.
.
.
Gadis itu menekan tombol off pada remot dengan kesal. Berita tentang dirinya yang dikabarkan dekat dengan salah satu anak artis terkenal hampir disiarkan di seluruh acara entertainment televisi membuatnya sakit kepala. Menurutnya, orang-orang itu menyebalkan, membuat berita yang bahkan gadis itupun tidak tau berasal dari mana.
"Mana ada gue pacaran sama Arka? Ini gosip ngarang banget sih!" Luna mengacak rambutnya.
"Ini siapa sih reporternya? Mana besok hari pertama masuk sekolah lagi, ya tuhan" Gadis itu mengusap wajah frustasi. Dia menelungkupkan wajahnya ke bantal. Kakinya bergera-gerak memukul spring bednya.
Terkadang Luna selalu bertanya-tanya, alasan apa yang membuat banyak orang diluar sana berkeinginan untuk menjadi artis.
Bayaran yang menggiurkan?
Popularitas yang menjanjikan?
Semua privillage yang didapatkan?
Atau apa?
Padahal kehidupannya pasti akan dihantui para wartawan yang haus cerita apa saja. Bahkan cerita tentang hewan peliharaan artis yang mati saja bisa jadi headline berita.
Ada lagi yang lebih menyebalkan, yaitu siaran pernikahan selebriti yang ditontonkan berhari-hari di stasiun televisi nasional. Memangnya stasiun tv punya milik sendiri apa.
Luna terlahir dari kedua orang tua yang berprofesi sebagai penyanyi. Mamanya seorang penyanyi terkenal yang albumnya selalu laris di pasaran. Dia juga digadang-gadang sebagai diva besar dari dalam negeri. Begitupun papanya, dia seorang musisi yang karyanya selalu dinanti-nanti oleh penikmat lagu.
Sementara Luna? Dia hanyalah anak mereka.
Luna merasa tidak mewarisi bakat mereka berdua. Bertahun-tahun Luna melatih kemampuannya dalam bernyanyi, tetap saja dia masih kalah dengan anak binaan di kelas musik papanya. Berkali-kali juga Luna ingin menyerah. Beban yang ditanggung sebagai anak kedua orangtuanya terlalu berat, Luna tidak sanggup menanggungnya.
Yang lebih menyakitkan adalah, cemoohan orang-orang di luar sana yang terus-menerus menyerang sosial medianya hingga Luna memutuskan untuk menghapus seluruh akun sosial medianya. Mungkin dengan begitu hidupnya akan lebih tenang.
Tanpa Luna sadari, kejadian tersebut membakas sangat dalam di hidupnya, mempengaruhinya menjadi orang yang tertutup dan memutuskan untuk hengkang dari sekolah formal.
Tetapi sekarang , Luna yang beranjak dewasa sudah terbiasa dengan ujaran kebencian yang diterimanya sejak kecil. Dia akan keluar dari zona nyamannya selama ini. besok, dia akan memulai kembali masa-sama sekolahnya. Luna siap membuka dunianya sendiri.
Namun, berita yang baru saja dia saksikan menambah beban hidup Luna karena sekolah barunya adalah sekolah yang sama dengan Arka.
Akankah tuhan membiarkan Luna hidup tenang?
.
.
Halo!
Iya, cerita ini aku re-publish.
Aku mau pake nama tokoh yang lokal aja ya hehe
Visual? Masih ku pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permanent
Teen FictionAku dengan ketidaksempurnaan yang kerap kali membuatku rendah diri, dan kamu dengan segala kelembutan yang selalu menguatkan hati. Maafkan mulutku yang selalu berkata tidak sesuai fakta. Maafkan aku yang berpura-pura mendiamkanmu. Kamu tahu apa yan...