Short story about time

7 2 0
                                    

Tik ... Tok ... Tik ... Tok ...

Denting yang terdengar dari jam dinding itu adalah satu satunya suara pemecah hening. Membuat seseorang yang sedang gelisah mengerjakan ulangan dadakan yang guru matematikanya berikan semakin berkeringat dingin. Sudah ulangannya mendadak, dirinya pun juga tidak mempelajari apapun tentang materi yang tercetak di lembaran soal yang dibagikan.

"Anak-anak waktu tinggal lima belas menit lagi." Suara pak yono, guru matematika itu malah menambah rasa panik.

Dirinya yakin, kalau teman sekelasnya juga diam-diam mengumpati pak yono yang seenaknya membagikan soal ulangan secara mendadak.

"Lima menit." Kata pak yono, lagi.

Seruan tak terima dari siswa nya tidak di gubris olehnya. "Diam! Diam! Fokus kerjakan saja soal itu. Jangan banyak bicara." Begitu kata beliau.

Dirinya berusaha fokus, biarlah salah yang penting kertasnya tidak kosong. Biar terlihat sedikit usahanya untuk menahan diri agar tidak menoleh kebelakang. Mencari contekan, rencananya.

"Waktu habis, kumpulkan lembar jawaban kalian." Pak yono berdiri dibelakang meja guru. Merapikan sisa berkas soal, lalu murid lain yang sudah selesai buru-buru mengumpulkan jawaban. Sebab mereka tahu, pak yono tidak akan memberikan kompensasi waktu lebih untuk muridnya menyelesaikan jawabannya.

"Ya, yang disana." Beliau menunjuk seorang murid pria dibangku pojok, "Waktumu habis, cepat kumpulkan."

Dia tau, orang yang dimaksud pak yono adalah dia.

Tapi, lembar jawabannya belum terisi semua. Bahkan hanya ada coretan asal rumus-rumus yang dirinya pun tidak paham apa yang ditulisnya.

"Satu," Pak yono mulai tak sabaran. "Dua,-" Beliau mulai mendekat, membuat si murid gelisah, matanya menatap takut.

"Pak, sebentar pak. Tinggal satu soal lagi." katanya memohon.

"Waktu habis," Pak yono mana peduli. Lembar jawaban itu ditariknya, "Lain kali kerjakan lebih cepat."

Walau kecewa karena lembar kerjanya ditarik paksa, dia hanya pasrah. Yah, palingan dirinya ada di daftar siswa yang harus remedial. Biarlah.

Dan pelajaran lainnya bergulir seperti biasanya. Lamban dan sedikit menyebalkan.

Namun, Sang murid yang saat ini sudah berusia dua puluh tiga tahun. Tiba-tiba merindukan ulangan dadakan dari pak yono.

Murid yang saat itu masih berseragam putih abu-abu, kini sudah menjadi seonggok manusia dewasa yang mungkin masih sama rupanya.

Namun, pasti ada hal yang berubah di hidupnya.

Pola pikirnya berubah. Memasuki usia dewasa, hidupnya bukan lagi tentang sekolah, kantin, dan ruang BP.

Bukan lagi tentang bagaimana dirinya yang melintasi ruang kelas adik kelas yang cantik saat pelajaran olahraga dimulai.

Atau tentang merencanakan aksi kabur dari kelas saat pelajaran fisika dimulai. Ah, dirinya benci hitungan.

Bukan lagi gelisah perkara tidak belajar saat ujian dadakan dari pak yono.

Apalagi perkara galau berhari-hari hanya karena pernyataan cintanya di tolak gadis idaman satu sekolah.

Bukan. Saat itu, dirinya fikir. Masalah yang dia rasakan adalah masalah paling besar.

Dia keliru, permasalahan di masa kecil dan masa sekolahnya itu, bukanlah masalah yang sebenarnya.

Kegalauannya saat di tolak gadis idaman satu sekolah bukan perkara besar. Setelah di fikir lagi, Ck! itu bukan apa-apa ternyata.

Semakin hari, waktu berjalan. Hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Seorang bayi, tumbuh menjadi anak-anak ceria, lalu terus tumbuh menjadi remaja.

Murid itu bernama Rio, Rio alatas wijaya.

Kegelisahan yang timbul di kepalanya bukan lagi tentang lembar jawabannya yang kosong.

Tapi tentang bagaimana dia menghadapi dunianya yang kosong.

Karena semua yang guru-gurunya bilang di sekolah, semuanya hanya dongeng baginya.

Semuanya tidak nyata.

Kehidupan dan waktu tidak sama apa yang digambarkan saat dirinya sekolah dulu.

Di dunianya, terlalu banyak pilihan yang menyesatkan.

Kadang dia hanya ingin kembali menetap di dunianya yang dulu.

Yang hanya seputar sekolah, kantin dan ruang BP. Atau paling mentok, boleh juga di UKS. Lumayan bisa dapat teh hangat dan roti hanya dengan berpura-pura ingin pingsan saat upacara bendera hari senin.

Tapi waktu berkata, 'Maaf anda tidak bisa mengulang apalagi menetap di sana, karena waktu terus berjalan. Dan tidak akan berhenti.'

Bahkan saat manusia matipun, waktu tetap berjalan, entah untuk manusia yang masih bernafas didunia. Atau yang sudah tertutup tanah.

Karena menurut agama, saat matipun manusia tetap akan menunggu, menunggu sampai waktu untuk menimbang amalan yang sudah dikumpulkan didunia akan dihitung.

Harusnya waktu memberikan kesempatan manusia buat kembali kemasa dimana mereka bisa memperbaiki kesalahannya.

Setidaknya kalau tidak bisa untuk manusia lainnya. Tolong berikan keajaiban itu untuk Rio.

Karena kalau bisa, Rio akan memperbaikinya.

Karena kalau bisa, Rio akan memikirkan baik-baik mau seperti apa dirinya dimasa depan.

Tapi waktu jahat, dia tidak mengizinkan siapapun mempunyai tombol kembali. Mengulang waktu.

Jadi rio hanya bisa mencoba bertahan. Mencoba membuka lagi satu persatu pintu kesempatan yang dirinya punya untuk pelan-pelan memperbaiki kepingan hidupnya yang terlanjur rusak.

《____》

Hanya random short story, penghilang stress.

_Milik Rio alatas wijaya_

JANGAN DIBACA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang