Hujan.
Yah, bandung hari ini hujan.
Deras, teramat deras.
Disaat semua orang menghindarinya, aku malah memilih ada dibawahnya, kau tau apa alasannya?
Iya, karna aku cinta pada hujan.
Hujan dihari itu, dihari pertama kalinya aku bertemu denganmu.
Sebuah hujan, sebuah meja, sebuah tempat berteduh.
Aku tidak bisa mengatakan itu romantis atau kalimat abstrak lainnya, saat itu kita berempat, kamu bersama kerabatmu, aku, dan seseorang lagi.
Pandangan pertama, senyum, tutur katamu.
Dulu, akulah yang paling menentang bagian 'Cinta pada Pandangan Pertama', tidak saat aku mengalaminya sendiri.
Rintik hujan hari itu berlomba untuk turun, pun degup jantungku berlomba berdetak, dia berdetak secepat mungkin. Hari itu, aku percaya cinta pada pandangan pertama.
Petir, terlihat terang hari itu, cahayanya memasuki rumah melewati kaca. Tapi cerahnya, tidak bisa mengalahkan cerah senyummu, senyum yang kukagumi, hingga hari ini.
Hari ini, langit bergemuruh, tapi aku masih ingat, nada yang sama pada hari itu, nada gemuruh dan rinai hujan. Nada pertemuan kita. Hari itu kelembutan suaramu tertelan gagahnya suara hujan dan aku harus memintamu mengulang beberapa kali sebelum aku mendengarnya dengan jelas.
Kenangan itu, masa lalu.
Hari ini aku hanya bisa mengenangmu lewat hujan, lewat rinainya, lewat rintiknya, petirnya, dan gemuruhnya.
Kau tau kenapa aku mencintai hujan?
Karna saat hujan, semua kenangan tentangmu tergambar jelas. Bukan hujan mungkin yang kucintai, hanya sebuah kebetulan kita bertemu saat hujan.
Ia, yang aku cintai adalah kamu.
Sebuah tulisan random, mungkin hanya tulisan fiksi dan khayal. Mungkin juga semua ini tidak pernah terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan
RomanceTerimakasih kepada hujan yang telah membuatku percaya kepada 'Love at first Sight' dan terimakasih kepada hujan juga karena mempertemukan aku dengan mu -SHA