Suara motor sport berwarna abu-abu terdengar nyaring di pekarangan SMA Pandawa, seorang gadis berambut ikal sepinggang turun dari motor itu sambil melepaskan helm. Kulitnya cerah berseri, alisnya terukir tebal, bulu matanya yang sangat lebat juga lentik membuat penampilan gadis itu nyaris sempurna.
"Harusnya tadi berhenti nya di deket pos satpam aja." Gadis itu merapikan helaian rambutnya yang kusut akibat memakai helm.
"Duh, Sea. Harusnya kamu tuh bangga dianter sama orang keren. Kan sengaja nganter kamu sampe sini, biar sekalian tebar pesona." Satu tamparan halus mendarat di punggung laki-laki yang memboncengnya tadi, Sea mengerucutkan bibirnya sambil memberikan helm nya kepada laki-laki tersebut.
"Papa! Apaan sih, nanti Sea aduin ke mama tau rasa." Laki-laki tersebut membuka helm fullface yang menghalangi wajahnya.
Rambut coklatnya terlihat sangat berkilau saat terpapar sinar matahari pagi, alisnya yang hitam. Iris matanya yang legam dan menghangatkan, serta garis-garis wajahnya yang tegas, juga senyum manis yang selalu membingkai wajahnya. "Yaudah, papa jalan ke kantor dulu nih." Papa nya kembali memakai helm kemudian melaju meninggalkan Sea yang masih mematung di tempat.
Tidak habis fikir dengan sikap narsis papanya yang sering kali membuat Sea kesal, walaupun harus dia akui. Bahwa papanya masih sangat terlihat muda dan stylish untuk dikatakan laki-laki yang sebentar lagi sudah berusia kepala empat. Dan hal yang paling dia kesali adalah, banyak orang yang terkadang salah paham. Dan mengira bahwa papa nya adalah pacarnya.
"Aduh, Sea. Enggak nyangka ternyata seleranya yang dewasa keker berotot gitu." Elsa dan Icha berjalan menghampiri Sea yang masih terdiam di tempatnya.
Baru saja dia bilang beberapa saat lalu, teman-temannya sudah kembali mencurigainya.
"Kalian ngomongin apaan sih?" Sea mengapit kedua temannya, "Mending kita ke aula sekarang. Kalo telat nanti bisa dihukum sama OSIS loh."
Elsa dan Icha berjalan beriringan di sebelah kanan dan kirinya, Sea merasa seperti ketua geng hits yang mempunyai dua anak buah.
Elsa dengan rambut hitam nya yang selalu dikuncir tengah, deretan jepit rambut dengan berbagai macam bentuk pun tak luput untuk menghiasi rambutnya setiap hari. Kulitnya cerah dan pipinya bersemu merah seperti sedang memakai blush on. Berbanding terbalik dengan Icha, rambut coklatnya selalu diikat tinggi seperti kuda. Bahkan seringkali dia mencepolnya menggunakan jedai seperti tukang sayur di komplek perumahan Sea.
Icha sama sekali tidak memperhatikan bahkan memperdulikan penampilannya, tangannya selalu bersedekap di dada, wajah juteknya yang selalu di cap sombong oleh orang-orang di sekitarnya. Serta tatapan matanya yang tajam seperti elang, yang membuat siapapun merasa takut saat di dekatnya. Tapi, jika sudah mengenalnya. Icha adalah teman yang amat sangat perhatian.
Sea masih menjalani masa orientasi, dan untungnya hari ini adalah hari terakhirnya. Dia akan terbebas dari semua permainan-permainan dan hukuman dari para anggota OSIS, dan akan hidup damai serta tentram seperti apa yang selama ini dia harapkan.
Sea melangkahkan kakinya masuk kedalam aula, sebelum suara jeritan Elsa memekik menembus gendang telinganya.
"Astaga! Astaga! Sea lihat kak Juna deh, yaampun ganteng banget." Elsa menopang pipinya yang bersemu merah, Sea hanya memandangnya sekilas sebelum kembali berjalan menuju kelompoknya.
Hana dan Ratu melambai-lambaikan tangannya saat Sea berjalan mendekati mereka, "Itu Elsa kenapa? Pilek?" Ratu memperhatikan Elsa dari atas sampai bawah, ternyata bukan hanya wajah dan pipinya yang bersemu merah. Telinga nya pun kini berwarna serupa dengan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
Teen Fiction𝐃𝐢𝐚𝐦𝐛𝐢𝐥 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐬𝐢𝐟𝐚𝐭 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐬𝐚 𝐢𝐧𝐠𝐠𝐫𝐢𝐬 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐫𝐭𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐥𝐚𝐧𝐠𝐬𝐮𝐧𝐠 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐬𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭. "𝐀𝐝𝐚 𝐤𝐚𝐥𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐞𝐚𝐝𝐚𝐚𝐧 𝐦𝐞...