❀ Bab 3 ❀

78 15 2
                                    

Hari-hari berlalu, aku mulai bosan bermain bersama Kupu-Kupu Api

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari berlalu, aku mulai bosan bermain bersama Kupu-Kupu Api. Maka, seperti satwa di Vanam, kulepaskan begitu saja. Membiarkannya bermain dengan bebas di hutan luas ini.

Aku kemudian berjalan mencari hal menarik yang mungkin bakal terjadi.

Aku berjalan mengelilingi Vanam lagi selama beberapa hari sebelum giliran hari di mana Aditya berkuasa akan digantikan oleh salah satu penciptaku.

Selagi menyaksikan teriknya mentari yang kemudian mendatangkan hujan dedaunan kering, aku sengaja berbaring dan membiarkan daun-daun menguburku.

"Ah! Aku nyaris menginjakmu!"

Aku lantas duduk. "Dama?"

Terlihat sosok berambut kuning pucat dengan mata berwarna sama, berdiri dengan kaki terbuka seakan siap bertarung. Rambutnya yang berhiaskan warna jingga pucat membuatnya tampak lebih menawan ditambah kulit berwarna sawo mentah itu.

Dialah Karif, penguasa di musim gugur.

Berbeda dengan Aditya, penciptaku ini memiliki postur yang tinggi dan sedikit lebih kurus.

Apa aku pernah memberitahu kalau usia mereka tidak sampai seabad? Ya, semua Penjaga Hutan ini berusia tujuh puluh tahun sekarang sementara aku masih delapan tahun.

"Sedang apa kau mengubur diri?" Karid serta merta ikut berbaring di atas dedaunan kering lalu terkekeh. "Ternyata enak juga berbaring di sini."

Aku mengiakan. "Dama, beberapa waktu lalu, Aditya memberi Ila mainan berupa Kupu-Kupu Api. Ila senang sekali. Tapi, sekarang sudah bosan."

"Ah, Ila mau mainan baru?" tanya Karif. "Bagaimana kalau Dama kasih peliharaan?"

"Peliharaan?" Aku membayangkan wujudnya bakal tidak beda jauh dengan kelinci bertanduk itu. "Boleh."

Karif pun memutar jemari hingga gerakan tangannya menciptakan pusaran angin yang seketika itu juga memutar dedaunan. Dia rupanya sedang mengumpulkan yang kering seakan hendak menumpuknya menjadi istana daun.

Wuuush!

Saat itulah muncul sebuah angin berembus menghancurkan istana daun karya Karif.

Tapi, Karif hanya tertawa.

Aku merasakan semilir angin mengelus leherku. "Dama, ini peliharaanku?"

Karif mengiakan. "Betul! Panggil saja maka ia akan bermain denganmu!"

Hanya dengan itu, Karif menghilang di balik pusaran dedaunan kering hasil ciptaannya.

Aku pun menamai angin ciptaan Karif tadi dan bermain dengannya selama beberapa minggu.

Hari demi hari berlalu, aku kemudian kembali bosan dan pada akhirnya benar-benar menelantarkan angin itu dan yang kini bebas menjelajahi Vanam yang luas ini.

Itu sering terjadi aku mengeluh lalu penciptau akan membawakan mainan baru untukku, ciptaan mereka langsung. Kemudian aku mainkan hingga benar-benar bosan lalu kembali ke tahap awal. Begitulah yang terjadi hingga musim kembali berganti. Di saat itu pula, aku akan bicara pada penciptaku dan mengeluh lagi.

Apa yang mereka kerjakan selama ini? Mereka adalah penjaga hutan, tapi bukan berarti mereka hanya diam lalu duduk dengan tenang di wilayah masing-masing, bukan?

Aku tidak pernah benar-benar tahu apa yang mereka lakukan selama tidak menampakan diri. Aku kira, suatu saat akan menggantikan mereka nanti dengan beragam kekuatan dari para penciptaku dan menjaga Vanam layaknya pewaris takhta. Nyatanya selama bertahun-tahun tidak banyak yang terjadi. Hanya berkeliling di tempat kelahiranku.

Jika benar aku akan mewarisi kekuatan dan kekuasaan di Vanam, sudah sepantasnya aku dilatih sejak dilahirkan, bukan dimanjakan seperti saat ini. Semakin lama aku terkurung di sini semakin aku merasa seperti beban.

Aku harus bertanya kepada mereka mengapa aku dilahirkan jika ujungnya hanya dijadikan sebagai pajangan.

Aku berhak tahu!

❀❀❀

❀❀❀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Forest's Daughter [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang