03. Kita ini sebenarnya apa

3 0 0
                                    

Jadwal MPLS yang ditetapkan selama tiga hari beturut turut akhirnya hari ini selesai, penutupan tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini penutupan MPLS ditutup dengan penerbangan balon helium secara bersamaan serentak dengan seluruh siwa-siswi seluruh angkatan.

Entah siapa yang mengusulkan ini tapi membuat semua kelas heboh mulai dari setiap kelas ingin warna apa atau dengan siapa ia menerbangkan balon heliumnya. Karena katanya setiap mereka menerbangkan balon helium harus disertekan surat impian yang mungkin saja bisa dikabulkan dengan semesta.

Berhubung hari terakhir MPLS dan seluruh siswa-siswi murid baru sudah ditempatkan ke kelasnya masing-masing anak anggota OSIS tidak teralalu sibuk mengurusi mereka, hanya saja mereka sibuk mengurusi persiapan penerbangan balon helium serentak pukul lima sore.

Ngajar belajarpun sudah dimulai, tadi dari pukul tujuh tepat kami sudah mulai belajar sampai pukul satu siang. Jadi untuk penerbangan balon helium sendiri tidak terlalu mengganggu waktu belajar.

"Aduh kira-kira gue sama siapa nih nerbangin balonnya." Ucap Veralyn sambil sibuk memilih warna balon mana yang cocok untuk ia terbangi.

"Sama Dylan mau madame." Jawab Dylan.

"Ogah mending gue sama Devian."

"Emang Devian mau sama lo madame." Ledek Geovandra.

"Kalian kenapa gak jadian aja sih cocok tau." Kini giliran aku ikut nimbrung percakapan mereka, toh dari yang kulihat Dylan benar-benar serius dalam mendekati Veralyn ia juga jarang terlibat skandal negatif dengan perempuan lain.

"Idih males gue Rin, kita itu emang ditakdirkan jadi sahabat lagian itu cuman jokes Dylan aja yang kelamaan menjomblo."

Kok aku agak tersindir dengan ucapan madame barusan, memang sih ada benarnya juga tapi apa iya aku dan Geovandra hanya akan sebatas sahabat tanpa embel embel komitmen.

Kulirik Geovandra yang sedang menulis disebuah kertas yang baru saja ia sobek dari lembaran tengah buku. "Kenapa?"

"Nulis apa Ge?"

"Sebentar, bentar lagi selesai." Kini ia menunjukan hasi tulisanya kepadaku memang hanya sedikit tapi entah kenapa bisa membuat dadaku berdebar.

Dear Semesta, doaku selalu sama, ingin terus bersamanya

dia Yurin Ashalina sahabat kecilku apapun yang terjadi

aku hanya ingin dia yang selalu bersamaku. <3

Ia mulai menatapku dengan tatapnnya yang tulus. "Gimana suka?." Kini aku tau jawabannya dari dulu, dia Geovandra akan selalu jadi sahabatku selalu disamping sisiku tanpa kuminta. Tidak peduli apa kata orang tentang status hubungan kita asal selalu ada Geovandra dia akan selalu jadi sahabatku.

Aku menganggukan kepala."Suka, bagus simple tapi bermakna." Ikut tersenyum tulus bersamanya.

"Ayo sekarang kita buat punya kamu." Ajak Geovandra.

"Ekhem berduaan mulu nih paketos sama Yurin." Goda Dylan.

"sirik aja lo, iri gak bisa uwu sama madame lo." Balas Geovandra.

"Idih kok bangga deketin anak orang statusnya sahabat." Celetuk Rey.

"Tau ya, netapin proposal aja bisa masa komitmen sama anak orang enggak." Sindir Veralyn.

"Lanjutkan madame."

"Ayang Dylan selalu mendukungmu madame."

"Yaampun udah-udah, mending kita nentuin warna buat balonnya." Leraiku, karena aku tau pasti akan panjang acara ledek-meledek ini, gak tau kenapa anak-anak pada suka sekali meledek aku dengan Geovandra. Padahal aku sendiri enggak mempersalahkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang