Kejam Dingin tak Berperasaan
Anak kecil
Ya anak yang masih sangat dini, tak tahu apa itu empati
Tak mengerti apa itu kebaikan
Tak menghargai apa itu manusia
Terjebak dalam pikiran, kenyataan dan menanyakan apa itu kehidupan
Hanya saja dia tidak peduli
Karna dia hidup sendiri dan sepi
Taman kanak menjadi saksi, gurupun heran ada apa dengan gambar anak ini
Gambar dengan warna yang selalu hitam, tak menggubris apa yang guru katakan
Satu yang selalu anak ini rasakan, dia tak merasa bahwa manusia itu ada
Dia merasa jika dunia ini untuknya
Semua manusia seperti punya mata merah menyala
Sedari itu sang anak selalu berbohong dan berlari
Penjual cilok, mainan, bahkan sampai kernet bis adalah korban sehari-hari
Dia bahkan tak memiliki iba/takut saat ada musibah yg terjadi didepannya
Dia heran melihat orang menangis dan berbahagia
Sampai suatu kejadian yang tak terduga menimpa dirinya, mungkin suatu jalan tuhan untuk menyadarkan dirinya
Sepulang sekolah sang anak mendapatkan ajakan dari rekan sebaya yang bernama Billah untuk mengunjungi rumahnya
"Aku bahkan tidak menganggap satupun dari kalian, kenapa seseorang mau mengajakku? Apa mereka mau menjahatiku? Atau bahkan membunuhku?" Pikir sang anak
Tapi sang anak mengiyakan tawaran dan ikut pulang bersama Billah
Sesampai dirumah sang anak bertemu dengan ibu Billah yang menyambut seakan Billah pulang bersama temannya
Sang anak masih berfikir apa yg akan mereka lakukan dengannya
Billahpun menarik sang anak dan mengajaknya untuk bermain sepak bola seakan mereka adalah teman yang sangat dekat
Sedikit demi sedikit sang anak lupa akan pikiran yang selalu khawatir
Setelah bermain ibu Billah mengajak mereka berdua untuk makan siang
Sang anak selalu bertanya dalam pikirnya "apa maksud dari mereka? Kenapa mereka meberiku makan? Kenapa mereka berbuat baik padaku?"
Tapi itu makanan itu terasa lezat walau hanya sayur bayam dan tempe goreng
Sang anak pulang dengan wajah kebingungan dan khawatir
Pikirnya semakin kacau
"Kenapa manusia itu tersenyum dan baik kepadaku, apakah itu tipudaya?"
Sampai di angkota dia sudah siap dengan teknik menyimpan uang pada kaus kaki saat digeledah oleh kondektur
Kondektur menanyakan mana uang untuk membayar dan membentak sang anak, tapi bagai patung dia hanya diam saja bahkan raut muka datar dan sinis yang diperlihatkannya
Dari belakang seorang nenek menyodorkan uang kepada kondektur dan berkata bahwa "dia ini cucuku, ini uangnya" lagi - lagi manusia ini menatap sang anak sembari memberi senyum yang sangat tulus
sang anak terdiam cukup lama, dia ingin memahami semua yang terjadi pada hari ini
"Kenapa orang-orang itu membantuku? Bahkan mereka tak mengenalku"
Tanpa dia sadari air matanya jatuh
Karna pada saat itu ia tahu
Apa itu keikhlasan, apa itu kebaikan, dan semua yang dia ketahui tentang manusia selama ini salah
Dia sadar jika manusia ada yang benar-benar baik bukan karna saling mengenal, tapi karna kebaikan itu ada