The Other Story

123 15 9
                                    

Aku menatap pantulan diriku di cermin. Not bad. Lalu melirik uncle Taeyong yang memejamkan matanya selagi rambutnya diurus. TMI, kita baru saja selesai mewarnai rambut. Rambutku sudah selesai dibilas dan segala macamnya, tinggal menunggu uncle Taeyong selesai.

Drrttt

Ponsel uncle Taeyong bergetar, dia menatapku setelah selesai dengan acara mari mengangkat telfon dari ibu negara sesegera mungkin.

"Jennie minta di jemput. Pulang sendiri ya?" Aku mengeluarkan smirk ku. "That's what I wanna hear today." Aku segera memesan taksi online dan keluar dari saloon.

Setelah sampai di tujuan, aku segera memencet bel dan masuk ke studio yang ada di sana. "Kabur lagi, huh?" Aku duduk di samping si pemilik suara.

"Nggak lah. Kali ini lancar jaya, tanpa kabur-kaburan." Dia mengangguk lalu menatapku. Aku tertawa melihat ekspresi wajahnya saat melihat rambutku.

"What the hell is going on with your hair, bro?" Tangannya terangkat tapi segera kutepis. "Janjian sama uncle TY ini. Udah lah kak. Mixing-an musiknya udah jadi?"

Kita membicarakan tentang musik. Kebanyakan diskusi composing dan recording nya nanti gimana, sih. Nggak kerasa udah jam 6 sore, aku memainkan ponselku sendirian.

Cklek

"Oi. Keluar, makan. Aku masakin, tuh." Aku mengikutinya sampai ruang makan dan kita makan bersama.

"Nggak ada yang mau diomongin? Kayaknya ada sesuatu deh." Aku mengelap mulutku lalu menenggak sedikit cola. Mengernyit tidak mengerti apa yang dia maksud.

"Apaan dah? Kan tadi udah kelar. Selanjutnya tinggal recording aja." Dia menggeleng, "pertunangan. Aku denger besok malam kamu mau dijodohkan."

Aku tersedak. Sialan. Ini sakit banget, woi! Mukaku memerah, dia menyodorkan air putih sembari tertawa kecil. "Jadi, cantik nggak?"

Aku menggeleng lalu meletakkan gelas air yang sudah kosong. "Hah! Nggak cantik?!" Aku memutar bola mataku malas. "Nggak tau, bukan nggak cantik."

Dia mengangguk. "Kak Kun tau darimana?" tanyaku penasaran. "Nggak penting. Tapi aneh, bukannya seorang Taehyang Kim selalu mencari tau semuanya?"

Aku menyisir rambut ke belakang. "Semuanya kecuali visual." Kun mengangkat sebelah alisnya. "Oh, interesting. Nggak penasaran sama visual nya?" Aku menggeleng, "lagian, besok pasti aku kabur lagi."

"Lagi? Bukannya baru kali ini dijodohkan?" Aku menatapnya jengah, "maksudku kabur dari pertemuan bisnis nggak penting itu." Kun mengangguk paham.

"Pesanku, jangan sampai menyesal nanti." Giliran aku yang mengangkat sebelah alis, "kayaknya kak Kun tau sesuatu. Saudara kakak ya si Karina?"

Dia meminum Americano nya. Hm, dasar keluarga pembenci manis. "Niece actually." Aku mengedipkan mataku, butuh sedikit waktu untuk memproses. "Kun Choi. Holy, Suho Choi is your brother?" Dia mengangguk mantap.

"Wah, gila. Terlalu pasaran tapi aku harus mengakuinya."

"Apa?"

"Ternyata dunia memang sesempit ini."

Kun tertawa puas. Aku hanya diam memikirkan semua.

"Masih nggak mau liat visual nya?"

"I think I should go home. Thanks for the food. I'll call you for the recording day. Bye!"

Soon-to-be Fiancee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang