Deretan tulisan melekat indah di depan pintu bernuansa kayu.
Anca sang putri Ayah
Mungkin, siapa aja yang membaca dan melihat tulisan cantik ini akan merasa bahwa ini kamar milik sang putri tersayang. Tapi siapa sangka, kalau di balik deretan indah itu banyak sekali kekacauan terutama rasa sakit.
Seorang gadis berjalan merangkak merintih kesakitan untuk bisa sampai sisi kasur, luka di beberapa tubuh terutama kedua kaki membuat ia kesulitan berjalan.
Dalam otak gadis ini hanya ada tujuan utama, yaitu sisi kasur. Tubuh ringkihnya langsung disandarkan ke sisi kasur, menekuk kedua kaki pelan di ikuti kedua tangan saling menyilang di depan dada.
Kepala gadis itu pun ikut terjatuh, suara isakan keluar. Ternyata, Mau seberapa keras menahan pada akhirnya rasa sakit ini enggak bisa dielakkan.
Untuk sekadar melayangkan kedua telapak aja sangat susah, butuh energi. Saat sudah terkumpul, perlahan gadis itu menepuk dada nya sebanyak - banyak. Sesak, itulah ia rasakan.
Dan cara ini sangat ampuh saat dia menangis, membuat dia seolah - olah ada seseorang di sisinya, menenangkan.
"Lo gadis kuat,"
"Lo kuat Anca .... " Suara parau itu memberi semangat. "Iya, Lo gadis kuat untuk lewatin masalah ini."
"Kenapa harus nangis? Enggak ada yang harus ditangisi, enggak apa-apa, Anca."
"Sabar, lo harus kuat... bertahan sebentar lagi." Tepukan itu semakin melemah.
"Anca... Loh harus denger gue, Lo udah berhasil sampai di titik ini, Lo udah berhasil lewatin rintangan sampai saat ini, Lo berhasil tumbuh dewasa di saat sepantaran Lo masih bersifat anak-anak ... Anca, Lo harus bersyukur bisa bertahan.."
"Anca, gue mohon jangan nangis..." Dada miliknya semakin sesak kekurangan oksigen.
"Lo kuat Anca, Lo kuat. Mau sekeras apapun Lo di pukul, Lo di hina, mereka enggak akan tau rasa di posisi lo Anca." Semakin serak suara itu, bahkan sangat tercekat di tenggorokan.
"Lo gadis kuat Anca ... Gue bahagia punya diri Lo, sampai detik ini gue bahagia jadi bagian diri Lo..."
"Anca hebat, Ayah.." Gadis itu langsung memeluk erat tubuh nya, tangisan itu pecah.
"Sakit... Ayah sakit..." sebutan Ayah itu terpanggil dari bibir getar gadis ini.
Ayah, ketahuilah, meski kamu tersangka utama buat hati serta fisik ini terluka. Sebutan Ayah akan tetap di panggil pertama kali oleh putri mu dalam keadaan apapun.
•••••- Gue pikir, Keluarga itu Amaraloka, ternyata enggak. -
•••••
HAI.
KITA KETEMU LAGI, LEBIH TEPAT NYA KETEMU DI CERITA KE-3 AKU.
BARU PROLOG NI.
PADA GA SABAR ATAU MASIH MAU STAY AJA DI BAGIAN PROLOG?
HM.
SEBELUM ITU, CELL MAU TANYA DULU NIH.
KALAU BOLEH TAU SIAPA SI SUPPORT SYSTEM KALIAN?
AH YA.
UNTUK NEXT PART, YUK SPAM EMOT KESUKAAN KALIAN DULU DISINI.
CELL TUNGGU LOH.
SEKARANG SPAM KATA 'NEXT'
VOTE DULU GAYS JANGAN LUPA.
MASUKIN KE PERPUSTAKAAN ATAU STORY KALIAN BIAR GA KETINGGALAN.
UDAH? PASTI UDAH DONG.
CELL MAU BILANG SESUATU.
SEMANGAT TERUS UNTUK KALIAN, KITA SEMUA PUNYA BEBAN MASING - MASING, PUNYA PORSI YANG SUDAH DITENTUKAN. BOLEH NGELUH, KARNA KAMU MANUSIA, BUKAN BENDA MATI YANG GA ADA RASA.
NGELUH BUKAN BERARTI GA BERSYUKUR, JADI STOP BERPIKIR BEGITU.
YUK SALING SUPORT, SALAH SATU PILIHAN TERBAIK.
PELUK ONLINE BANYAK-BANYAK DULU 🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
A D O R A S I
Teen Fiction- Tolong mengerti dan berhenti menahkodai kehidupan anak, setiap anak itu berbeda, memiliki kelebihan dan kekurangan. Gak semua mental anak pun kuat. Stop menciptakan anak yang sempurna. - Banyak orang, selalu ingin terlahir sempurna. Menjadi cant...