Bab 1

8 2 0
                                    

"Gilang, nanti bareng gue ke ruang OSIS ya. Sekalian bahas yang tadi." ucap Clarissa terburu-buru pada Gilang karena ia harus pergi ke ruang guru untuk menemui Pak Budi.

"Oke. Gue tunggu di depan pintu ya."

"Siap."

Clarissa masuk ke ruang guru dan mendapati Pak Budi yang tengah menyeruput teh hangatnya.

"Selamat siang, Pak. Ada apa Bapak panggil saya ya?" tanya Clarissa sedikit takut, karena ia baru saja ingat bahwa Proposal Kegiatan Penerimaan Siswa Baru belum dikirimkan ke beliau.

"Rissa, bagaimana dengan proposal yang saya minta kemarin lusa? Saya sudah ingatkan juga kemarin ke kamu!" Nada bicara Pak Budi meninggi dan membuat Clarissa sedikit terkejut.

"Maaf, Pak. Sedang kami proses. Tapi saya bisa pastikan akan selesai minggu ini. Saya mohon maaf, Pak."

"Ya sudah kalau begitu. Kamu boleh pergi."

"Baik, Pak. Terima kasih."

Clarissa berjalan ke luar, menutup pintunya dan menyandarkan diri sambil menghela napas lega.

"Gimana Pak Budi?

"Gila, jantung gue hampir copot."

"Sabar ya, Ris. Ribet emang jadi wakil ketua OSIS. Mana ketua kita kayak gitu lagi. Gak pedulian. Gue kasihan sama lo."

"Udah, gue gapapa kok, Lang. Yuk, pergi."

Gilang dan Clarissa pun beranjak dari ruang guru menuju ruang OSIS. Di sana sudah berkumpul anggota inti OSIS yang akan membahas mekanisme Masa Orientasi Siswa (MOS). Kalau boleh dibilang, kegiatan MOS di SMA Rodrigo adalah yang paling disukai semua siswa bahkan dari sekolah lain karena tidak menggunakan kekerasan, namun kekeluargaan.

"Oke. Selamat siang semuanya." sapa Clarissa yang bertanggung jawab sebagai wakil ketua OSIS.

"Siang." anggota lainnya menjawab sapaan Clarissa.

"Berhubung hari ini Ditto gak masuk, jadi gue yang akan gantiin dia buat mimpin rapat kali ini."

"Bukan kali ini aja, ini udah rapat ketiga dan dia masih ga tau ke mana. Ga ngerti deh gimana cara dia kepilih. Ga bener banget buat mimpin. Untung ada lo, Sa." Pernyataan Gladiss itu langsung diangguki oleh semua anggota.

"Mungkin dia memang beneran lagi sibuk. Sekarang kita lanjut ke pembahasan inti. Nanti siswa-siswa ini dibagi ke beberapa kelompok ya. Kalian boleh namain sendiri-sendiri kelompoknya tapi harus berkaitan dengan nama-nama yang ada di sekolah ini. Contohnya, Bravo sesuai dengan moto sekolah."

"Kalau gue namain Ayang boleh gak?" celetuk Rian yang memang suka bercanda. Pernyataan Rian tersebut mengundang tawa dalam ruang OSIS yang serius selama satu menit itu.

"Ga boleh lah! Dasar Anoa!" Tristan menimpali.

"Udah-udah, kita dengerin Clarissa dulu. Main-mainnya nanti aja."

Clarissa hanya tersenyum melihat tingkah teman-temannya.

"Oke, gue lanjut ya. Pokoknya gak boleh ada kekerasan selama MOS karena tujuan kita memperkenalkan lingkungan sekolah di SMA kepada siswa-siswi baru. Jadi, jangan sampai gue terima laporan kalian ngelabrak adik kelas dan sebagainya."

"Gak mungkin lah. Kita kan anak baik." cengir Guntur.

"Kita harus bisa jadi senior dan mentor yang baik untuk mereka supaya mereka senang sekolah di sini. Untuk pembagian kelompoknya minta Sie Acara untuk percepat ya karena udah hampir mepet acaranya."

Rapat hari ini berlangsung cukup lama mengingat hari MOS yang juga semakin dekat. Clarissa dengan pandai menjelaskan mekanisme acara dan menjelaskan sampai sejelas-jelasnya. Seharusnya, Ditto ada di sana untuk membantu Clarissa menyiapkan semuanya.

You, Upon the StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang