Stay With Me

414 39 3
                                    

Duh..

Kok aku jadi sedih gini ya?

Nafasku sesak dan tidak teratur. Pandanganku mulai tidak jelas karena air mataku sudah sampai dipelupuk mataku. Kakiku bahkan tidak bisa menahan tubuhku dengan kuat lagi. Lho? Kok aku menangis?

Bukan masalah menangisnya. Tapi kok aku malah sedih ngeliat cowok asing ciuman sama mantan pacarnya, atau lebih tepatnya 'pacarnya' karena mungkin mereka sudah balikan, padahal jelas sekali tertulis jelas kalau aku bukan siapa-siapanya.

Bahkan aku tidak mengenalnya. Tidak tau namanya. Tidak tau dia orangnya seperti apa, umur berapa, sekolah atau kuliah dimana, dan untuk apa aku mengejarnya terus. Aku sungguh tidak tau.

Mataku mebulat seketika saat melihat gerak-gerik cowok tersebut mulai beranjak ke arahku, walaupun dia tidak tau kalau aku membuntutinya. Satu hal yang masih aku bisa lakukan untuk saat ini.

Lari.

Ya, aku berlari terus tak tentu arah. Meninggalkan mobil yang tadi kunaiki untuk mencapai tujuanku. Tapi tujuanku kini sudah berlabuh ke hati yang lain. Ya, hati mantan pacarnya.

Yaampun.. Kenapa rasanya hatiku sakit begini?

***

Aku menelan jus jerukku dengan susah payah setelah diteror oleh berbagai macam pertanyaan dari sahabatku yang paling bawel sedunia ini.

"Ini pertama kalinya lo galau gajelas tau!" omel Samy.

"Iya deh tau, yang selalu mesra-mesraan sama pacarnya! Gue tau kok!" balasku sambil tersenyum kecut.

"Iiih! Kok jadi gue sih, Ris yang kena imbasnya?"

Aku hanya tertawa kecil. Yah, meskipun temanku ini bawelnya minta ampun, dia selalu ada untukku jika aku membutuhkannya. Seperti saat-saat seperti ini. Aku membutuhkan teman yang bisa mendengarkan isi hatiku dan dia melakukannya sebagai pendengar yang baik. Meskipun cara yang ditunjukkannya padaku untuk menujukkan kepeduliannya dengan bawelnya hahaha.

Aku terhibur.

Oh tidak! Tidak jadi! Aku lupa. Aku kan belum menyelesaikan tugasku! Oh entah tinggal 2 hari lagi atau aku akan mendapat nilai F di raport bahasaku. Aku harus menyelamatkan nilaiku!

Ah. Aku harus minta tolong Samy nih.

"Sam."

"Apaan?"

"Gue..."

"Gue tau perasaan lo, Ris. Gue bakal bantuin lo buat cari pacar! Tenang aja, kan temennya si Davin banyak noh yang ganteng dan kece-kece. Dijamin pasti salah satu diantara mereka ada yang bisa bikin lo nyangkut deh!" cerocosnya memotong pembicaraanku.

"Ha?" tanyaku tergagap, hingga lalat saja mungkin bisa masuk ke tenggorokanku.

Kok si Samy malah melenceng jauh dari apa yang ingin kukatakan?

"Lo ikut gue sekarang!" ujar Samy tiba-tiba dan menarik pergelangan tanganku.

Samy membawaku menuju ke sebuah lapangan bola basket yang berada di suatu perumahan elit. Aku pernah ke sini waktu menemani Samy yang sedang berantem sama pacarnya waktu itu. Tapi sudah agak lama dan jelas tak ada satupun yang kukenal disini kecuali si pacarnya Samy itu.

"Honey!" Samy memanggil Davin yang sedang bermain basket bersama gerombolan temannya.

Sejujurnya aku bergidik ngeri mendengar panggilan itu.

"Samy? Kok kamu ke sini?" tanya Davin basa-basi dengan raut muka bersinar cerah secerah matahari di teletubbies.

"Aku kangen sama kamu, Honey." ucap Samy bahagia dan berlari kecil ke arah Davin lalu memeluknya.

Hello Stranger!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang