Adela memasuki rumahnya setelah pulang dari rumah vanya. Melihat keberadaan Fikar dan Sintia yang duduk di sana membuat mood Adela seketika berubah.
"Dek kamu dari mana aja?" Tanya Dean lantas berdiri dan mengelus rambut Adiknya.
"Dari rumah Vanya," jawab Adela
Mata dean berbinar setelah mendengar jawaban Adiknya. "kenapa kamu gak manggil abang,"
"Ck. Abang kalau mau pdkt sama sahabat Adela harus gentleman," Dengus Adela.
"Ya kan abang malu. Nanti kalau kamu mau kerumah Vanya panggil abang ya"
"Iya," jawab Adela malas,ia tak sedikitpun melirik Sintia dan Fikar yang menatapnya.
Di rasa tidak ada hal yang penting di bicarakan dengan Dean,Adela memilih pergi dari sana.
Fikar terdiam karena ternyata Dean juga menyukai Vanya. Jika seperti ini Fikar jadi kurang percaya diri karena lawan-lawannya ternyata di atas rata-rata darinya.
•••
"Emang gak punya malu. Ada ya ketua osis kayak gitu. Gak tegas,penakut cih ketos apaan tuh," Monolog Adela pada dirinya sendiri.
Adela berhenti mengumpat mendengar suara notif dari ponselnya.
Adela menganga tidak percaya membaca pesan yang masuk di ponselnya. "Gila,dia langsung ngajak gue jalan padahal gue baru jadian sama dia,"
Adela lantas berdiri di depan cermin. Ia menatap dirinya seolah-olah ia perempuan paling tercantik di dunia.
" siapa yang bisa nolak pesona gue. Kemarin aja gue baru putus sama mantan gue. Sekarang,dapat yang baru. Emang orang cantik gak ada yang bisa nolak," pujinya pada dirinya sendiri
Dua puluh lima menit adela sudah siap. Adela memakai celana jeans dan baju rajut lengan pendek dipadukan dengan sneakers putih,tak lupa juga rambut sedikit keunguannya ia curly.
"Mau kemana kamu?"
Adela berhenti bergerak lalu menatap pemilik suara yang memberhentikan langkahnya.
"Keluar" jawab Adela tanpa menatap orang itu.
"Dek kamu kan baru datang,masa mau keluar lagi,"
Adela menghela nafas kasar "Adela ada janjian bang,"
"Mama gak izinin," titah Sintia pelan namun penuh penekanan.
"Gak diizinin pun adela tetap keluar. Dah bang," final Adela mutlak, lalu pergi dari sana mengabaikan teriakan sintia.
Fikar dan Dean tetap mengikuti Adela yang keluar, berusaha memberhentikan Adela yang ingin pergi.
"Del dengarin tante Sintia,"
"Gak," tolak adela tanpa memberhentikan langkahnya.
"Dek ini sudah mau malam. Kamu lebih baik masuk kerumah ya. Nanti papa nyariin" Bujuk Dean berharap adiknya mendengarnya.
"Ish bang Adela sudah besar. Adela sudah biasa keluar malam," kesal Adela.
Suara klakson mobil terdengar membuat wajah Adela yang sebelumnya muram menjadi tersenyum.
"Bang Adela pergi yaaa. Bayy"
"Dek. Dek!" teriak Dean di kaca mobil milik laki-laki yang tidak ia ketahui.
"Astaga anak itu,"
"Bang Dean tenang aja nanti gue coba telfon Adela," ucap fikar menenangkan.
"Iya makasih kar. Tapi yang masalahnya ini gue takut Adela diapa-apain sama tuh orang. Kalau gini mah mendingan lo," timpal Dean.
Fikar sama sekali tidak mengerti terlihat dengan tangannya yang menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
11/12
Genç KurguKau bertanya kenapa aku bisa mencintaimu?. Jawabannya adalah aku tidak tahu. Yang kutahu hanya kau gadis pemilik mulut pedas yang bisa membuatku bergetar. Kau pernah mengatakan aku laki-laki yang hanya memikirkan bagaimana cara menyelesaikan semua r...