"Masih marah?" Rava bertanya kepada seseorang disebrang telepon sana.
Menghela nafas lelah, Rava memijat keningnya pelan begitu hening menjawab pertanyaannya. Mereka sudah melakukan telepon selama beberapa menit namun semua pertanyaan ataupun ucapan yang Ia lontarkan hanya ditanggapi dengan dehaman oleh lelaki yang berstatus sebagai pacarnya disebrang sana.
Kekanakan sekali!
Andai saja Rava tadi tidak menerima ajakan pulang bersama Yogi, mungkin kini pacar tampannya tidak tengah merajuk seperti perawan. Tapi semua bukan sepenuhnya kesalahan Rava! Jika saja Nakara tidak tiba-tiba membatalkan janji mengantar Rava pulang, Ia mungkin tidak akan pulang dengan Yogi yang notabenenya adalah tetangga berbeda blok karena uang sakunya sudah dihabiskan untuk cilor saat istirahat berlangsung.
"Naka, jawab donk! Kamu masih marah?"
Terdengar decakan kesal dari sebrang sana, "Ya keliatannya?"
"Nggak keliatan. Kita kan lagi telponan, bukan ketemuan." jawab Rava sabar sambil mengelus dada.
"Yaudah ayok ketemuan!"
"Kamu masih marah?" tanya Rava mengulang kembali pertanyaan yang belum direspon oleh lawan bicaranya.
"Iya, kalo Kamu nolak ketemuan."
"Tapi Aku disuruh jagain rumah, Na." ucap Rava beralasan. Bukan alasan semata, sih. Faktanya memang penghuni rumahnya kini telah pergi untuk mengunjungi suatu acara, dan Rava yang memilih untuk tidak ikut karena lelah diberi kepercayaan untuk menjaga rumah.
"Aku juga disuruh Ibu jagain Kamu."
Mendengar celetukan Nakara membuat Rava mendengus jengah, sedangkan pelaku dibalik timbulnya dengusan itu hanya tertawa kecil, "Serius Naka, Aku disuruh jagain Rumah."
"Rumah nggak akan kabur walaupun ditinggalin sama penghuninya, Ravanya." balas Nakara dengan nada geli yang kentara.
Rava menggertakan gigi gemas, "Bukan gitu konsepnya, Naaaaa~"
Gelak tawa timbul dari ranum Nakara begitu Rava merengek tanpa sadar. Bahkan Nakara bisa mendengar samar-samar suara hentakan kaki yang Ia yakini pasti berasal dari pacar cantiknya itu. "Hahaha, gemas banget, sih. Pacarnya siapa?"
"Pacarnya Pangeran Inggris." jawab Rava asal.
"Hahaha, makasih loh. Aku memang seganteng pangeran inggris."
"IHHH PEDE BANGEEET!" gelak tawa terdengar semakin kencang begitu teriakan tak terima dari Rava menyapa gendang telinga Nakara. Meski berkedok kesal begitu, Rava tetap saja tidak bisa menyembunyikan senyumnya yang terbit kala mendengar kekasih hatinya tertawa disebrang sana.
"Yaudah tunggu di rumah, ya. Aku mau beli makanan dulu baru kesana."
"Buat Aku?" tanya Rava excited.
"Bukan, buat kucing Abang Kamu. Katanya baru lahiran? Aku mau jenguk."
"Aku kunci rumah loh, ya." balas Rava dengan nada yang dibuat seakan-akan tengah kesal. "Yah, padahal Aku bawa cinta buat penunggu rumahnya."
Rava mengernyitkan mukanya dengan senyum yang tercetak jelas disana, "Ih apasih, Naka! Cringe banget, nggak akan Aku terima cintanya."
"Apaan? Orang cintanya buat penunggu rumah, bukan buat Kamu. Geer banget sih."
"IHHHHH!"
"Apa jangan-jangan Kamu penunggu rumah yang menyamar jadi si cantik? Kamu makhluk halus kan, Va?"
"NAKAAAAAAA NYEBELIN!"
"Hahaha, canda Rava. Mau dibawain apa?"
"Martabak kacang coklat, ya?"
"Siap Ibu Negara."
"Nggak nawarin buat angkut tukang dagangnya?"
Nakara terkekeh kecil, "Nggak, takut tukang dagangnya suka sama Kamu. Rava kan susuknya kenceng."
Rava berteriak kesal, "PENGEN TAK HIIIH."
Introducing
Ravanya Sabiru Habian
Nakara Ajimana Datara
Haiii
Dalam rangka gabut, gue iseng bikin book jaemren. Masih banyak kekurangannya sih, ya da aku mah apa atuh.Niatnya ini cuma kumpulan cerita ringan nan cringe nya jaemren, tapi ya nggak tau sih
Manusia cuma bisa berencana, tapi [sebagian teks hilang dipatok ayam] alias gue lupa kelanjutannya.
Dah lah bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Ravanya untuk Nakara [Jaemren]
Fanfictionrava dan naka cuma pasangan muda yang dimabuk asmara.