"Adek... ayo sini cepat turun, kita sarapan." Panggil seorang wanita paruh baya itu. Ia tengah sibuk menata masakan yang baru selesai ia buat di atas meja makan.
Tak lama, Aryna pun turun menemui ibundanya. "Wih, mama masak sup seafood kesukaan Aryn. Aroma nya enak banget tau, ma! Tadi kecium sampe kamar." Seru nya saat melihat makanan yang disiapkan mamanya itu. Mama Aryn, Karina Sofie Ayunda tersenyum pada anak gadisnya yang terlihat antusias.
Mereka pun memulai aksi sarapan diselingi beberapa percakapan kecil. "Dek, gimana perasaan kamu? Udah siap kan untuk pindah lagi?" Aryn mengunyah pelan makanannya, menatap dalam mama nya.
Ia menghempaskan nafas pelan, "Siap kok, ma. Tenang aja." Ucapnya sembari tersenyum kecil, ia mencoba meyakinkan mama nya bahwa ia 'baik-baik saja' meskipun sejujurnya ia tak yakin bagaimana nantinya.
****
"Aryn nanti kalau mau main-main kesini, bilang ya? Biar aku jemput. Sumpah, Dena rasanya ga mau pisah dari Aryn." Raut muka sahabat Aryn itu terlihat sedikit kecewa, pasalnya hari ini adalah hari terakhir Aryn bersekolah di SMK BINTANG CAHAYA.
Aryn tersenyum, merangkul Dena "Jangan sedih gitu, dong. Nanti kita masih bisa ketemu lagi, kok. Oh iya, Den kalau Sania ganggu Dena lagi inget kan apa yang Aryn udah bilang ke Dena kemarin?"
Gadis yang dipanggil Dena itu pun mengangguk pelan, rasanya ia benar-benar tak ingin berpisah dari Aryn. Aryn adalah satu-satunya siswa yang mau berteman dengan dia. Aryn satu-satunya siswa yang berani menyelamatkan dia ketika dia tengah di ganggu oleh siswa lain. Tapi apa boleh buat, ia tidak mungkin tetap memaksa Aryn untuk tinggal. Life must go on, ini saatnya Dena untuk mencoba berani menghadapi ketika para siswa mencoba mengganggunya lagi.
Sebelum Aryn benar-benar meninggalkan kota ini, Dena dan Aryn menghabiskan waktu hingga senja tiba.
****
Mobil yang dikemudikan Mama Karina mulai memasuki wilayah tempat mereka akan memulai hidup baru kembali. Aryn menurunkan kaca mobilnya, melihat sekeliling jalan yang ia lalui.
Aryna pov
Pada akhirnya aku kembali kesini, kota dimana aku dilahirkan. Banyak hal yang berubah dari jalan-jalan di tempat ini dalam kurun waktu 2 tahun.
Mobil yang mama kemudi melewati taman kota dan ketika aku melihat ke arah taman itu, aku tersenyum sekilas. Banyak kenangan yang tersimpan disana. Kenangan ketika aku masih kecil, dimana aku merasa sangat bahagia saat itu.
"Kangen tempat ini ya, Dek?" Mama bertanya sembari tersenyum padaku. "Iya, mah. Sekarang bagus banget ya taman ini, fasilitas nya juga udah makin keren." Balas ku.
Aku kembali mengalihkan fokus ku ke jalanan yang kami lewati.
Tak butuh waktu lama, mobil mama berhenti di depan pekarangan sebuah rumah berpagar abu-abu. "Ini rumah kita sekarang, ma?" Tanyaku memastikan, mama pun mengangguk sebagai jawabnya.
Kami keluar dari mobil dan menurunkan barang-barang yang ada di jok belakang mobil.
Aku melihat kagum pada halaman rumah yang akan aku dan mama tempati nanti. Tamannya sangat rapi, cukup banyak tanaman yang menghiasi sehingga terlihat sangat cantik.
Setelah selesai mengagumi taman rumah, aku melihat pada langit. Langit sore hari ini sangat indah, seolah menyambut ku yang baru tiba kembali ke kota kelahiran ku ini. Aku memejamkan mata, merasakan angin yang berhembus. "Semoga saja ini awal yang baik, dan aku berharap semua akan berjalan baik-baik saja. Dan semoga luka ku juga sudah pulih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Teen FictionHidup itu penuh dengan misteri, tidak ada yang tau apa yang akan terjadi besok, lusa, atau selanjutnya. Seperti kisah hidup seorang gadis yang bernama Aryna Cassandra Maharani. Banyak hal-hal yang tak terduga terjadi selama hidupnya, sampai dimana i...