Happy reading❤
.
.
.
Gadis yang mempunyai rambut hitam sepunggung itu terlihat sedang menatap keluar jendela yang ada di kamarnya dengan tatapan kosong.Terdengar pintu di ketuk dari luar diiringi dengan sebuah suara yang memanggil nama nya, namun ia tak berniat beranjak untuk sekedar membuka pintu atau bahkan menjawab panggilan itu.
"Bibi masuk ya non". Paham bahwa ia tak akan mendapat jawaban, seseorang yang mengetuk pintu itu masuk.
Seorang wanita paruh baya terlihat mendekat ke arah gadis yang masih asik dengan dunia nya sendiri.
"Bibi taruh di meja ya teh nya"
"Tadi tuan bilang, katanya semua keperluan untuk sekolah non Mega sudah tuan siapkan. Nanti bibi bantu bawa ke sini"
Gadis yang dipanggil Mega itu akhirnya menoleh ke arah bi Iyah, ia lalu menerbitkan sedikit senyuman dan mengangguk kecil.
Bi Iyah lalu keluar dari kamar itu setelah sebelumnya mengelus surai lembut anak majikannya yang sudah ia rawat sejak kecil.
Mega kembali merenung, teringat akan ucapan ayah nya tadi malam bahwa lelaki itu berniat menyekolahkannya ke sekolah swasta yang sama seperti Kirana, sahabatnya.
"Gimana perasaanmu Mega?" Tanya Adhi selaku ayah nya Mega.
"Not much"
"Kalo kamu terus murung kayak gini papah juga ikutan sedih lihatnya. Bisa tolong berhenti mikiran Gata?" Ayah Mega berkata lembut sambil sesekali mengelus rambut anak gadisnya.
"Papah tahu betul gimana Gata buat aku" Mega mengatakan itu dengan mata berkaca-kaca. Ia masih tak sanggup jika mendengar nama cowok itu.
"Papah ngerti. Tapi kamu mau ya masuk sekolah lagi?"
"Papah, aku gak mau. Disekolah gak ada Gata"
"Kamu udah dua tahun homeschooling Mega, kamu juga perlu bersosialisasi"
Mega menghembuskan napas lelah. Lagi-lagi pintu kamar diketuk dan seorang gadis yang masih mengenakan seragam lengkap masuk dan langsung merebahkan diri di atas kasur Mega. Sedangkan sang empunya kasur menatap tak minat ke arah gadis itu.
"Gue udah bilang ribuan kali, cuci kaki lo sebelum naik ke kasur gue" Mega memicingkan matanya kesal ke arah Kirana.
Kirana hanya nyengir-nyengir tidak jelas. "Sorry", ucapnya akhirnya.
Mega tak memperdulikan itu. Ia kembali menatap jendela kamar nya.
"Lo habis dari makam?" Kirana bertanya dan dibalas anggukan oleh Mega.
"Kalo tahu bakal kek gini setiap habis dari makam, lo kenapa tetap pergi sih Meg?" Kirana bertanya tak abis pikir pada sahabatnya itu. Karena setiap kali Mega pergi ke makam Gata, Mega pasti akan merenung seharian di kamar nya sambil menatap ke arah jendela. Berharap ia akan terbangun dari mimpi panjangnya, dan berharap bahwa Gata akan datang dan melambaikan tangan ke arah jendela ini seperti setiap kali ia akan berkunjung.
"Gue kangen dia Kir"
Kirana mendengus, ia lalu mengusap kepala sahabat nya itu tapi tak berapa lama ia menarik pelan rambut Mega. jika dalam keadaan normal seperti biasanya Mega pasti akan memarahinya karena berani-beraninya menyentuh rambutnya yang mirip seperti rambut Lisa blackpink.
"Meg, lo harus lupain Gata yang udah bener-bener jadi Akara". Kirana menatap serius Mega begitu pun sebaliknya.
"Buat gue , Gata buka Akara tapi dia Atma".
~~~
Gata= Telah pergi
Atma=Jiwa
Akara= Bayang
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARALOKA
Romance"Lo harus lupain Gata yang udah bener-bener jadi Akara" -Kirana "Buat gue, Gata bukan Akara tapi dia Atma." Mega "Gue itu cuma Mega yang mempercantik Buana. Tapi gimana kalo Buana gue udah gak ada?" -Mega "Tapi lo punya Amerta" -Tirta