01 First impression

702 71 118
                                    

"Pagi semua!" sapa seorang siswi dari depan kelas dengan semangat empat lima yang dibalas salam serta seruan-seruan dari para siswa lain yang sudah duduk manis di kursi masing-masing.

Siswi yang mengucapkan salam itu tak lain Maureen Loovany teman Jevelin yang gilanya tidak tahu waktu dan tempat. Dia segera melangkahkan kakinya menuju meja Jevelin di pojok belakang sebelah kanan kelas.

"Uy Elin! lagi ngapain lu? tegang amat perasaan," sentaknya kepada Elin yang sudah duduk manis sembari membaca novel yang baru dia beli tempo hari.

Elin hanya meangkat bahunya acuh, sembari memutar bola matanya malas, "Ck, kalau mau duduk, ya tinggal duduk aja kan bisa Maureen! Gak perlu teriak-teriak ngga jelas gitu kayak di Hutan," ucapnya sembari menghela nafas jengah.

"Dih lu mah ga tau basa basi Lin! Ngga seru," balas Maureen mendramatis.

Elin tidak merespon hanya memberi tatapan geli pada sahabatnya itu.

Selang lima belas menit usai perdebatan mereka, bel tanda untuk berkumpul di Lapangan pun berbunyi. 

'kriiingg'

"Eh Elin ayo sama-sama ke Lapangan, itu kayaknya pembukaan MOS kita deh, sekalian pidato dari kepala sekolah, kira-kira apa ya isinya?" Ajak Maureen sembari menebak-nebak apa isi dari pidato kepala sekolah nanti.

Mereka berjalan beriringan keluar kelas dan berpasan dengan Aletta Megantari, salah satu sahabat Elin yang sedikit lebih bar bar dari Maureen.

"GUYS TUNGGUIN DONG! BENTAR MAU BAWA TAS KE KELAS," teriak Letta secara terburu-buru agar tidak ditinggal pergi.

Elin dan Maureen hanya saling menatap dan menggeleng kepalanya tidak percaya, "temen lu bukan sih?" Tanya Elin sambil tersenyum geli.

"Maaf, bukan deh kayaknya," balas Maureen menampakkan muka sok jijiknya.

"Hallo sayang-sayang aku, lama ya nunggunya? Iya tau kok capek ya, maaf ya aku tuh telat, biasa masalah alam" ucap Aletta tiba-tiba mengejutkan Jevelin dan Maureen.

"Masalah alam, atau emang lu nya aja yang males?" Tanya Maureen sarkas.

"Hehe, bantal guling sama gue tuh ibarat aku dan dia tidak bisa terpisahkan, ea..." Balas Aletta dengan cengirannya.

Jevelin hanya menghembuskan nafasnya gusar, sambil berpikir dari mana dia menemukan kedua manusia sengklek ini?

"Kalian anak yang baru mau MOS ya? Kenapa masih disini? Kenapa tidak turun kebawah? Mau bolos ya? Mau saya laporkan ke kepala sekolah?" Tanya seorang guru secara berturut tanpa jeda. Ternyata dia sedang berpatroli memantau para siswa siswi yang masih berkeliaran. Yang mereka ketahui dia adalah guru BK sekaligus guru killer di Sekolah ini.

"Eh Ibu, iya bu ini lagi cari nafas, tadi ketinggalan di Rumah, ini baru mau turun kok bu," ucap Aletta secara spontan dengan senyuman genitnya, lalu langsung menarik tangan Jevelin dan Maureen untuk menjauh dari guru killer itu.

Segera Aletta membawa lari teman-temannya, dan bergabung di barisan para siswa yang ada di Lapangan.

Ternyata di Lapangan masih pembagian kelompok, mereka mendengarkan arahan para osis dengan baik.

"Eh kira-kira kita bakal satu kelompok gak?" tanya Maureen secara tiba-tiba.

"Pasti satu kelompok dong, kan kita soulmate," balas Aletta sembari mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda Maureen.

"Iwuh," ungkap Maureen secara spontan, "mata lo kelilipan dugong ya?" sarkas Maureen lagi.

Baru saja Aletta akan menjawab tapi Jevelin menghentikannya, "udah udah! Capek tahu dengerin kalian debat! Gak bisa liat apa kita lagi diperhatiin sama osis-osis," ucap Jevelin berusaha sabar.

Sedangkan Maureen dan Aletta hanya menunjukkan senyuman lebarnya.

"Heh kalian bertiga, sudah dapat kelompok?" Tanya seorang yang mereka tebak adalah seorang osis, karena menggunakan almet sekolah.

