Hari itu Hujan masih setia membasahi bumi, padahal sudah lewat dari satu jam lebih namun hujan tak kunjung mereda juga membuat salah seorang gadis kecil yang tengah duduk di kursi teras rumahnya sembari memegang sekotak kecil di pangkuannya kembali merenung menatap hujan di depannya.
Harusnya hujan berhenti dulu, membiarkan gadis kecil itu bertemu seseorang yang hari ini sangat ingin ia temui, harusnya hujan mengerti kalau gadis kecil itu tengah berharap agar ia berhenti dulu.
Gadi itu kembali membuang nafas gusarnya menyimpan kotak kecil itu di atas meja dan berjalan mendekati tetesan tetesan hujan yang tengah berjatuhan ke tanah, menyentuhnya dengan telapak tangan yang sudah mulai mendingin.
"Harusnya kamu berhenti dulu sekarang, nanti kalau aku sudah selesai kamu lanjut hujan lagi juga tidak apa apa". Monolog gadis kecil tersebut sembari menatap telapak tangannya yang sudah basah terkena air hujan.
Matanya kembali menatap kotak kecil berwarna coklat yang tadi ia simpan di atas meja, mengamatinya dengan diam sembari tersenyum kecil. Harusnya kotak itu sudah berada di tangan pemilik sebenarnya sekarang, namun karena hujan yang tiba tiba saja mengguyur bumi sejam satu setengah jam yang lalu membuatnya tertahan berada di tangan gadis kecil tersebut.
"DIVAAA!!!". Gadis yang baru saja namanya di panggil dengan keras itu sedikit berjengit kaget, walau suaranya teredam suara hujan. namun karena suasana yang memang sangat sepi itu berhasil membuat Diva—Gadis yang masih berdiri dengan tangan yang mengandah pada tetesan hujan itu menjadi terkejut.
Diva memicingkan matanya, berusaha melihat lebih jelas seseorang di depan gerbang rumahnya. Perlahan wajah bingungnya itu berubah menjadi wajah penuh semangat dengan senyuman yang semakin melebar sampai deretan gigi giginya terlihat, diva segera berlari kedalam rumahnya mencari payung yang selalu Bundanya simpan di samping pintu masuk.
Tidak perduli celananya yang mulai basah karena percikan hujan dan sendalnya yang setengah tenggelam di genangan air itu, diva bergegas membuka gembok gerbang rumahnya yang tadi sempat terkunci, membiarkan seseorang di hadapannya itu masuk ke dalam rumahnya.
"Kamu hujan hujanan?". Tanya Diva sembari menutup kembali Payungnya dan menyimpannya di samping kursi teras rumahnya.
Lelaki yang memilik tubuh sedikit lebih tinggi dari diva itu menggelengkan kepalanya, ia membuka jas hujan berwarna Hijau kesukaanya yang ia pakai untuk bisa sampai kesini.
"Aku gak hujan hujanan, aku mau main tadi. Tapi karena hujan nya gak mau berhenti jadi aku kesini pakai ini aja". Jawab lelaki tersebut.
Diva menganggukan kepalanya sembari ber-oh ria, ia kembali menduduki dirinya di kursi tadi. Lelaki yang juga duduk di samping Diva menatap kotak kecil di atas meja, sesekali menatap diva yang sedang menatap lurus kedepan.
"Ini apa div?" Tanyanya. Diva menolehkan pandangannya memusatkan ya panda benda yang baru saja di tunjuk laki laki di sampingnya.
Diva menepuk keningnya pelan, ia lupa tentang kotak kecil berwarna coklat tersebut. "ini, buat kamu". Jawab Diva sembari memberikan kotak kecil tersebut ke tangan Laki laki di sampingnya.
"Buat aku?". Tanya nya lagi. Diva menganggukan kepalanya dengan semangat, kotak kecil berwarna coklat yang sebut saja adalah kado itu memang di siapkan untuk laki laki yang sekarang tengah duduk di samping Diva
"selamat ulang tahun, Aji". Ucap diva sembari tersenyum.
Aji— Laki laki kecil yang membela belakan menerobos derasnya hujan demi bertemu sahabatnya yang bernama Diva tersebut kini menatap tak percaya pada diva. Bagaimana mungkin diva ingat ulang tahunnya, sedangkan dirinya saja bahkan kedua orang tuanya mungkin lupa dengan hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diva, Aji Dan Hujan [Park Jisung]
Teen Fiction"Maafin aji, bukannya aji sengaja apalagi bermaksud mempermainkan. aji cuma takut diva benci lagi sama aji". Hujan dan payung menjadi saksi bisu pertemuan mereka untuk yang kedua kalinya. Diva yang tidak menyukai hujan. Dan Aji yang menyukai hujan k...