The Other Side

1.1K 148 43
                                    

- Ceritanya singkat namun melekat, bukan takdir namun dia hanya sekedar hadir. Ini bukan komitmen namun hanya sekedar momen. -




The Other Side



~ Prolog yang tidak di sengaja. Isi yang menghadirkan banyak kisah dan konflik yang ku paksakan untuk terus bercerita. Serta Epilog yang menyadarkan bahwa kita adalah buku yang berbeda ~

°°••







Tik... Tik... Tik...

Suara rintikan hujan terdengar merdu, langit yang kelabu terlihat mengerikan. Sesekali kilatan dan suara gemuruh terdengar. Cuaca memang sedang tidak bersahabat, apa mau di kata, Manusia tidak bisa mengendalikan alam.

Inui Seishu, atau yang akrab di panggil Inupi berdiri di halte bus. Dia menghembuskan nafas pelan saat menyadari dia tidak membawa payung. Padahal, siaran dan ramalan cuaca menunjukan hujan deras, bahkan berpontensi menjadi badai.

Bukan, dia bukannya tidak tau. Dia lupa, sungguh. Hari ini adalah hari peringatan kematian keluarganya, jadi dia datang ke pemakaman. Karna terburu-buru dia melupakan payungnya.

Seishu sedikit menyesali kebodohannya, dia tidak ingin basah kuyup dan berakhir sakit tentu saja. Hanya memikirkannya saja sangat menyebalkan.

Pemuda yang memiliki luka bakar itu terlihat can-ah, tampan. Senyum bibirnya manis, dan matanya yang tampak sayu namun memikat.

Dia sempurna.

Dia sempurna di mata perempuan, akan banyak gadis yang akan jatuh hati padanya. Namun, para gadis itu tidak akan memiliki peluang. Nyatanya, hatinya sudah milik orang lain. Milik seseorang yang tidak akan pernah melihatnya.

Pedih, perih sudah dia lewati. Tak apa, hatinya sudah cukup kuat. Jangan mengasihaninya, dia akan tampak menyedihkan.

Yang awalnya hanya rintik, kini menjadi hujan yang deras. Seishu duduk di bangku halte, dia menatap genangan air yang mulai terbentuk. Dia menyukai hujan, sangat menyukai hujan di bandingkan dengan api. Dia amat sangat menyukai hujan sampai-sampai dia berharap hujan tidak akan pernah berhenti turun.

Seishu melepasakan high heels nya, dia bisa melihat pergelangan kakinya sedikit memerah. Ini sudah seperti kebiasaan baginya untuk menggunakan high heels, entah sejak kapan, dia tidak lagi ingat.

Drtt... Drtt.. Drtt..

Seishu mengambil ponselnya yang bergetar, dia menatap layar dan sebuah tulisan tertera disana.

Koko is calling..

Seishu menggeser tanda berwarna hijau itu, dan mulai mendekatkan ponselnya ke arah telinganya.

"Hallo, kenapa? Tumben nelfon."

Seishu bisa mendengar suara helaan nafas dari sebrang sana. Sebelum suara yang begitu dia kenal terdengar.

'Kau dimana?'

"Di halte."

'Di halte? Ngapain?'

Seishu menatap air hujan yang jatuh dan memantul, dia tersenyum. "Aku terjebak hujan, dan aku lupa membawa payung. Jadi ya, aku meneduh di halte."

'Mau ku jemput?'

Senyum di bibirnya tampak semakin lembut, "Tak apa, aku akan menunggu bus. Lagi juga, hujannya sangat deras. Aku gak mau pulang basah kuyup."

'Kau yakin? Sepertinya ini hujan yang awet.'

The Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang