Diva memantul mantul kan bola besar berwarna merah kecoklatan itu ke tanah sembari menatap ke sekeliling seperti mencari sesuatu yang tak kunjung ia temui juga. Walau masih ada beberapa bagian lapangan yang masih sedikit basah akibat huja kemarin sore, kelas Diva tetap Melanjutkan praktikum permainan bola basket pada mapel olahraga hari ini.
Beberapa siswi yang belum di panggil untuk praktik masih duduk di tepi lapangan, menonton temannya yang lain sedang praktik melempar bola basket tersebut ke atas ring yang menurut para siswi lumayan tinggi itu.
"Diva Gianna Zeline!". Panggil guru olahraganya. Namun diva tak kunjung menyahuti apalagi menghampiri si guru olahraga.
Beruntung Aleta Denallie Adisthi—teman sebangku Diva langsung menyenggol bahu diva, membuatnya tersadar dari lamunannya yang panjang tadi.
"Di panggil tuh maju cepet!". Ucap Leta.Diva mengangkat kedua alisnya kaget, kemudian langsung berlari kentengah lapangan menghampiri beberapa temannya yang lain yang masih melakukan praktikum.
Diva memantul mantul kan bola ke tanah beberapa kali sebelum akhirnya bola tersebut melambung dan tepat masuk ke dalam ring. Diva bukanlah salah satu anggota dari Ekstra kulikuler Bola basket, namun kemampuannya cukup di acungi jempol dalam soal olahraga, bukan hanya bisa memasukan bola bakset ke dalam ring dengan tepat sasaran, ia juga mampu bertanding Bola Billy bersama beberapa temannya yang lain untuk melawan kelas sebelah saat sedang olahraga di jam yang sama.
3 kali diva memasukan bolanya atas ring basket dan dia sudah bisa kembali lagi ke tempat awal ia duduk bersama Leta.
"Lo kenapa sih, Ngelamun terus kayanya gue liatin?". Tanya Leta, diva duduk di sampingnya tidak lagi memegang bola basket tadi. Ia menggelengkan kepalanya tanpa menatap Leta di sampingnya.
Ia rasa ia memang tidak melamun, namun fikirannya yang memang sedang mencari cari seseorang membuatnya tidak terlihat fokus dan mendengarkan omongan orang lain di sekitarnya.
☔☔☔
Diva fikir hari ini dirinya bisa kembali bertemu dengan laki laki yang memberikannya payung kemarin, namun saat diva harap sampai jam pulang pun dirinya sama sekali tidak bertemu dengan laki laki itu lagi. Diva harus bertemu laki laki kemarin untuk mengembalikan Payungnya dan berterimakasih dengan benar, setidaknya walau sebentar, diva sangat berharap.
Bahkan setelah tiga hari setelah kejadian tersebut, diva masih tidak bisa menemukan laki laki tersebut, duca tidak tahu namanya, apalagi kelas tempat dia belajar. Rasanya tidak mungkin kalau laki laki yang ia temui tiga hari yang lalu bukan dari sekolahnya apalagi seorang hantu seperti di film film.
"Div, di panggil Bu Rina tuh di kantor, Jagan kupa bawa buku buat ngitung absensi". Diva mengangkat kepalanya yang tadi ia tidurkan di atas meja menghadap pada jendela. Ia menatap Azka—ketua kelasnya berdiri di samping mejanya.
"Ngapain? Mager tau". Tanya diva kemudian kembali menidurkan kepalanya ke meja. Azka mengetuk pelan kening Diva beberapa kali sampai diva megaduh kesakitan dan menepis tangannya dengan sebal. "Ck! Yang lain dong.. kan sekertaris bukan gue doang!". Sewot Diva.
Azka mendorong kening diva pelan dengan jari telunjuknya, kemudian duduk di kursi sebelah tempat duduk diva, membuat mereka kini menjadi saling berhadapan dengan diva yang menatap dengan raut wajah sebal sedangkan Azka dengan wajah yang terlihat sangat tenang dengan senyumannya.
"kan bagi bagi tugas, Lo bilang gak mau nulis di depan kan? Yaudah berarti salin absen aja, cepet sana nanti di tungguin Bu Rina". Balas Azka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diva, Aji Dan Hujan [Park Jisung]
Teen Fiction"Maafin aji, bukannya aji sengaja apalagi bermaksud mempermainkan. aji cuma takut diva benci lagi sama aji". Hujan dan payung menjadi saksi bisu pertemuan mereka untuk yang kedua kalinya. Diva yang tidak menyukai hujan. Dan Aji yang menyukai hujan k...