi protes apapun. Protes dianggapnya tidak berguna, dikala kasih sayang memang sudah tidak dirasakannya dari usia lima tahun. Media memang menyebutkan bahwa Park Chaeyeong atau yang dikenal dengan nama Elena Park anak dari pengusaha terkaya dari Korea Selatan sedang menempuh Pendidikan di Kota London. Kenyataannya tidak ada yang tahu bahwa dia di transfer ke negara ini hanya untuk menutupi sesuatu demi tidak turunnya harga saham yang ada. Kebenaran akan terungkap seiring berjalannya waktu.
Chaeyeong menoleh, mengalihkan pandangannya sejenak pada satu-satunya sosok yang dianggapnya menjadi orang yang memberinya banyak cinta dan dianggap sebagai keluarga. Ia tidak berani membayangkan bagaimana sosok di sampingnya ini suatu saat nanti akan meninggalkannya juga. Entah bagaimana waktu yang berat ini akan bisa dia lewati dengan keceriaan yang biasa dia sematkan pada rupa nya yang elok. Sampai memorinya mengantarkan dia pada pertemuan pertama kalinya dengan Lee Hyeri sahabat sekaligus keluarga terbaiknya. Dia bertemu dengan Lee Hyeri di Bandara Internasional Seoul tepat pada saat kebrangkatannya menuju London. Chaeyeong menatap dengan datar anak kecil seumurannya, bagaimana anak itu menangis tidak mau ikut berangkat menemaninya ke London karena tidak ingin terpisah dengan kedua orangtua dan adik-adiknya yang masih kecil kala itu. Pemandangan keluarga kecil yang manis tersaji di depan matanya, dikala sesosok ibu menenangkannya dengan pelukan dan membisikan kata-kata penenang, dan ayah yang mengusap lembut rambutnya dan menghapus jejak air matanya seraya menyemangti bahwa semua akan baik-baik saja. Dan genggaman jemari-jemari kecil menyentuh lembut telapak tangannya memberitahukan bahwa mereka akan baik-baik saja ditinggal oleh kakak perempuannya. Semua itu tidak luput dari pandangan lensa kecil mata park chaeyeong, membuat getaran menyesakan yang dirasakan anak sembilan tahun tanpa tahu harus mengadu pada siapa. Bahkan dihari kebrangkatannya meninggalkan kota kelaharinnya dia tidak ditemani oleh siapapun.
Flashback
"Ayah Ibu aku tidak mau pergi, aku tetap ingin tinggal bersama ayah, ibu dan adik-adik. Aku janji akan menjadi anak yang berbakti dan kakak perempuan yang baik untuk adik-adik ku. Aku juga akan membantu ibu berjualan kue dan membawa nya ke sekolah walupun aku selalu di olok-olok oleh teman-teman ku. Aku tidak akan mengeluh lagi, tapi tetap ijinkan aku untuk tinggal dengan kalian. Aku mohon!" Lee Hyeri kecil menangis tersedu-sedu mengalunkan kalimat permohonan kepada orang tuanya.
Mengusap lembut rambut dan menghapus air mata anaknya sopir Ahn memberikan pengertian "Tidak nak, ayah sudah berjanji dengan bos ayah agar kau menemani nona muda untuk bersekolah di London, lagi pula nona muda akan menjadi teman mu, dan kalian bisa bersekolah bersama-sama disana, ayah pastikan anak appa yang manis ini akan mendapatkan Pendidikan yang layak. Appa tahu bahwa hyeri anak yang pintar. Bukankah anak appa ingin menjadi seorang dokter? Appa tidak akan sanggup membiayai Pendidikan hyeri dengan baik, jadi ini kesempatan yang bagus jika hyeri ingin mengejar cita-cita hyeri. Tunjukan pada appa dan eomma kalo hyeri bisa menjadi anak yang berbakti dengan ikut menemani nona muda di London hummm" tetap mendapatkan penolakan dan gelengan kepala dari sang anak.
Seorang ibu yang tidak tega melahat anaknya menangis tersedu-sedu memeluknya erat dan membisikan kata-kata penenang. "Ibu percaya kau anak yang kuat, lihatlah nona muda chaeyeong, bahkan nona muda tidak mengis sedikit pun dikala akan meninggalkan Seoul. Apakah anak ibu tidak kasian melihat nona muda sendirian, bahkan di hari kebrangkatannya dia tidak ditemani siapa pun, dan tidak merengek seperti anak manja ibu ini. Ibu boleh minta tolong pada hyeri untuk menjadi anak yang kuat, yang bisa ibu percayakan juga bisa menjaga nona muda kita yang malang? Ajaibnya kata-kata itu dapat menenangkan hyeri kecil. Hyeri melihat nona mudanya hanya memandang dengan tatapan datar, bahkan tidak ada ekprsesi kesedihan disana, bahwa dia akan meninggalkan negara ini untuk waktu yang tidak ditentukan sampai kapan.
Hyeri merasa tertegun dan kasian dalam sekaligus pada saat melihat ke dalam tatapan nona mudanya, walaupun datar tetapi banyak menyimpan kesedihan. Hyeri kecil tahu akan tatapan itu, karena dia juga sering menyembunyikan kesedihannya agar orang tua nya tidak khawatir atas pem bullyan yang dia alami di sekolah. Pada tatapan pertama itulah takdir dua gadis kecil ini terjalin.
Lee hyeri menghampiri park chaeyeong lalu menggenggam tangan kecil nan dingin itu dan mengatakan "Nona muda maaf jikat aku lancang, mari kita membuat kenangan indah di negeri sana, aku berjanji akan menjadi teman, saudara dan keluarga mu. Aku berjanji akan menjaga mu. Kita pasti bisa melewati semua ini. Ayo kita berpegangan tangan seperti ini sampai kita kembali membawa kebahagiaan pulang ke Seoul" kata-kata penenang yang sudah sangat lama tidak di dengar oleh gadis manis bernama park chaeyeong.
Maka yang dilakukan oleh park chaeyeong ketika ada tangan tulus nan hangat yang menggenggam tangan nya yang dingin yaitu mempertahankan genggaman itu. Untuk pertama kali setelah empat tahun berlalu lengkungan manis yang menghias wajah park chaeyeong terbit kembali dan sebuah janji tulus terikat diantara dua anak yang berumur Sembilan tahun ini. "hmm jangan pernah lepaskan genggaman tangan mu ini, karena aku butuh seseorang di samping ku. Aku harap kau bersedia menjadi teman dan saudara ku seperti katamu. Aku Park Chaeyeong, tolong jangan panggil aku dengan nona muda! karena saat ini kau adalah teman dan saudara ku" membalas dengan senyuman yang sangat manis.
"Baiklah, aku juga akan memperkenalkan diri dengan baik sebagai seorang teman, nama ku Lee Hyeri dan berjanji dalam keadaan apapun akan tetap berada di samping Park Chaeyeong". Kedua anak kecil itu tertawa bersama dan berpamitan untuk kebrangkatannya menuju London kehapadan orang tua Lee Hyeri dan adik-adiknya. Hal ini tentu menimbulkan rasa haru bagi kedua orang tua lee hyeri yang hanya bertatus sebagai sopir dari ayah nona muda, tetapi mendapatkan kebaikan nona mudanya dengan memeluknya sebelum kebrangkatan mereka berdua.
Flashback Off
"Sudah berapa tahun chae? Perempuan yang mengajukan pertanyaan ini menghentikan laju kakinya tatkala mendengar sosok yang ditanya malah tertawa terbahak-bahak. "apanya yang lucu hah? Kau tertawa seperti pertanyaan ku adalah lelucon paling terlucu yang pernah kau dengar" sambal menampilakan ekpresi cemberut karena pertanyaannya dijawab dengan tawa yang menggelegar dari sosok sahabat yang paling disayangi nya.
"Bagaimana aku tidak tertawa, kau yang paling tau hye sudah berapa kali langit berganti siang dan malam, dan semuanya masih tetap sama. Kita masih menginjak tanah yang sama dan menatap langit yang sama" gadis yang bernama caheyeong mencondongkan badannya ke arah telinga sahabatnya dan membisikan kalimat "Tapi aku tidak pernah sedih, asalkan kau selalu ada di samping ku, menemani sosok yang menyedihkan ini melewati siang dan malam di negeri orang" selepas membisikan kalimat itu chaeyeong berjalan mendahului dengan tawa nya yang menggelegar lagi. Berbeda dengan sosok sahabat yang mendengar bisikan orang yang disayangi nya, terdiam mematung dengan air mata yang siap tumpah. Namun, dia berusaha meredam semua nelangsa yang menyeruak ke permukaan setelah mendengar kata-kata sahabatnya chaeyeong dari tempat yang sudah beberapa langkah di depan.
"Hai gadis jelek kenapa kau malah melankolis, ayolah kita bahkan sudah melewati nya selama 15 tahun, dan kita masih bisa menjalani hidup dengan bahagia disini, apa yang aku katakan tadi benar-bener serius, aku tidak butuh apapun lagi, hanya kau seorang lee hyeri. Kita bahkan hidup sangat bahagia disini. Lets go, hari ini kita harus bersenang-senang!" Chaeyeong berlari sambal menari menikmati music yang mengalun di telinganya. Mendengar hal itu membuat lee hyeri sahabat terbaik park chaeyeong merapaklkan kalimat bahwa dia bersumpah sebelum sahabatnya aahh lebih tepatnya saudara tak sedarahnya menemukan kebahagiaan sejatinya maka dia tidak akan pernah mengikat janji suci di hadapan tuhannya. "hmmm kaja, mari kita berfoya-foya menikmati uang gaji kita bulan ini, membeli makanan enak, dan tentunya mencarikan diri mu seorang namja hahahaha"
Mendengar hal tersebut chaeyeong berhenti menari, mendelik ke arah sehabatnya dan siap menghujani sahabatnya dengan pukulan cinta yang bertubi-tubi. "yaakkkk habislah kau sahabat dakjak" hyeri tidak sempat mengambil ancang-ancang kabur, tapi chaeyeong sudah berada di depannya dengan tangan mengepal. "aw aw aw yaaa, Elena Park hentikan! Kau tau pukulan mu yang paling menyakitkan bodoh! "Rasakan ini hah rasakan pukulan dahyat ku Ema Lee, sudah mengolok ku tentang mencarikan namja, kau kira aku tidak laku haahh, yaaa ditambah kau mengatakan aku bodoh" selesai memukul hyeri, dengan sikap kekanak-kanakannya kembali. "siapa yang tidak mengenal Elena Park di kampus kita, semua bertekuk lutut ingin menjadi pacar ku, tapi sayangnya mereka tidak ada yang menarik hahaha" tertawa dengan sombongnya. "yaakkk dasar yeoja sombong dan pemilih, ingat umur mu sebentar lagi menginjak 25 tahun. Dan selama 25 tahun kau melajang, MELAJANG" menekankan kata melajang di telinga chaeyeong, setelah mengatakan itu hyeri lalu lari terbirit-birit karena sudah dipastikan sahabatnya siap memuntahkan banyak pukulan di kepala nya yang katanya cantik ini.
"Hyaaa jangan mentang-mentang kau sudah memiliki kekasih kau bisa seenak jidatnya mengejek ku Ema Lee" berteriak dengan laju nafas yang memburu karena kemurkaan sudah menaiki batas akibat ejekan sahabatnya mengenai kekasih.
Lelah akibat saling mengejek, disinilah mereka berdua menyantap ramen kesukaannya di Family Mart dekat kampus. "waahhh ini perpaduan yang sangat enak, ramen memang tidak pernah salah. Selalu nikmat, apalagi ditemani dengan kimchi" berteriak kencang mengabaikan tatapan pelanggan yang lain.
"yaakkk Elena Lee mulut mu itu, apakah tidak bisa tidak berteriak untuk menunjukan kekaguman mu terhadap kenikmatan perpaduan antara reman dan kimchi? Kau tidak lihat semua sorot mata menelanjangi kita!". "Aku tidak peduli tetapan mereka, yang jelas ini sangat nikmat, waahhh sluurrppp" memasukan ramen dengan sendokan besar dan menyeruput kuahnya dengan puas. Hyeri lalu ingat sesuatu di tengah acara menyantap ramennya "kapan kau jadinya ujian tesis? Jangan menundanya hanya karena professor mu terus meminta mu untuk menggantikannya mengajar, walaupun duitnya lumayan, tapi Pendidikan mu juga penting bodoh!" chaeyeong ingin menjawab dengan santai, tetapi mendengar kata bodoh di akhir kalimat membuat matanya merotasi, "hyaakk tidak bisakah kau tidak menambahkan kata bodoh di akhir kalimat mu, membuat ku tidak berlera saja. Buat apa juga aku cepat-cepat mengambil jadwal ujian toh juga tidak ada gunanaya aku menyandang gelar megister sesegera itu. Lagi pula kita akan tetap disini menikmati hari dan bekerja paruh waktu. Pekerjaan ku sebagai asisten dosen juga sangat menyenangkan, uang nya sangat lumayan".
"yaakk park chaeyeong, kalo seperti itu tidak usah mengambil megister kalo pemikiran mu seperti itu, kau tidak ingat janji kita?" hyeri menghela nafas Lelah. "hehehe tapi bohong, aku anak kebanggaan fakultas ku, jadi kalo aku mau ujian besok juga bisa" hyeri merotasikan matanya mendengar jawaban chaeyeong dan siap-siap memukul kepala sahabatnya ini, sebelum tangan itu siap meluncur di kepala chaeyeong, lebih dulu dia berkata menyelesaikan kalimatnya sampai membuat hyeri kali ini tertegun. "hyeri-a, kau tidak usah khawatir, aku akan ujian minggu depan dan mendapatkan nilai nyaris sempurna. Tugas mu hanya menyiapkan pelukan dan senyuman hangat untuk menyambut ku selepas ujian nanti, arachi uri baby" sambal menamilkan senyum menenangkannya sambal mengusap kedua pipi gembil hyeri.
"haahh kalo seperti ini aku tidak akan bisa marah dengan mu" menatap hujan yang dengan lancangnya mulai membasahi bumi. "lalu bagaimana dengan koas mu hye? Apakah lancar? Haahh pertanyaan macam apa itu, jawabannya sudah pasti jelas, uri hyeri adalah mahasiswa kedokteran tercerdas dalam fakultasnya" menampilkan cengiran handalan chaeyeong. "hmm lagi sebentar koas ku selesai, lalu aku bisa mengambil Pendidikan dokter spesialis ku" Chaeyeong mengangguk dengan mantap menanggapi jawaban sahabatnya, lalu termenung kembali memandangi bumi yang mulai basah karena hujan yang semakin deras.

Kedua gadis yang melamun dengan pemikirannya masing-masing ini sangat menikmati nuansa wangi hujan yang membasahi bumi. Sampai tidak menyadari ada sepasang tatapan tajam memperhatikan lekat kedua gadis ini, aahh ralat tatapan itu hanya tertuju pada gadis bar bar yang berteriak mendeklarasikan kesukaannya terhadap perpaduan ramen dan kimchi, tatapan itu sudah terkunci bahkan sedari awal mereka memasuki mini market. Dalam keheningan suasan menatap hujan yang turun ini hyeri mulai merasa ada sepasang mata yang terus memperhatikan sahabatnya. Ketika dia menoleh ke arah kanan sisi chaeyeong, ternyata benar seorang pemuda dengan tatapan datarnya menatap intens ke arah chaeyeong. Meras dipergoki, pemuda itu lalu berdeham kaku dan mengalihkan tatapannya ke depan.
"chae, sepertinya pemuda yang ada di samping kanan kita memperhatikan mu sedari tadi" chaeyeong reflex menoleh ke sisi kanannya untuk melihat pemuda yang dimagsud sahabatnya. Sepertinya dia familiar dengan pemuda itu. Chaeyeong berfikir keras untuk mengingat dimana sekiranya dia pernah bertemu pemuda itu.
"aahhh benar, aku pernah bertabrakan dengan nya di lobby fakultas mu hye" kali ini chayeong mengutarakan kalimatnya dengan sedikit berbisik, takut kalimatnya di dengar oleh tokoh yang sedang mereka bicarakan.
"kenapa kau harus berbisik seperti itu berbicara Elena" hyeri yang dibuat heran dengan sahabat bar-barnya ini. Untuk pertama kalinya dia tidak berbicara dengan penuh semangat yang berkobar. Ada apa dengannya, apakah dia merasa malu dengan laki-laki di sampingnya ini. Dan sepertinya laki-laki itu orang korea sama seperti mereka berdua. Yang lebih menariknya hyeri memorgoki tatapan laki-laki itu seperti tatapan memuja. Ya walaupun wajar melihat laki-laki memberikan tatapan memuja pada sahabatnya ini, tapi hei dia adalah laki-laki korea pertama yang menatap chaeyeong dengan tatapan memuja tetapi malu-malu. Auuww terdengar sangat manis.  Siapakah gerangan laki-laki itu? Sampai membuat seorang Park Chaeyeong yang bar-bar merasa ciut hanya sekedar berbicara mengutarakan pendapatnya tentang laki-laki yang dia tabrak di fakultas kedokteran, sungguh itu adalah hal yang sangat luar biasa. Melihat perangai gadis bar-bar itu selalu bar-bar dan tidak pernah takut akan apapun. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RegaloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang