Hanya dengan sebaris kalimat itu, keempat penciptaku lenyap dari pandangan, menyisakan dedaunan dan salju berserakan di lantai kayu. Aku hanya bisa terpana menyaksikan kepergian mereka.
Tidak! Aku tidak boleh diam!
Aku lantas melangkah keluar dari rumah dan mencoba mencari para penciptaku di kegelapan malam.
Bukan hal biasa jika Vanam kedatangan seseorang, terlebih jika itu penyihir.
Aku tidak tahu banyak tentang dunia luar, apalagi penyihir. Mendengar kedatangan mengejutkan itu membuatku takut sekaligus penasaran.
Kucoba mencari para penciptaku berburu. Sepertinya mereka berhasil menangkap karena suasana hutan tetap tenang seakan tidak terjadi apa-apa.
Pepohonan dan binatang penghuni Vanam yang biasa berkecoh kini tampak diam di tengah kegelapan malam. Sementara yang berbisik saat ini hanya para jangkrik.
"Ha! Ini dia!"
Kudengar suara Karif penuh kemenangan. Dia jelas sedang gembira karena berhasil melakukan sesuatu.
Tidak ada balasan dari suaranya, tapi aku yakin para penciptaku mendengar.
Aku mempercepat langkah hingga berhasil tiba di bagian hutan Vanam yang cukup sering dikunjungi baik olehku maupun penghuni lain.
Begitu tiba di sana, kulihat seseorang memakai pakaian serba hitam dan panjang tengah berlutut tak berdaya selagi dikelilingi keempat penciptaku. Mereka menatap tamu asing itu selagi sulur perlahan mengikat badannya.
"Siapa kau?" tanya Sardee.
Tamu itu terdiam.
Begitu aku mendekat, mulai tampak wajahnya yang sebagian tertutup oleh rambut hitam lurus sepinggang itu.
Dengan kasar, Aditya menarik kepala wanita itu hingga tampaklah wajahnya.
Dia memiliki kulit sawo matang dengan manik biru. Kulitnya juga mulus ditambah badan ramping membuatnya terlihat semakin cantik.
Wanita itu menatap tajam Sardee, sosok pertama yang dilihatnya ketika kepalanya ditarik.
"Jadi, ini Vanam yang dimaksud." Bukannya menjawab, wanita itu malah mengucapkan kalimat tadi dengan nada angkuh.
"Siapa yang menyuruhmu ke sini?" tanya Manjari. "Padahal tempat ini sudah disegel."
"Bukan urusanmu," balas wanita itu ketus. "Sekarang, beritahu aku, di mana kalian menyembunyikannya?"
Di tangan Sardee seketika muncul sebuah tombak berbentuk es. Dia langsung mengarahkannya ke leher wanita itu.
"Kami sudah berusaha bersikap ramah padamu," ujar Sardee. "Tapi kamu lebih memilih kematian."
Sardee mendekatkan tombak itu ke kepala wanita tadi.
"Tunggu!" Manjari menahan tombak es itu. Dia menatap Sardee, matanya tampak mengiba seolah menolak keputusannya. "Kita belum tahu dia siapa dan dari mana asalnya!"
Sardee berdecak. Dia merenggut kembali tombaknya kemudian melelehkannya menjadi air lalu menyatu dengan tanah.
"Bagaimana menurut kalian?" tanya Sardee sambil menatap semua orang termasuk aku. "Menurutmu, Ila?"
Aku termenung. Baru kali ini dihadapkan dengan situasi seperti ini. Sudah biasa aku hidup dalam ketenangan barulah kini muncul seseorang hendak mengacaukannya.
Dilihat dari mataku, wanita ini jelas berasal dari dunia luar, tempat yang ingin kujelajahi sejak lama. Dia pasti tahu sesuatu dan aku seakan mendapatkan kesempatan itu.
Aku membuka mulut. "Kurung saja wanita ini!"
"Ide bagus!" Karif lagi-lagi terdengar bersemangat. "Kita interogasi dia. Jika diam saja, dia akan mendapatkan satu sayatan!"
❀❀❀
KAMU SEDANG MEMBACA
The Forest's Daughter [✓]
Fantasía~ Tales of Gods Series ~ Vanam, negeri tersembunyi yang hanya terdiri dari pepohonan serta satwa langka, penuh misteri serta keajaiban. Di negeri Vanam, tinggallah Ila bersama keempat Penjaga Hutan. Mereka hidup dengan damai. Suatu ketika, penyihir...