It's You

1.5K 127 23
                                    

"Pertunangan mu akan di lakukan lusa, sedangkan acara pernikahan nya di selenggarakan seminggu setelahnya."

Krist mencengkram kuat setir kemudi mobil yang ia kendarai. Pipi bulat dan putih miliknya berubah memerah menahan amarah, gigi nya menggertak geram dan buku-buku jari nya memutih, ia berteriak frustasi. Tidak mempedulikan jika ada pengendara lain yang mungkin terganggu atau menganggapnya gila.

Atau, anggap saja Krist memang gila. Bagaimana tidak? Lahir dari keluarga Sangpotirat yang sangat terpandang dan di elu-elukan akan kekayaannya, tidak serta-merta membuat Krist bahagia. Ia memang kadang di perlakukan layak nya pangeran. Semua keinginannya akan terpenuhi dalam sekejap. Namun disatu sisi, Krist merasa dirinya seperti sebuah properti yang dijaga hanya agar suatu saat nanti bisa berguna untuk kepentingan bisnis sang ayah.

Sudah kerap kali ayah nya mencoba untuk menjodohkan Krist dengan anak rekan kerja nya, mungkin sudah terhitung 12 kali sejak satu tahun terakhir, Krist tak begitu ingat. Yang ia ingat hanyalah berbagai macam cara yang ia gunakan untuk membatalkan perjodohan tersebut. Hingga satu bulan lalu, ayah nya mengatakan pada Krist bahwa ia kembali menjodohkan anak semata wayangnya itu untuk urusan bisnis. Berbeda dengan sebelumnya. Krist bahkan tidak di perbolehkan ayah nya bertemu langsung dengan orang yang akan di jodohkan dengan nya. Alasan nya adalah agar Krist tidak lagi berusaha membuat orang itu membatalkan perjodohan mereka seperti sebelum-sebelumnya. Namun setahu Krist, ayah nya pernah mengatakan jika yang akan menjadi pasangan nya adalah seorang pria, kali ini bukan anak dari rekan kerja nya. Tapi partner kerja nya sendiri.

Krist tidak bisa membayangkan bagaimana rupa orang yang akan di jodohkan dengannya. Krist sudah berusaha menyelidiki, ingin tau siapa orang yang di pilih oleh orang tua nya. Namun hasilnya nihil, semua pencarian nya tentang sosok itu tak membuahkan hasil sedikitpun. Andaikan saja Krist tau siapa orang itu, Krist akan berusaha membuat nya merasa ilfeel pada Krist dan membatalkan perjodohan mereka.

Krist menghentikan mobil nya di sebuah tempat parkir dan mulai berjalan menyusuri pasir putih seorang diri, mata nya terfokus pada pemandangan laut lepas yang terpampang di depan nya, begitu indah dan bebas. Krist sedikit tersenyum, ia menghela nafas panjang. Tak salah ia membawa diri nya ke pantai, suasana disini membuat Krist merasa jauh lebih tenang.

Krist makin berjalan mendekati pesisir pantai, berdiri disana untuk merasakan angin yang bertiup lembut, tak mempedulikan celana jeans panjangnya yang sesekali terkena air laut.

Otak Krist buntu, biasanya ia memiliki seribu satu macam cara untuk membebaskan dirinya dari perjodohan bisnis yang di lakukan oleh ayah nya. Namun kali ini, Krist bahkan tak bisa berpikir apapun. Tak ada petunjuk tentang sosok seperti apa yang akan jadi pasangan nya nanti. Yang pasti Krist tahu, jika pasangan nya adalah pria tua yang gila kerja. Krist tak bisa membayangkan ia akan menikah dengan pria tua saat umurnya masih 23 tahun.

Shit.

Krist bahkan baru lulus kuliah.

Krist menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran-pikiran yang memenuhi otak nya. Krist sudah bertekad, ia akan kabur dari rumah dan hidup seorang diri. Tidak peduli pada pesta pertunangan yang mungkin sudah di siapkan oleh orang tua nya saat ini, yang terpenting Krist tak ingin menghabiskan masa muda nya bersama dengan pria tua yang entah siapa.

Krist merasakan getaran kecil di perut nya. Perut nya berbunyi minta untuk di isi, Krist lupa jika sebelum pergi dari rumah ia belum menyantap sarapan sedikitpun. Salahkan saja ayah nya yang mengatakan hal mengejutkan tentang pertunangan nya di pagi hari. Krist masih ingat betul bagaimana ekspresi ayah nya saat Krist pergi begitu saja melenggang keluar rumah.

"Shiaa."

Krist mengumpat, ia berlari menuju mobil nya. Menggeledah isi mobil dengan teliti. Lalu setelah dirasa cukup, ia kembali berjalan ke tepi pantai tempat ia berdiri sebelumnya dengan wajah lesu. Krist mendengus kasar, saat tahu jika ia sama sekali tak membawa dompet. Krist lupa, tadi pagi seandainya ayah nya tidak membuatnya kesal dan terkejut sekaligus, ia tidak akan pergi dari rumah saat itu juga dan melupakan dompet nya yang tergeletak di atas meja kamar nya. Sekarang bagaimana Krist harus hidup? Ia hanya membawa kunci mobil dan ponselnya saja, itupun karena dua benda itu tadi ada disaku celana nya.

☑️ Our World [SINGKIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang