Part 1. Top, bottom

2.5K 247 50
                                    

Kedekatan Eren dan Levi bahkan berita tentang mereka yang sudah 'taken' menyebar begitu cepat di kantornya, khususnya pada kantor divisi Survey Corps, tempat mereka bekerja, dan tempat mereka bertemu pertama kali tentunya.

"Jadi, apa benar Eren dan Levi-san sudah...." Petra menjadi yang pertama menyuarakan isi pikirannya. Membuat yang lainnya ikut-ikutan dan akhirnya mereka ribut sendiri.

"Hei! Kondisikan pertanyaan kalian! Satu-satu ya!" Eren berteriak dan membentengi Levi yang dihujami berbagai macam pertanyaan.

Laki-laki berambut cokelat itu menarik Levi, membawanya ke dalam dekapan, sementara matanya menatap satu persatu rekan kerjanya dan seniornya dengan tatapan permusuhan.

"Yah, lihat itu, lihat, Eren dan gejala suami posesifnya." Ejek Jean, dan semua orang di ruangan itu tertawa. Tidak dengan Mikasa yang sibuk mengumpulkan aura negatif di sekitarnya, mencekam.

Levi yang menjadi obyek utama sistem bercanda mereka, memerah, lalu sebisa mungkin mendorong Eren sambil mengumpat tentunya.

Eren cemberut pada itu, tapi dia tidak melepaskan Levi dan malah memeluknya semakin erat.

"Yah, selamat atas hubungan kalian! Tapi aku penasaran sekarang, siapa yang jadi pihak bawah." Sasha segera mengintrupsi keromantisan yang tengah dilakukan Eren dan Levi, otomatis mengalihkan perhatian mereka berdua.

"Tentu saja itu Eren!" celetuk Jean.

Armin memukul lengan Jean. "Bagaimana bisa? Aku yakin seratus persen Levi-san yang di bawah! Dia punya suara yang indah untuk mendesah, kau tahu?"

Kefrontalan Armin yang bisa dibilang kepolosan itu membuat Eren terbatuk, sementara Levi yang sudah lepas dari Eren nampak cuek, sibuk sibuk saja meminum kopinya sendiri.

"Hei! Itu tidak mungkin terjadi!" Jean berusaha mempertahankan keyakinannya, meski di dalam hati dia setuju dengan itu sebenarnya.

"Itu nyatanya! Kau tanya saja pada Levi-san!"

Armin berbicara sebagai penutup. Setelahnya, kedua makhluk yang tadi berdebat termasuk yang lainnya yang sedari tadi diam serentak menatap ke arah Levi dan Eren.

Levi menghela nafasnya. Lalu kemudian dia memutuskan untuk menjawab, "Aku meyakini bahwa suara Eren jauh lebih indah."

Eren terkesiap. Wajahnya memerah sempurna. Mata hijaunya secara otomatis menatap pada Levi dengan terbelalak tidak percaya. "Apa-apaan--"

"Ya! Aku menang!" Jean memotong Eren dengan pekikan senangnya.

"Hei! Jangan seenaknya! Itu tidak akan terjadi!" Eren berdiri dari duduknya sembari menunjuk-nunjuk Jean dengan kesal. Wajahnya yang menekuk garang, berbanding terbalik dengan rona merah yang nampak di pipinya.

Sementara Levi, seperti biasa, dengan datar dia menatap pada mereka semua, lalu bicara penuh ketenangan. "Dia itu sering memohon kepadaku."

Kesemua rekannya memekik, ada yang senang, ada juga yang kecewa. Yang jelas dua suara berbeda makna itu memenuhi seisi cafe dengan kericuhan dari mereka sendiri.

"Sering meminta padaku, ketika di atas kasur--"

"HEI! HEI! JANGAN MENGADA-ADA!" Eren menutup mulut Levi dengan telapak tangannya. Wajah pemuda itu nampak merah padam, sementara mulutnya terus mengoceh tidak karuan.

"Itu tidak seperti itu! Dia mengar- Ahh!" Eren berteriak aneh ketika merasakan telapak tangannya disapu oleh sesuatu yang basah dan lembut. Dan itu Levi pelakunya.

Dengan itu, pria yang malu-malu itu menarik tangannya menjauh dari Levi. "A-APA YANG KAU LAKUKAN LEVI-SAN?!"

Levi mengangkat bahu lalu tersenyum tipis. "Indah kan suaranya?" Mata pria itu tidak melihat wajah semua rekan kerjanya yang tercengang, bahkan Eren yang menatapnya penuh murka, dia hanya fokus pada cangkir tehnya yang bersih, menyukainya.

I'm top!【EreRi】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang