sembunyi

55.5K 743 18
                                    

⊙﹏⊙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⊙﹏⊙

Momo hanya dapat menggigit bibir. Telapak tangannya terpaku dinding lemari untuk menahan dirinya, sementara guru olah raganya dengan tenang meraba-raba badannya sesuka hati.

Guru tersebut membalikkan rok Momo yang pendek, menikmati pemandangan bokong sintalnya sebelum menggesek-gesekan batang kontolnya yang besar diantara pantat Momo.

"Ngh..."

Momo mengerang kecil, merasakan lubangnya yang kosong berkedut-kedut, meminta diisi. Ia ingin menggosokan tangannya ke selangkanannya, ingin mengusap-ngusap itilnya yang sensitif, namun ia terlalu fokus dengan bentuk junior Jihyo yang perlahan-lahan semakin membesar.

"Diem, cantik," ujar Jihyo dari belakang, suaranya kecil dengan nada mengejek. Ia menarik batangnya sebelum mendesak tembok vagina Momo yang amat menyambut kedatangannya. "Nanti kita ketahuan, kamu ngga malu kalo ketahuan dientot guru?"

Nafas panas Jihyo makin membangun gairah Momo—ia dapat mendengar teman-temannya berbincang-bincang santai di luar lemari di ruang ganti sekolahnya, tidak sadar bahwa sedang ada murid yang sedang digenjot oleh gurunya sendiri di dalam lemari tersebut. Momo merasakan memek panasnya semakin terisi, penuh dengan daging Jihyo yang rasanya sangat nikmat, membuat dirinya terasa makin sesak.

Momo dapat merasakan dirinya bertambah binal semakin dalam kontol Jihyo memasukinya—ia makin ingin dikawini, makin ingin lubangnya digunakan sesuai dengan isi hati Jihyo untuk dientot sepuasnya.

Jemari Jihyo terangkat dari pantat Momo dan akhirnya beristirahat di kulit tete Momo yang mulus, memijat-mijat dan menarik pentilnya yang tegang.

Bu Jihyo jahat, pikir Momo sembari menutup matanya untuk fokus agar tidak bersuara, gimana caranya ngga bersuara kalau—

Momo cepat-cepat menepakkan tangan di atas mulutnya saat ia merasakan kontol Jihyo mulai mengikuti suatu irama yang lumayan cepat untuk menggenjot memeknya. Ia berusaha menahan suaranya—untungnya, suara kawan-kawan sekelasnya sudah mulai memudar, pertanda bahwa mereka sudah menjauhi lemari tersebut—namun sia niatnya yang baik itu.

Penis Jihyo terlalu enak. Momo melihat ke belakang, ke arah Jihyo, dengan matanya yang menyipit.

Tangan Jihyo masih sibuk mengurut toketnya—dia hanya tertawa kecil melihat tatapan Momo yang terkesan sebal.

"Lucunya," Jihyo menarik badan langsing Momo agar ia tidak lagi bersandaran di dinding lemari. "Kalau kamu ngelihatin ibu kaya gitu, nanti ibu ewe kamu."

"Udah diewe," ujar Momo dengan nada sok galak, yang diam-diam suka dipuaskan dengan batang Jihyo namun tetap ingin menjaga image. Ia merasakan Jihyo mencium kecil punggungnya, masih saja memompa Momo sampai penuh dengan kontolnya.

"Iya juga."

Jihyo menggunakan satu tangan untuk mengumpulkan rambut Momo yang lebat dan menyingkirkannya ke satu pundak. Bibirnya pun menemukan spot di bawah telinga Momo—ia beraroma keringat, namun bau tersebut malah membuat kontol yang ada di dalam memek Momo makin ngaceng.

"Bu Jihyoo," Momo otomatis merengek saat merasakan batang Jihyo masih saja dapat membesar.

"Iya, Momo?" Celetuk Jihyo jenaka untuk membalas panggilannya.

Momo cemberut, ia menutup mata saat Jihyo mulai menggigit kulit lehernya. "Udah yuk, belnya udah mau bunyi, nih."

