Mentari mulai terbit yang akan membuat semua penduduk bumi merasa hangat, sinarnya masuk melalui celah-celah jendela kamar ku. Namaku Chava Syaqila, aku berusia 22 tahun sudah cukup tua ternyata. Menyadari hari sudah pagi aku berusaha membuka mata dan mengumpulkan nyawa hingga aku tersadar bahwa..
"Astaghfirullah.. kesiangan.. kesiangan" ucapku sambil bergegas menuju kamar mandi. Hari ini aku ada jadwal mengerjakan pekerjaan yang belum sempat diselesaikan kemarin, jadi aku harus datang lebih awal ke kantor.
"Ya allah.. maafin aku ya allah, haduh ayo va cepet va gimana sih kamu ah" ucapku menggerutu sendiri sambil menyematkan jarum di kerudung berwarna navy yang cocok sekali dengan celana dan tas yang ku kenakan hari ini.Aku bergegas lari menuju garasi, tentu saja aku tidak sarapan terlebih dahulu karena sudah terlalu kesiangan, aku melaju dengan motor matic melewati jalanan perkampungan menuju perkotaan yang pasti sudah sangat sibuk dilalui oleh pekerja yang lain.
Tepat pukul 07.30 aku tiba di kantor tempatku bekerja, aku segera berlari ke ruangan dan menyiapkan semua dokumen yang belum selesai"Mba Chava, di panggil ibu ketua tadi" ucap seorang rekan kantor yang duduk di sebelahku, "Hah ? Serius, haduh mampus ini mah, yaudah deh makasih ya" aku menjawabnya dengan sedikit rasa panik karena takut ada kesalahan yang tidak ku sadari. Aku berjalan dengan penuh kekhawatiran, memikirkan beberapa pertanyaan yang pasti akan ditanyakan ibu ketua "duh dia pasti bakal nanyain kerjaan yang belum selesai nih, mana tadi kesiangan lagi, ceroboh emang ah" aku terus menggerutu memikirkan hal yang padahal belum tentu akan terjadi dengan raut wajah panik karena akan menghadap ibu ketua
"Assalamualaikum.. bu, ada yang bisa saya bantu bu ?" Sapaku sambil membuka pintu ruangan bu Renny
"Waalaikumsalam.. nah ini dia, saya tunggu dari tadi, hari ini kamu dampingi saya meeting ya, tapi kali ini tidak di kantor saya, meetingnya akan dilaksanakan di kantor teman saya, kamu segera siapkan dokumen dan perlengkapan yang lainnya ya Chava" ucap bu Renny, ibu ketua di kantor tersebut
"Baik bu, tapi maaf sebelumnya saya sedang mengerjakan dokumen yang lainnya atau saya cari orang untuk menggantikan.." perkataanku terpotong oleh bu Renny yang kali ini hanya ingin di temani olehku
"Gpp dokumen yang itu biar orang lain aja dulu yang ngerjain atau di tunda dulu, lagi pula dead line nya masih lama kan, sekarang kamu siap-siap saya tunggu di mobil" kata bu Renny
"Ahhh.. begitu, baik bu saya segera menyusul, terimakasih bu" ucapku sambil menarik nafas 'alhamdulillah ternyata bukan nanya soal kerjaan hihi'Singkat cerita meeting dengan klien bu Renny sudah selesai, kali ini aku sedang membereskan beberapa dokumen yang tadi digunakan untuk meeting, di jalan pulang aku dan bu Renny sedikit berbincang mengenai pembahasan meeting tadi
"Chava.. terimakasih sudah mau mendampingi saya meeting kali ini, saya lihat cara kerja kamu semakin hari semakin bagus" ucap bu Renny
"Ah iya bu.. terimakasih juga sudah memberikan kepercayaan ibu kepada saya" ucapku sedikit tersipu malu
Sesampainya di kantor bu Renny
"kamu sudah baik karena mau mendampingi saya walaupun kamu sedang banyak dead line yang harus kamu kerjakan, jadi hari ini kamu bekerja di rumah saja Chava. Silahkan kerjakan pekerjaan kamu di rumah sambil istirahat, saya permisi ya assalamualaikum."
"Baik bu terimakasih banyak, waalaikumsalam" jawabku dengan penuh ketidak percayaan, bu Renny memang seperti itu, manusia yang terlalu baik menurutku, dia tidak gila jabatan bahkan kepada karyawan kantornya pun dia anggap teman bukan sebagai pegawai ya walaupun ada batasan. Hari ini cuaca cukup cerah, panas matahari begitu menyengat membuatku ingin membeli sesuatu yang dapat menyegarkan tenggorokan yang hampir saja kekeringan, dijalan menuju pulang aku melihat gerobak es cream cincau yang terlihat begitu menggoda mata, tidak banyak berfikir aku menepikan motor dan segera membeli es cream cincau tersebut. Di tengah cuaca yang cerah, melihat lalu lalang kendaraan yang sibuk memenuhi jalanan kota, sambil menikmati segelas es cream cincau dingin adalah sebuah perpaduan sempurna menurutku yang kesehariannya sibuk di dalam kantor.Segelas es cream cincau ini mengingatkanku kepada peristiwa beberapa tahun silam. Ketika itu aku masih remaja dan aktif di sebuah organisasi sosial di lingkunganku, cuaca hari itu sama percis seperti hari ini, terik matahari membuat semua anggota tersebut kelelahan ditambah hari itu baru saja kami selesai kegiatan. Sepulang dari kegiatan tersebut kami semua memutuskan berkumpul disebuah tempat yang dulu bisa dikatakan sekretariat dari organisasi tersebut, aku masih terlalu muda untuk mengikuti organisasi itu tapi karena keinginanku untuk bersosial cukup besar jadi ya tidak ada salahnyakan untuk ikut serta, beberapa teman sebayaku juga sudah termasuk dalam keanggotaan lebih dulu dari pada aku.
Pukul 13.45 panas matahari sedang menyengat sekali dan kami semua sedang beristirahat sambil mendinginkan badan. Teman sebayaku bilang "ada es cream cincau tuh.. ada yang mau beli ga ?" Ucapannya membuat seorang pria yang sedang rebahan di lantai tiba-tiba terbangun dan bilang "mana ?" Namanya Bara Elfatih, dia lebih tua dariku, selisih 5 tahun denganku, cukup jauh bukan. Bara berdiri dan bergegas keluar membawa kunci motor dan teriak "Chava mau ga ?" Aku mengagguk dan berkata "boleh ntar uangnya aku ganti ya"
Singkat cerita dia kembali membawa sebungkus plastik yang berisikan dua gelas es cream cincau, "asik di jajanin bara euyy.." ucap salah satu rekan kami yang awalnya senang tapi sedikit kecewa karena Bara menjawab "apaan si ini mah buat Chava". Sontak semua orang yang berada didalam ruangan terdiam karena mendapati keanehan Bara kali ini, Bara yang terkesan tegas, cuek dan dingin tiba-tiba memberikan sesuatu dan bersikap manis kepada ku. Jujur sebetulnya aku belum paham apa artinya itu, aku tidak pernah di perlakukan seperti ini apalagi oleh seorang pria. Dan semua itu akan terjawab di part selanjutnya
Akhir kata dari sinilah kisah dimulai.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Elfatih
Teen FictionKamu bukan lagi hal yang aku tunggu, bukan lagi nama yang ingin aku dengar. kamu pergi tapi lupa membawa semua janji dan hanya meninggalkan luka yang begitu dalam. ~Chava syaqila