A 1

9 1 0
                                    


Kejam Dingin tak Berperasaan

Anak kecil

Ya anak yang masih sangat dini, tak tahu apa itu empati

Tak mengerti apa itu kebaikan

Tak menghargai apa itu manusia

Terjebak dalam pikiran, kenyataan dan menanyakan apa itu kehidupan

Hanya saja dia tidak peduli

Karna dia hidup sendiri dan sepi

Taman kanak menjadi saksi, gurupun heran ada apa dengan gambar anak ini

Gambar dengan warna yang selalu hitam, tak menggubris apa yang guru katakan

Satu yang selalu anak ini rasakan, dia tak merasa bahwa manusia itu ada

Dia merasa jika dunia ini untuknya

Semua manusia seperti punya mata merah menyala

Sedari itu sang anak selalu berbohong dan berlari

Penjual cilok, mainan, bahkan sampai kernet bis adalah korban sehari-hari

Dia bahkan tak memiliki iba/takut saat ada musibah yg terjadi didepannya

Dia heran melihat orang menangis dan berbahagia

Sampai suatu kejadian yang tak terduga menimpa dirinya, mungkin suatu jalan tuhan untuk menyadarkan dirinya

Sepulang sekolah sang anak mendapatkan ajakan dari rekan sebaya yang bernama Billah untuk mengunjungi rumahnya

"Aku bahkan tidak menganggap satupun dari kalian, kenapa seseorang mau mengajakku? Apa mereka mau menjahatiku? Atau bahkan membunuhku?" Pikir sang anak

Tapi sang anak mengiyakan tawaran dan ikut pulang bersama Billah

Sesampai dirumah sang anak bertemu dengan ibu Billah yang menyambut seakan Billah pulang bersama temannya

Sang anak masih berfikir apa yg akan mereka lakukan dengannya

Billahpun menarik sang anak dan mengajaknya untuk bermain sepak bola seakan mereka adalah teman yang sangat dekat

Sedikit demi sedikit sang anak lupa akan pikiran yang selalu khawatir

Setelah bermain ibu Billah mengajak mereka berdua untuk makan siang

Sang anak selalu bertanya dalam pikirnya "apa maksud dari mereka? Kenapa mereka meberiku makan? Kenapa mereka berbuat baik padaku?"

Tapi itu makanan itu terasa lezat walau hanya sayur bayam dan tempe goreng

Sang anak pulang dengan wajah kebingungan dan khawatir

Pikirnya semakin kacau

"Kenapa manusia itu tersenyum dan baik kepadaku, apakah itu tipudaya?"

Sampai di angkota dia sudah siap dengan teknik menyimpan uang pada kaus kaki saat digeledah oleh kondektur

Kondektur menanyakan mana uang untuk membayar dan membentak sang anak, tapi bagai patung dia hanya diam saja bahkan raut muka datar dan sinis yang diperlihatkannya

Dari belakang seorang nenek menyodorkan uang kepada kondektur dan berkata bahwa "dia ini cucuku, ini uangnya" lagi - lagi manusia ini menatap sang anak sembari memberi senyum yang sangat tulus

sang anak terdiam cukup lama, dia ingin memahami semua yang terjadi pada hari ini

"Kenapa orang-orang itu membantuku? Bahkan mereka tak mengenalku"

Tanpa dia sadari air matanya jatuh

Karna pada saat itu ia tahu

Apa itu keikhlasan, apa itu kebaikan, dan semua yang dia ketahui tentang manusia selama ini salah

Dia sadar jika manusia ada yang benar-benar baik bukan karna saling mengenal, tapi karna kebaikan itu ada

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 05, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

NewbornWhere stories live. Discover now