"Belum kak, hehe," balas Maureen dengan senyuman genitnya.

"Dih, liat yang bening dikit lu langsung kayak monyet kesamber petir," bisik Aletta pada Maureen.

"Maaf kak, untuk siswi Jevelin Alnara Zanuari, Maureen Loovany dan Aletta Megantari dapat kelompok berapa ya?" Tanya Jevelin langsung, untuk menutupi rasa malunya karena ulah kedua temannya.

"Oh iya, untuk Jevelin Alnara Zanuari kamu kelompok lima, dan kalian berdua kelompok lima juga seperti Jevelin," balas si kakak osis itu kepada Jevelin, juga kepada kedua teman Jevelin.

Jevelin menganggukkan kepalanya pertanda mengerti, "baik terima kasih kak, permisi," balas Jevelin lalu menarik tangan kedua temannya untuk menuju barisan mereka.

Sedangkan Maureen sempat-sempatnya memberikan godaannya, "nanti minta nomor WhatsApp nya ya kakak ganteng," ujarnya disertai kedipan genitnya.

"idih, udah ayo!" Sentak Aletta membuyarkan khayalan Maureen.

Mereka akhirnya memasuki barisan dan berbaris paling belakang karena terlambat datang, saat mereka sudah berbaris dengan rapih, tiba-tiba ada yang menabrak Maureen dengan sengaja. Maureen yang tidak terima langsung menarik nafasnya panjang, "LO TUH GAK PUNYA MATA ATAU GIMANA SIH? ATAU PUNYA TAPI EMANG RADA KATARAK?" Bentak Maureen menggebu-gebu.

"Eh santai dong santai! Lagian bukan salah gue kali, orang dia yang main dorong aja,'' balas orang yang menabrak Maureen dengan tampang tak bersalahnya sembari menunjuk teman disebelahnya.

Maureen yang tidak terima segera menarik nafasnya dan akan mengeluarkan kata-kata mutiara tiba-tiba, "udah ya Ren, cowok kayak dia ngga pantes buat diladenin! Mendingan kita balik kebarisan, kasian tuh si Jevelin sendirian," ucap Aletta mencoba menenangkan Maureen yang masih menggebu-gebu, sembari menunjuk ke arah Jevelin yang sudah berbaris dibagian depan untuk menghindari kegaduhan.

"Arghh! Untung lu ada Aletta!" Sentak Maureen masih dengan emosinya sembari menunjuk ke muka si cowok yang menabraknya.

"Udah ayo ke barisan," kata Aletta sembari menarik tangan Maureen untuk kembali masuk ke barisan, dan menyusul Jevelin.

"Udah selesai argumennya? Emang siapa sih dia?" Tanya Jevelin saat Aletta dan Maureen sudah didekatnya.

"Tahu tuh, ada cowok tengil main samber-samber aja," balas Maureen masih dengan raut kesalnya.

Sedangkan Aletta hanya tersenyum geli saat mendapat tatapan meminta dari Jevelin.

"Biasalah Lin, cowok-cowok gabisa diem" balas Aletta santai.

"Dia siapa sih? sok iya banget iw!" Balas Jevelin dengan raut jijiknya.

"Maureen, jarang-jarang loh ada yang modelan kayak lu, soalnya tadi yang lo bentak merupakan salah satu siswa jejeran most wanted di sekolah ini, ya walaupun baru masuk, seangkatan sama kita. Terus denger-denger dia yang mau di utus buat olimpiade sains nasional tahun ini, eh tapi katanya sih dia juga sering buat ulah pas masih SMP, gak tahu juga kalau sekarang." Ucap salah seorang siswi secara tiba-tiba dari belakang barisan.

Maureen yang mendengar itu hanya memutar bola matanya malas.

"Emang segitu terkenalnya dia?" tanya Jevelin dengan raut polosnya.

"Iya, tapi dia juga playboy, suka gantungin cewek, ya itu dibaperin doang diajak pacaran mana ada," timpal siswi itu lagi.

Jevelin hanya meangguk mengerti, "idih ada ya cowok kayak gitu, amit-amit deh jodoh gue modelan kayak dia" gumam Jevelin dalam hati

"Udah ah, lanjut ghibahnya nanti aja, sekarang dengerin arahan kepala sekolah dulu," ucap Aletta secara tiba-tiba, dan mendapat anggukan dari teman-temannya.

----------------- TBC 

Jangan lupa vote and comment yaw para readers saiang😼💘

Selesai ditulis: 19 Agustus 2021.
Tanggal up: 16 September 2021.

Annoying StrangerWhere stories live. Discover now