2

3 0 0
                                    

Kenaikan kelas menuju kelas delapan kembali terjadi seperti tahun awal, bedanya aku yang menjadi orang yang disalahkan dan orang yang paling salah dimata mereka. 

Sedikit cerita kalau aku itu orangnya suka untuk mengatakan hal yang jujur, dan mudah percaya pada seseorang. 

Singkatnya, waktu pengambilan rapot  semester ganjil aku bertugas sebagai bendahara yang memang harus berada di sekolah untuk meminta tagihan uang kas yang kurang kepada orang tua. Aku bersama satu orang temanku dan satu lagi sahabatku yang sampai saat ini masih menjadi sahabatku. 

Ada seorang ibu yang menanyakan tingkah laku anaknya selama dikelas seperti apa dan apakah anaknya itu masih ikut anggota sekolah yang terkenal atau engga. Disitu keadaan sangat tegang bahkan aku dan yang lain hanya bisa saling pandang. Teman ku menjawab bahwa iya dia masih ikut dalam hal seperti itu, lalu sang ibu memintaku untuk menjawab juga yang akhirnya aku jawab seperti yang temanku bilang dengan embel-embel "Tenang tante gak akan bilang sama anak tante." 

Pada akhirannya, awal masuk sekolah semester genap aku disidang satu kelas karena telah membocorkan ke ibu dari anak itu. Percuma kalau aku balas karena aku sendirian untuk menghadapi semuanya. Lalu temanku dan sahabatku? dia aman, tidak mendapatkan hal yang buruk di pagi hari dari teman sekelas. 

Aku hanya berkata dalam hati bahwa kebenaran akan berpihak padaku suatu saat nanti. Bukannya lemah untuk membalasnya dan berkata yang sejujurnya, toh juga dari awal yang disebut hanya namaku. 

Tidak marah pada siapapun tapi hanya kecewa pada diriku sendiri kenapa aku bisa gampang percaya pada ibu itu. Dan juga aku kecewa kenapa teman bahkan sahabatku tidak berkutik sedikitpun..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang