Milikku

7 1 0
                                    

Seorang wanita tengah berjalan santai, langkah kakinya menjadi sebuah irama baginya. Surai hitam panjang yang bergerak pelan dan manik merah menyala itu menjadi sebuah bentuk keanggunan dari wanita itu.

Maniknya terlihat tenang dengan sebuah tatapan yang begitu dingin. Kedua tangannya memeluk seekor kelinci putih dengan manik merah yang sama seperti miliknya. Sebuah senyuman miring terukir di bibir merahnya, manik merah itu menatap ke arah sebuah pintu kayu di depannya.

Langkah kakinya terhenti, membuka pelan daun pintu di hadapannya. Suara pintu menjadi pembuka akan sesuatu yang menunggunya di sana. "Apa dia masih pingsan?"

Wanita dengan jubah langsung mendekat, sejak tadi wanita itu mengikutinya di belakang. "Pria itu sudah sadar, Lady..."

Sebuah senyuman kecil terbit di wajah dingin dan cantiknya. Dia langsung masuk dan hal yang dia lihat pertama kali adalah seorang pria tampan yang duduk di tengah-tengah ruangan dengan tangan dan kaki yang terikat.

Ruangan yang luas, namun hanya dia di sana dan wanita itu terlihat mendekat. Maniknya menatap ke arah manik biru yang terbuka lebar itu dengan tatapan senang.

"Siapa kau!?" Pria itu berteriak, menatap tajam ke arahnya.

Wanita itu sendiri hanya terkekeh, tangannya bergerak menyentuh ujung dagu pria itu. Mengangkat wajah pria itu dengan wajahnya yang dia dekatkan.

"Kau seharusnya tahu siapa aku..?"

Dia menjauh, melirik asistennya yang diam di tempatnya. Sebuah pisau dikeluarkan oleh asistennya membuat wanita itu terlihat senang.

"Cukup menarik! Karena kau berani mencari tentang kami sendirian."

Pria itu terkejut, maniknya membulat. Dia tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari apa yang baru saja wanita itu ucapkan. Jelas ini ada hubungannya dengan dia yang mencari sebuah kelompok, dan yang bisa dia simpulkan adalah mereka kelompok yang dia cari.

"Scarlett..!"

Wanita itu tertawa puas, dia cukup senang bahwa pria tampan ini sangat pintar. Ah.. benar juga, dia adalah Ketua Kelompok Kesatria keamanan. Dan tidak perlu diragukan lagi kepintaran dari pria ini bukan.

"Kau cukup menarik, tapi apa kau tahu kenapa kelompok kami begitu rahasia?"

Wanita itu berjalan memutari pria itu. Pisau yang ada di tangannya terus dia mainkan dengan kelinci kesayangan yang masih dia rangkul. "Aku penasaran kenapa kau begitu berani?"

"Jadi kalian memang Scarlett!"

Pria itu masih tidak bisa mempercayai akan apa yang dia dengar saat ini, bagaimanapun dia jelas hanya berniat mengetahui soal Scarlett bukan masuk ke dalam kelompok itu.

Iya, kali ini dia memang ceroboh karena langsung mengambil tindakan tanpa pikir panjang. Dan akibatnya dia tertangkap oleh kelompok itu sendiri.

"Dimana Ketua kalian!?"

Wanita itu tertawa keras. "Apa kau mencari Ketua! Sepertinya kau terlalu bodoh untuk tidak menyadarinya sejak awal." Wanita itu berbicara dengan nada mengejek bahkan dua kata terakhir dia ucapkan tepat di telinga pria itu.

"Beliau adalah Nona Scarlett, Ketua Scarlett." Suara dari asisten wanita itu menjadi sebuah awal dari keterkejutan pria itu.

Apa dia tidak salah dengar, wanita itu adalah Ketua-nya. Dia pikir ketua Scarlett adalah seorang pria yang besar, kejam dan mengerikan. Tapi kenyataannya, hanya seorang wanita kecil dengan wajah dingin dan tatapan tajam yang mengerikan.

"Iya aku Ketua-nya, dan kau adalah Charleston Brice Harold, Ketua kesatria keamanan satu."

Wanita itu tersenyum miring menatap tepat pada manik biru milik Charles. Dia sudah tahu identitas pria ini, pria yang menjadi satu-satunya pewaris di keluarga Duke Harold. Cukup mengesankan bahwa pria itulah yang ada di dalam tempatnya sekarang.

Pria yang dikabarkan akan bertunangan dengan Putri Kekaisaran, dan akan menjadi menantu kesayangan Kaisar saat ini. Tapi sepertinya hal itu tidak akan terjadi jika dia membunuh pria ini sekarang. Walau begitu wanita itu berniat melakukan sesuatu yang lain.

Seperti menjadikan pria ini sebagai mainannya?

Menambah koleksi pria tampan bukan hal yang buruk dan sepertinya asistennya juga menyayangkan bahwa pria ini akan mati di tangannya.

"Sekarang kau harus memilih! Menjadi milikku! Atau mati?"

Charles terkejut, tapi dia jelas tahu bahwa wanita ini tidak main-main akan ucapannya. Bahkan pisau itu sudah menyentuh lehernya dengan darah yang mengalir perlahan.

"Nona, apakah ini tidak berlebihan!?"

Suara asistennya membuat wanita itu menoleh. "Berlebihan? Aku pikir kau akan menyetujui hal ini? Apa aku salah?"

Asistennya menggeleng. "Tidak Nona! Hanya saja sudah ada empat pria yang menjadi koleksi Anda"

Wanita yang dipanggil Nona itu mendekat, pisau yang menyentuh leher Charles langsung di tunjukkan di wajah asistennya. "Baru empat bukan! Di tambah satu tidak ada salahnya!"

Asisten itu mengangguk, wajahnya menunduk tidak berani menatap manik merah menyala milik sang pemimpin. Dia bisa merasakan elemen api yang menyala di manik merah itu.

"Kau Elementalis!?" Charles terkejut, menatap ke arah api yang terlihat di sekitar tubuh wanita itu.

"Benar! Aku seorang Elementalis. Dan aku perlu jawabanmu sekarang! Kau ingin hidup atau mati!?"

Charles bingung, jika dia mati maka semuanya akan berakhir tapi jika dia hidup dan menjadi milik wanita itu juga akhirnya akan sama. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang, benar juga! Jika dia hidup, pasti ada cara untuk dia kabur nantinya.

Dan pilihan yang tepat untuk sekarang adalah dia harus hidup!

"Aku akan menerimanya."

Wanita itu tersenyum cerah, dan langsung mendekati Charles. "Aku senang kau memilih jawaban yang aku inginkan."

"Stella, lakukan tugasmu!"

Wanita berstatus pemimpin Scarlett pergi meninggalkan ruangan itu dengan sebuah senyuman kebahagiaan. Berbeda dengan Stella yang menghela napas kasar atas tindakan pemimpinnya. Tatapannya beralih ke arah pria bersurai perak di sana, mendekat dengan raut wajah datar.

"Aku pikir kau akan memilih mati," gumam Stella melirik manik biru itu sebelum melepas ikatan di tubuh Charles.

Charles terlihat tidak peduli dan berjalan pelan mengikuti langkah Stella, lorong yang gelap mereka lewati sampai mereka melihat sebuah lorong yang terlihat mewah.

Di sana adalah tempat Ketua Scarlett tinggal dan Stella lagi-lagi melirik pria itu sebentar. "Sepertinya kau memiliki pemikiran untuk kabur. Sayangnya kabur adalah hal yang tidak mungkin terjadi, ini Scarlett kau ingat!"

"Dan sepertinya kau bukan bawahan yang baik untuk wanita itu?" Charles jelas mengejek, dia jelas bisa melihat bahwa wanita di depannya ini bukan orang yang selalu menurut akan ucapan Ketua-nya.

Dan sepertinya Charles bisa memanfaatkan hal itu untuk kabur, jika dia bisa menggenggam satu orang di sana maka dia bisa kabur dengan mudah.

"Terserah kau mau berpikir apa, tapi yang jelas tidak ada jalan keluar setelah kau masuk ke sini!"

TBC

Lanjut dengan chapter dua, semoga aja kalian suka. Bagaimanapun aku juga tidak yakin ini akan sesuai ekspektasi kalian atau tidak. Dan jika suka silahkan klik bintang di bawah, terima kasih...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm a Real AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang