PART 3

5 2 0
                                    

"Ngantin yuk Zaa!"

Rikza berdiri dengan tangannya menarik tangan kanan Haiza.

"Eh eh.. iyaa Rik pelan-pelan,"

"Hehe maaf habisnya aku lapar si."

Rikza menjawabnya dengan cengengesan, sedangkan Haiza hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tapi kayaknya aku cuma nganterin kamu sampai depan kantin aja Rik."

"Loh loh, kamu gak makan Za?"

"Bukan gitu, tapi aku mau ke mushola dulu sebelum makan, lagian aku juga bawa bekal dari rumah Rik."

"Oo.. eh ngapain ke mushola Za, belum waktunya dzuhuran kan?"

Haiza paham mungkin, di waktu istirahat ini sangat jarang yang menunaikan shalat dhuha apalagi kini ia berada di lingkungan yang heterogen yakni yang muslim dan non muslin bisa ia temukan di sini.

"Aku mau shalat dhuha, kamu mau ikut?"

"Ehmm... nggak dulu deh Zaa, soalnya aku lagi dapet ini," ucap Rikza sembari menggaruk tengkuknya.

"Oo.. gapapa Rik, kapan-kapan kita bareng yaa dhuhanya."

"Haduh gimana ini, gue kan udah lama gak salat. Boro-boro salat wudu aja lupa gerakannya,"

Itulah Rikza. Kalau kalian tanya apa Rikza berhijab? maka jawabannya adalah ya. Tapi kenapa gak shalat? karena Rikza berhijab itu paksaan orang tuanya, kalo enggak bisa-bisa ia gak dikasi uang jajan dan kalo masalah salat kenapa ditinggalkan karena satu alasan. MALAS.

"Bagaimana Rik?"

"Eh iya iya Za, kapan-kapan ya."

Karena gengsi, akhirnya Rikza pun mengiyakan ajakan Haiza.

"Yaudah deh Rikza, lagian kapan-kapan kan bisa taun depan," ucap Rikza dalam hati.

"Rik, maaf ya aku cuma nganter sampe sini."

"Ah iya, gapapa kok Zaa biasa juga sendiri kok, hehe.."

"Aku langsung beli makanan ya Zaa, sudah laper nii," lanjut Rikza sembari mengusap-usap perutnya.

"Iya Rikza, mangga atuh," sahut Haiza menirukan gaya bicara khas Sunda.

Setelah Rikza berlalu, Haiza melihat jam pada pergelangan tangannya. Ada sekitar 20 menitan lagi sebelum bel masuk.

Karena mushola sangat mudah ditemukan, jadi Haiza langsung berjalan menuju mushola yang letaknya tak jauh dari kantin.

"Dimana toilet perempuannya ya?" ucapnya pada dirinya sendiri.

"Samping kanan mushola." terdengar suara bariton menanggapi Haiza.

Ia menoleh ke belakang, dan..

Bruk!

"Astaghfirullah, maaf.." cicit Haiza dengan kepala tertunduk, sekarang ia sungguh malu. Bayangkan saja empat tahun hidup di pesantren yang bertemu dengan lawan jenis saja bisa dihitung jari dan sekarang ia malah bertubrukan. Tak terasa matanya kini sudah memanas, betapa lalainya Haiza menjaga diri.

"Hmm.."

Hanya itu respon yang Haiza dengar, setelahnya ia hanya melihat sepatu laki-laki itu menjauh.

Setelah salat duha, Haiza lantas melipat kembali mukenanya. Samar-samar ia mendengar lantunan ayat suci al-qur'an yang sangat merdu. "MaasyaaAllah.. fasih sekali bacaannya," lirihnya.

Saat Haiza hendak berdiri dan mendekati pembatas antara shaf perempuan dan laki-laki untuk melihat jelas siapa pemilik suara itu, tiba-tiba orang itu menghentikan bacaannya seperti hendak berdiri juga.

"Ya Allah astagfirullah, jangan kepo Haiza," monolognya dalam hati.

Dengan tergesa Haiza pun keluar dan terus melangkah menuju kelas dengan tatapannya ke lantai.

"Huuh huuh.."

Akhirnya Haiza sampai di pintu kelasnya. Ia sedikit menenangkan nafasnya dulu sebelum menuju tempat duduknya.

"Berhenti si berhenti, tapi jangan di tengah jalan juga kali! mau lewat ini elah," cerocos seorang laki-laki dengan suaranya yang cempreng.

"Kamu gak denger ya, oh mungkin telinganya ketutup kerudung jumbo jadi agak tuli," imbuh laki-laki itu.

Haiza yang masih mengatur nafasnya menggeserkan tubuhnya ke samping tanpa menoleh sedikitpun ke pemilik suara. Kalimat terakhir laki-laki itu seolah menjatuhkannya sebagai muslimah. Tapi tak apa, Haiza kan gak tuli,

"Maaf," lirih Haiza saat melihat laki-laki yang barusan menginterupsinya masuk kelas.

KRIIING KRIIING!

Bel masuk berbunyi tepat saat Haiza telah menghabiskan bekalnya. Semua murid kembali ke tempat duduknya masing-masing. Tapi, hanya ada satu bangku yang tak diisi tepat di depan Haiza. Tak ingin dicap terlalu mencampuri urusan orang, Haiza pun memilih diam saja dan memperhatikan ke depan saat guru sudah masuk dan membuka pelajarannya. Toh gurunya juga tidak bertanya.

"Zaa.."

"Zaa.."

"Iih Haiza!" rengek Rikza saat tak ada tanggapan apapun dari pemilik nama yang ia panggil.

"Astagfirullah, tangan aku Rik!"

Haiza mengusap-usap tangannya yang memerah karena cubitan Rikza. Sedikit tapi sakitnya ALLAHU AKBAR.

"Kamu si ngelamun aja dari tadi, padahal aku udah panggil beberapa kali juga."

Rikza mengerucutkan bibirnya kesal.

"Ya maaf, ada apa memangnya Rik?"

"Aku harusnya yang tanya kamu ada apa?"

"JANGAN BILANG KAMU MAU PINDAH GARA-GARA GAK BETAH? I.."

"Ya ampun Rik jangan teriak-teriak,"

"Humpph.. hah,"

"Jangan bekap mulutku juga kali Za, engap tau."

"Siapa suruh teriak-teriak coba,"

"Lagian aku betah kok di sini, kenapa kamu langsung tanya aku gak betah kan baru sehari juga."

"Hiks..hiks.."

Rikza menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

"Eh... eh.. kenapa kok malah nangis,"

"Aduh aku salah tanya yaa.. maaf Rikzaa."

Haiza panik sekaligus bingung mendengar Rikza yang tiba-tiba saja menangis di pelukannya.

Rikza menggeleng.

"Terus kenapa kamu nangis Rikzaaa?"

"Kamu gak bakalan ninggalin aku kan?"

"Cup.. cup.. cup.. nggak kok, insyaaAllah aku di sini sampai lulus" Haiza mengusap-usap punggung teman barunya itu, berharap Rikza akan sedikit tenang.

"A-aku hiiks.. gak punya teman di sini hiiks.."

"Cuma kamu yang mau langsung dekat sama aku Zaa...hiiks,"

"Memangnya kenapa mereka tidak mau berteman sama kamu Riik?"

Haiza menatap lekat wajah sembab itu.

"Ya sudah kalau belum mau cerita gapapa Rik, kamu tenang yaa aku kan sekarang teman kamu,"

"Srrtt.. makasih Zaa."

"Sama-sama," ucap Haiza dengan kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan.

"Di sini sudah sepi Rik, pulang yuuk keburu sore," ajak Haiza.

Ia takut Umanya khawatir kalau pulang kesorean, apalagi sekarang handphonenya mati.

Setelah Rikza menyetujui ajakan Haiza, kini keduanya pun pulang bersama karena ternyata Rikza dan Haiza adalah tetangga. Jadilah sekarang mereka duduk di angkutan umum yang sama.

***

Maaf ya up nya gak nentu hari..

Terimakasih sudah menjadi pembaca setia dari cerita pertamaku yang random ini.

jangan lupa tekan bintangnya, lalu comment yaa..:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

O' Allah Fix My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang