"Ca kantin yuk! Laper banget ga boong" Ucap Karin sahabat sekaligus temannya. Baik teman curhat, teman galau ataupun teman makan.
"Boleh. Oh iya ko Dania gaada ya dari pagi? Biasanya dia paling rajin masuk matkul pak Rendy" Tanya Ayesha. Pasalnya sahabatnya itu sangat mengidolakan sang dosen dan bahkan mengetahui segala hal mengenai dosen tersebut.
"Kayanya dia sakit deh. Soalnya pagi gua chat gak dibales sama tu anak. Kaga biasanya kan?" Ucap Karin dan Ayesha menggangguk karena baru kali ini Dania tidak memberikan kabar padanya ataupun pada Karin.
"Gimana selesai kuliah kita kerumahnya?" Ajakku pada Karin.
"Boleh Ca! Aku kangen juga sama tante Neti"
Ya tante Neti merupakan ibu Dania. Beliau amat baik kepada kami berdua dan bahkan sudah menggangap kami seperti anaknya sendiri ketika kami berkunjung. Bahkan jika lama tidak berkunjung tante Neti akan mengomel pada Dania karena Dania tidak mengajak teman - temannya itu, padahal kami bedualah yang sering menolak.
"Andai ayah sama ibu kaya tante Neti dan om Adam" Ucap Ayesha dalam hati. Tanpa sadar Karin pun melihat perubahan raut wajah sang sahabat dan iapun mengerti apa yang dipikirkan oleh sahabatnya tersebut.
"Hey Ca mikirin om Dani sama tante Arin ya?" Ucapnya kembali.
"Sok tau kamu Rin, lagian udah biasa. Gapapa ko" Sambil tersenyum pada sahabatnya, karena Ayesha tidak mau sahabatnya terlalu memikirkan tentangnya. Meskipun Ayesha sangat bersyukur mempunyai sahabat seperti mereka.
"Sabar ya Ca. Aku sama Dania pasti selalu ada buat kamu" Ucap Karin sambil memeluk Ayesha.
Ayesha merasa tidak sendirian ketika bersama sahabatnya itu. Lain halnya ketika dia sedang dirumah. Ayesha selalu merasa sendiri, padahal dirumahnya itu ada ayah dan ibunya. Ralat Ayesha tidak merasa sendiri hanya ketika ada sang kakak yang sangat menyayangi Ayesha. Tetapi karena kakaknya sedang menempuh kuliah di jogja jadi Ayesha jarang sekali bertemu langsung dengan kakaknya.
***
Sesampainya dirumah Dania. Mereka berdua langsung mengetuk pintu dan mengucapkan salam pada sang tuan rumah. Anehnya yang membukakan pintu bukan tante Neti tetapi bi Inah asisten rumah tangga dirumah Dania. Biasanya yang selalu membukakan pintu ketika mereka berkunjung adalah tante Neti dan tidak membiarkan siapapun termasuk bi Inah.
"Wa'alaikumsalam non, maaf ibu dan keluarga lagi nda ada dirumah. Hayu silahkan masuk dulu. Bibi buatkan minuman"
Ayesha dan Karin saling menatap heran. Kemana sahabatnya tersebut? Kenapa tidak memberikan kabar kepada mereka berdua.
"Hmm maaf bi, Dania dan keluarga kemana ya bi? Bibi tau?" Tanya Karin pada bi Inah.
"Iya bi soalnya Dania gak biasanya menghilang tanpa kabar kaya gini" Timpal Ayesha melanjutkan pertanyaan pada bi Inah.
"Waduh non saya gak berhak cerita sama non. Nanti pasti non Dania cerita sama kalian." Jawab bi Inah.
Aneh bukan? Seperti ada hal yang disembunyikan oleh bi Inah. Kenapa tidak langsung menjawab kemana dan ada hal apa.
Karin melihat jam dan langsung berpamitan pada bi Inah "Yaudah bi kami pulang aja kalo gitu. Udah sore juga. Salam ya bi, buat tante Neti sama om Adam kalo sudah sampai rumah. Terima kasih ya bi"
Ayesha dan Karin memutuskan untuk pulang, karena hari pun sudah sore. Karin tau Ayesha tidak boleh pulang malam. Bisa - bisa sahabatnya diomelin habis - habisan oleh orang tuanya.
"Ca aku anter pulang ya?" Ajak karin pada Ayesha.
"Gausah Rin ngerepotin kamu. Lagian kita beda arah" Ayesha tau bahwasannya sahabatnya Karin sangat khawatir padanya. Karena ia tau bagaimana sikap orang tuanya itu. Tapi sekali lagi Ayesha tidak mau selalu merepotkan sahabatnya itu.
"Bener Ca? Aku khawatir soalnya"
Benarkan dugaan Ayesha bahwa sahabatnya itu khawatir padanya. Sambil tersenyum Ayesha menjawab "Gapapa Karin, udah jangan dipikirin. Aku baik - baik aja ko. Kalo ada apa - apa aku pasti langsung hubungin kamu"
Karinpun tersenyum mengerti akan jawaban sahabatnya ini. Karena ia sangat tau Ayesha sering menyembunyikan kesedihannya. Dan tidak mau orang lain tau, karena ia tidak mau merepotkan orang lain bahkan sahabatnya sendiri.
"Yaudah Ca aku pamit. Assalamu'alaikum" Pamit Karin yang terlebih dahulu memasuki mobil. Ya Karin selalu dijemput oleh supir ayahnya. Ayah Karin sangat khawatir pada putrinya tersebut sehingga tidak pernah membiarkan Karin pulang sendiri. Tetapi berbeda dengan ayah Ayesha yang selalu berpikiran bahwa anaknya harus mandiri dan dewasa.
••••••
Hay gimana nih ceritanya^^
Kalo suka jangan lupa vote ya hehe, kasih saran juga kalo ada kasalahan dalam penulisan.Btw vote dan saran kalian sangat membantu loh buat aku yang cuma penulis amatiran dan baru mencoba hal baru.
Thankyou love♡
See you..
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
Teen FictionMembangkang, anak durhaka, anak gatau diri, anak yang gak beguna. Mungkin begitulah sumpah serapah yang sering didengar Ayesha Fahira wanita berusia 21 tahun yang sekarang menginjak kuliah semester 5. Ayah bahkan ibunya sering berkata - kata kasar y...