Saya memilih untuk menolak segala asing yang mencoba menjamah akrab saya. Ketika saya memilih hitam menjadi teman saya, maka tak satupun warna yang dapat saya terima lagi.
───── ❝ 5 ❞ ─────
"Dei.""Kamu lagi? Gak bosan menyapa saya yang lebih suka menolak?"
"Kamu pakai saya, sekarang?"
"Saya sadar, kemarin-kemarin pakai aku, kamu melonjak. Merasa bisa menggenggam seluruh semesta milik saya. Bahkan abai terhadap hal paling sederhana, meminta izin."
"Karena kamu tidak akan membuka pintu ketika kupilih izin seperti mengetuk. Kupikir, baiknya didobrak saja."
"Tidak ada yang baik ketika kamu memilih lancang masuk ke dunia saya. Kamu tidak diterima dan saya sudah bilang sedari awal, Abimayu."
"Bukan Bima lagi?"
"Kamu terlalu berlebihan jika menganggap itu spesial. Bagi saya, kamu tidak lebih dari manusia-manusia di pusat perbelanjaan. Manusia lalu lalang yang tidak peduli dan dipedulikan saya."
"Aku beda, Dei."
"Terserah, kepala saya sudah diatur untuk menolak raga lain dan kamu termasuk."
"Sebenci itu kamu dengan manusia di luar daripada kamu?"
"Karena manusia di luar daripadaku yang melakukan hal paling keji."
"Seperti apa?"
"Benar kamu ingin tau?"
Lelaki itu mengangguk mantap.
"Dimanfaatkan kemudian dibuang."
"Tapi, aku tidak seperti itu."
"Siapa yang bisa menebak?"
"Kamu hanya perlu pecaya, Dei."
"Sayangnya, saya gak bisa. Sudah berpuluh-puluh percaya yang saya letak pada bahu raga lain di masa lampau. Dan kamu tahu? Bahu yang saya pikir menerima, ternyata hanya butuh waktu agar tangan mereka segera bisa menepis apa-apa yang berwujud, beraroma, berasa dan berjejak saya."
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebel. | | Sadei & Abimayu [ O N G O I N G ]
Short Story[ O N G O I N G ] PG : 15 Satu hal yang menjadi permitaan Sadei akhir-akhir ini kepada Tuhan, yaitu menjauhkan Abimayu the rebel one yang entah mengapa tahu hal yang bahkan tidak ia tahu tetang hidupnya.