0. Introduzione.

1.6K 287 65
                                    

Proudly present:

Peter Nathaniel Adelio Salim (Nathan) / 30th

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Peter Nathaniel Adelio Salim (Nathan) / 30th


Claire Paradina Darmawan (Claire) / 28th

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Claire Paradina Darmawan (Claire) / 28th

Stefanus Noah Ekata Salim (Noah) / 1 tahun / Nathan & Claire's son.

***

tw // suicide, murder, death, child abuse

***

"Mom, the answer is always no," ujar Nathan dengan tegas.

Tangannya menggenggam erat handphone yang menyambungkan panggilan internasional.

"Kamu crazy ya, Nathan!" Pekik sang ibu di sebrang telepon. "Udah dua tahun kamu gak pulang!"

"Ma, dari awal, syarat Nathan is always easy."

"Ya tapi Mama gak bisa!"

"Berarti Nathan juga gak bisa, Ma."

"Mama gak bisa nerima perempuan itu buat kamu! Kakek kamu capek-capek cariin perempuan dari keluarga baik-baik, eh kamu malah pilih dia!"

"Ma, kalau Mama mau jelekin Claire, Nathan tutup teleponnya."

"Demi Tuhan, Nathan..." Lirih ibunya geram. "Perempuan itu dari keluarga gila!"

"Mom, stop!"

"Apa yang orangtua Claire lakukan gak ada hubungannya sama dia," lanjut Nathan.

"Kalau Mama terus jelekin Claire, itu sama aja Mama udah jelekin Nathan dan cucu Mama."

"Astaga! Cucu apa sih! Mama gak mau anggap dia cucu!"

Nathan menghembuskan napas sebelum kembali berbicara. "Mom, please respect me."

"Terserah kamu, Nathan. Pokoknya Mama gak akan nyerah sampai kamu mau pulang ke Indonesia!"

"Sama kayak Mama, Nathan juga gak akan nyerah sama Claire dan Noah."

"Mama gak mau dengar nama mereka."

"Fine. Nathan tutup."

Nathan melempar asal handphonenya ke atas sofa sebelum memijat pelan keningnya.

Selalu seperti itu.

Obrolan bersama kedua orangtuanya pasti berakhir membuatnya naik darah.

Untungnya di San Fransisco masih dini hari, jadi percakapan menyakitkan kepala dan hati itu cuma ia yang dengar.

Nathan melangkah masuk kembali ke dalam kamar dan ia langsung beringsut masuk ke dalam selimut.

Tangannya dengan natural memeluk tubuh perempuan yang tidur membelakanginya, sengaja mengarah dengan sigap ke arah makhluk kecil berumur satu tahun yang tidur di ranjang tambahan yang menempel ke ranjang utama.

Lagi, Nathan menghela napas.

Kenapa orangtuanya tidak bisa menerima Claire di keluarga mereka?

Perempuan itu baik, pintar, dan menyenangkan.

Alasan yang selalu diulang cuma karena keluarga Darmawan, atau lebih tepatnya orangtua Claire.

Terkenal di kalangan keluarga konglomerat bagaimana orangtua Claire melempar anaknya sendiri ke atas pecahan botol wine, kemudian mengacungkan pistol pada satu sama lain dan saling membunuh.

Sejak saat itu semua orang melabeli keluarga Darmawan gila.

Dan parahnya, orangtua Nathan adalah salah satu yang masih sangat meyakini hal itu.

Padahal kakeknya pun menerima Claire dengan besar hati ketika Nathan menolak perjodohan dan mengabari kalau ia sudah memiliki kekasih.

"Nath? Dari mana?" Tanya Claire pelan, terganggu.

"Kamar mandi," jawab Nathan asal.

"Oh?" Gumam Claire yang mengantuk.

Claire berbalik menatap Nathan dan kemudian memeluk laki-laki itu. "Aku mimpi kamu teleponan sama Mama kamu sambil marah-marah."

"You should have a nice dream, Cley."

"Mungkin karena kamu ke kamar mandi, makanya jadi mimpi buruk." Gumam Claire pelan.

Nathan tersenyum kecil mendengar ucapan Claire. "Tumben tidurnya hadap ke sini?"

"Pegel. Breastfeeding him for more than two hours, tangan aku mati rasa."

"I feel bad for you."

"Haha ya mau gimana lagi?"

"Bisa peluk kamu abisnya juga is enough," lanjut Claire sambil mengelus punggung Nathan dengan jari tangannya yang polos.

Polos. Karena tidak ada cincin di sana.

Karena tidak ada pernikahan di antara keduanya.

"I love you, Cley."

Claire mengecup lembut bibir Nathan sebelum mencoba kembali terpejam. "You know I love you too, Nath."

Claire menutup matanya.

Seharusnya Nathan tahu betapa besar cintanya pada laki-laki itu.

Dengan segala yang sudah terjadi di antara keduanya, Claire yakin Nathan tahu.

Claire hanya kadang takut, takut cinta keduanya tidak cukup untuk saling terus memeluk.

Menghangatkan Noah yang sedang tertidur lelap.

***

Catatan kakiku:

Halo aku datang lagi sksksk.

Jangan kaget ya! Ini tentunya digarap nanti!

Sengaja ditulis dulu supaya gak lupa aja hehehe. Enjoy!

Terima kasih udah mampir!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

O Sole MioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang