Gerakan cepat dari jari-jemari miliknya. Seraya nada mengikuti ke arah mana, gerakan tersebut berdansa. Tak memerdulikan perkataan orang ramai di tempat. Terus saja membuat alunan nada dari piano terasa begitu, menusuk para pendengar.
Benar. Perlahan-lahan, darah telah mengucur deras, membasahi ruangan dari kehadiran khalayak ramai, yang mengunjungi pernikahan. Tentu saja, itu adalah pernikahan yang tak ingin didengar oleh pemilik nama [Full Name].
Ditengah keributan, gadis tersebut hanya tetap fokus terhadap piano yang dimainkan untuk sang pujaan hatinya, yang telah meninggalkan dirinya. Terlalu banyak dirasa menghancurkan nada-nada, tak segan [Name] menusuk mereka dengan lagu yang dibawakannya.
Hanya saja, dia sungguh tak percaya.
Malam pernikahan yang terlalu mempesona, sedetik saja jikalau terlambat pertunjukan, kelak berubah menjadi area genangan darah. Namun terlambat, seketika tersadar ke alamnya. Dia telah dihadapkan oleh kekuatan, yang kini malah dipandang aneh oleh sang pujaan hatinya.
Sungguh, tergila-gila menempatkan beliau disisi diri. Bahkan, tak secuil harapan mampu untuk menghentikan aktivitas tragis tersebut. Berlari keluar, guna tidak ingin melampiaskan amarah. Sayangnya, tidak juga padam.
Orang-orang yang berlalu lalang, ikut terbunuh dalam sekali langkah kaki itu jalan. Hingga, seseorang mendekapnya dalam malam memuakkan tersebut.
"Sudah aku peringatkan, masih ada diriku yang tetap berada disisimu."
"Hokuto, menjauhlah dariku. Aku---" ucapan yang terpotong.
Tangan sedikit meraup wajah milik sang gadis, terbilang aneh namun dia bertindak tanpa sadar. Sontak menjauhkan, setelah mengucapkan kata-kata, "Tidak apa-apa. Aku paham akan kekuatanmu, [Name]."
Kilas balik menyatakan bahwa, pada musim panas hari itu, dinyatakanlah perpisahan keduanya. Rasa tidak ingin berpisah, menjadikan ketidak terikatnya satu sama lain. Entah bagaimana, seakan benang merah telah putus dimasing-masing jari, tidak mau kembali bersatu.
"Sudah merelakan dia?" tanya seseorang, mengambil atensi seraya menatap sosok sang gadis dihadapannya, dengan decakan.
"Aku simpulkan dirimu telah merelakan. Sekarang, apakah yang kau inginkan?" lanjut lelaki surai pirang itu, tak kunjung melunturkan senyuman terhadap sang gadis.
Sedikit mengerut, alispun bertaut dengan rasa kesal tetap diperlihatkan. "Tch, tepati janjimu. Aku akan coba membalas perlakuan dia," balasnya sedikit rasa tak mau.
"Membunuh seseorang. Apakah kau berkenan melakukan hal itu, [Name]-chan?"
Tersentak sebab, ucapan yang membuat dia tidak mau dengar malah terdengar sekarang. Dia tak suka dengan sosok dihadapan, yang bisa membaca pikiran dirinya.
Membulatkan iris netranya, bagaikan malaikat bila dilihat seklias, pada dasarnya sosok dibalik senyuman itu merupakan iblis yang tak kunjung bisa ditaklukan. Akan segala macam, rencana mengerikan.
"Berhenti membaca pikiranku! Sudah aku katakan, akan mencobanya. Toh, tak ada lagi yang bisa aku harapkan."
"Fufu~ aku tak mengira. Kalau [Name]-chan akan semalang ini," sahut lelaki tersebut mencoba menggoda sedikit, walau pada akhirnya tetap membuat emosi sang gadis tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BY YOUR SIDE! Hidaka Hokuto. ✓
FanfictionGerakan cepat dari jari-jemari miliknya. Seraya nada mengikuti ke arah mana, gerakan tersebut berdansa. Malam pernikahan yang terlalu mempesona, sedetik saja jikalau terlambat pertunjukan, kelak berubah menjadi area genangan darah. Ditengah keributa...