Sebelumnya:
"Helez antar aku kembali ke tempatku berada dan selama perjalanan tolong kamu jelaskan secara rinci yang kutanyakan" pinta Mebius.
***
"Tuan muda Zero, apakah ada sesuatu yang bisa saya bantu untuk membalas kemurahan hati anda?" tanya Ultra itu. "Oh, itu.. Oh ya! Bisa kau antarkan aku menemui Taro?" balas Zero.
Ultra itu memberi hormat. "Saya hanyalah orang rendah tuan, sulit bagi saya mengantarkan anda sampai menemui yang mulia Taro, saya hanya bisa mengantar anda didepan gerbang saja, mohon maafkan hamb-" jelas Ultra itu terpotong Zero yang menariknya lansung.
***
Dalam perjalanan Helez menuntun dan menjaga Mebius sambil menjawab pertanyaannya."Jadi..aku ini seorang Daimyõ yang berhasil menggagalkan invasi dari klan Helstor dan membangun kembali klan 'Semangat Api' ditempat ini?" tanya Mebius.
*Daimyõ, berarti orang yang sangat berpengaruh besar pada suatu wilayah dan mempunyai banyak pengikut.
"Benar tuan!, berkat jasa anda kami sangat hidup makmur, lihat saja disekeliling tuan besar begitu indah dan damai, Tuan besar seperti titisan dari Dewa Matahari!" balas Helez.
"Eh.. Kamu terlalu memuji.." sahut Mebius. "Tidak tuan, itu adalah fakta dan saya sangat bangga dengan itu" ucap Helez. "T-terima kasih ya.." balas Mebius.
"Helez, apa kita sudah cukup dekat dengan tempat tujuan?" tanya Mebius. "Iya tuan, sebentar lagi kita akan sampai disana" jawab Helez.
***
Di wilayah kediaman Taro, Zero masih menarik seorang Ultra tadi. "T-tuan muda hamba mohon ampun tolong sampai disini saja tuan!" pintanya. Zero pun berhenti. "Siapa namamu?" tanya Zero."H-hamba bernama Zvat tuan muda" jawabnya. "Zvat, kau tau cara melalui gerbang ini?" tanya Zero. "T-tidak! Tidak! H-hamba tidak berani!" jawab Zvat yang lansung berlutut depan Zero.
"Aku heran kenapa sih jaman dulu kasta begitu diperhatikan, padahal yang berbeda cuman status?!" kesal Zero. Zvat terdiam dan tampak gemetaran. Zero menghela nafas. "Kau bangunlah" pintanya.
Zvat bangun perlahan. "Ck! Kelamaan!" ucap Zero yang lansung menariknya. "T-tuan?!" kaget Zvat.
Di gerbang, Zero bertemu penjaga disana. "Tuan muda Zero, hamba memberi hormat kalau boleh tahu ada perlu apa tuan datang kemari?" tanyanya. "Aku perlu bertemu dengan Taro, ada hal penting yang perlu kubahas" jawab Zero.
"Maaf tuan, tapi sekarang tuan besar menolak siapa saja untuk bertemu dengannya" ucap Penjaga itu. "Ck! Minggir!" kesal Zero. "Tuan muda Zero! Hamba mohon jangan lancang disini!" kesal penjaga itu.
"Ha.. B*ngs*t" serapah Zero. "T-tuan, hamba mohon kita keluar saja dari sini tuan.." saran Zvat. "Nggak.." balas Zero sambil mengeluarkan pedangnya.
"Minggir.." pinta Zero tegas. "Tunggu dulu tuan-" ucap Ultra itu terpotong. Zero menaruh salah satu pedangnya dileher ultra itu. "Biarkan aku masuk" ucap Zero. Ultra tersebut tidak menjawab. Zero mulai menekan hunus pedangnya ke leher ultra itu. "...Baiklah Tuan Muda Zero.." jawabnya."Tuntun jalannya dan aku ingin orang ini bersamaku" ucap Zero sambil menunjuk Zvat. "..Baik" balasnya dengan berat hati. Selama dituntun,Zero masih menaruh pedangnya dileher Ultra itu.
"..Tuan besar, keponakan anda datang bertamu" ucap Ultra itu. "..Biarkan dia masuk sendiri dan Ultra jelata itu diluar saja, ingat..jangan sakiti ultra itu" balas Taro. "Baik tuan" sahut Ultra itu.
Zero menaruh kembali pedangnya dan masuk. Didalam Zero bertemu Taro. "Wah, keponakan tersayang datang.. Apa kau ingin menertawakanku?" tanya Taro. Zero kebingungan. "Apa maksudmu?" tanyanya balik.
"Ahahaha!, Zero, Zero.. Lancang sekali kamu.. Aku sekarang sedang tidak ingin bercanda, aku tau kalau setelah aku terluka karena diserang dari klan misterius, kau akan datang dan menertawakanku sama seperti saat aku hampir kehilangan nyawaku saat melindungi seorang Ultra jelata" jelas Taro.
"Hah?, dengar aku nggak tau apapun disini. Aku cuman mau paman bantu aku menjelaskan suatu hal saja" balas Zero. "Sekarang paman hah?" sahut Taro.
"Ck! Bisakah-" ucap Zero terpotong. Taro menaruh hunus pedangnya dileher Zero. "Sopanlah, disini aku yang berkuasa" pintanya.
Zero menghela nafas dan berlutut. "Maaf atas kelancangan saya, saya salah" ucapnya. "Tetap seperti itu, sekarang apa yang ingin kau bahas?" tanya Taro. Zero menceritakan semua yang barusan terjadi.
"Aku tidak percaya dengan ceritamu.. Tapi, Beberapa hari lalu aku diserang klan Misterius, mereka berani menunjukkan wajah mereka, diwajah mereka ada semacam simbol aneh" jelas Taro sambil menahan emosi. "..Aku belum pernah melihat simbol itu, sepertinya mereka klan asing yang menyusup ke daerah ini" lanjutnya.
"Baik terima kasih paman, terakhir kalinya aku ingin bertanya" pinta Zero. "Silahkan" balas Taro.
"..Apakah paman tahu dimana Mebius?" tanya Zero. "Dia pamanmu bukan teman sebayamu" jawab ketus Taro. "Maaf, tapi ini penting" tanya Zero. "..Sepertinya kau sudah gila, dia itu seorang Daimyõ sama sepertiku, dia memimpin klan Semangat Api" jawab Taro.
"Apa paman tau dimana tempatnya?, tolong beritahu saya" tanya Zero lagi. "Aku akan meminta orangku untuk mengantarmu, sekarang bangunlah dan tunggu aku memanggil orangku" ucap Taro. "Baik paman" balas Zero.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENGOKU ERA [Ultraman Fanfic]
FanfictionMebius dan Zero terjebak dalam era Sengoku, mereka berdua terpisah dan dihadapkan situasi yang berbeda. Mereka harus segera keluar dari jebakan itu sebelum mereka dikendalikan oleh Ultra Jahat yang mengaku sebagai Ezelrus. Bukankah Ezelrus sudah ma...