Jihyo tetap menggenjot memek Momo—malahan, ia melakukannya dengan lebih kencang, dengan kecepatan yang semakin tinggi. Momo pun mulai pusing, mulai dilanda rasa enak yang tidak dapat terkendalikan saat salah satu dari tangan Jihyo mulai mengusap itilnya. Kesamping, lalu dengan gerakan yang memutar. Jihyo pun tidak lupa menekan-nekan kuncup tersebut sementara ia terus mencabuli lubang memek Momo.

"Tapi saya belum klimaks," bisiknya ke telinga Momo.

"Mhmm," Momo masih saja mencoba untuk menahan desahan nikmatnya. "Tapi nanti Momo telat."

"Nanti saya juga telat kok," tangan Jihyo perlahan meraba dada Momo, lalu mengusap-ngusap lehernya hingga akhirnya mempererat jarinya melingkari rahangnya. "Ayo lah, be a good girl."

Keluhan dari leher Momo tersendak saat Jihyo mulai menggunakan bibirnya untuk menarik-narik daun telinganya.

"Kamu cantik banget, manis, apa lagi kalau nurut sama saya gini. Jangan nakal, ya?"

Momo mengangguk lemah, menyenderkan punggungnya ke dada Jihyo saat ia merasakan lututnya melemas, mendekati orgasme yang dari tadi ia dambakan.

"Bangsat," Jihyo mengumpat, "kenapa lubang kamu masih aja sempit sih, sayang? Mau crot?"

Bisikannya yang provokatif membuat erangan Momo makin keras, ia merasakan memeknya mengencang disekitar kontol besar Jihyo, mengangguk-ngangguk sementara pengelihatannya mulai berubah menjadi putih.

"Enak—" Ia terkesiap. "Momo mau crot, Momo mau cum, b-boleh kan, Bu?"

Demi merayu sang guru olah raga, Momo pun mengibaskan bulu matanya, walaupun mulutnya sudah menggantung lebar dengan liur menetes-netes ke lehernya akibat dibuat mabuk kontol.

Jihyo mempercepat sodokannya, ekspresi jorok di wajah Momo membuatnya semakin gila dengan gairah.

"Saya juga mau pejuin kamu," ujar Jihyo sembari melepaskan genggamannya di rahang Momo untuk ia tanam di pinggangnya. "Pejuin kamu sampe hamil ya, sayang? Sampe tete kamu makin berat buat ngasih susu anak kita."

"Momo mau dihamilin Bu Jihyo," suaranya makin tidak jelas—Momo berusaha mendorong bokongnya ke selangkangan Jihyo agar ia dapat merasakan kontolnya lebih dalam. "Mau punya anaknya Bu Jihyo—"

Mendengar permintaan tersebut, benang putih dari palkon Jihyo pun langsung melonjak, menyembur tembok memek Momo yang hangat dengan peju yang adiktif bagi Momo.

"Fuuuuck," Jihyo pun tetap saja menghentakkan batangnya ke dalam Momo, sebelum perlahan-lahan mengurangi kecepatan.

Bila Jihyo tidak menangkapnya, mungkin Momo sudah jatuh ke tanah.

Jihyo dengan mudah mengangkat badan kecil Momo dari batangannya, mendorong badan telanjangnya ke tembok lemari. Momo dengan lemas melingkari kaki di sekitar pinggang Jihyo, bokongnya sendiri mengejang-ngejang saat Jihyo menggesekan juniornya ke itil besarnya.

"Momo sayang," Jihyo tertawa kecil, langsung melumat bibir bengkak Momo dengan penuh nafsu. "Makasih ya buat hari ini, hari Ibu selalu cerah deh kalo main sama kamu."

"Mhmm..." Momo mengangguk tanpa daya. "Kapan-kapan lagi kita main lagi."

"Mau main apa, sayang?"

Wajah Momo memerah, namun ia hanya menutup kedua matanya dan mendorong bibir mereka agar bertabrakan.

"Momo mau main kontol-kontolan sama Bu Jihyo lagi."

Jihyo meringis. "Apa yang ngga buat kamu, manis?"

TBC.

kelas olahraga. / momo x g!p jihyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang