part 3

7 2 0
                                    

Alysa terbaring tak sadarkan diri diatas ranjang. Luka didahi sudah dibersihkan dan dijahit. Begitu pula telapak kakinya yang luka setelah berjam-jam berjalan menggendong Ali. Saat itu, dalam keadaan yang begitu memprihatinkan Alysa terus membawa Ali dipunggungnya sambil berteriak mencari bantuan. Dengan langkah kaki gemetar, perlahan lahan ia menyusuri jalan. Berkali-kali ia ingin beristirahat, tapi melihat Ali yang semakin tak berdaya membuatnya kembali semangat dengan sisa-sisa tenaganya.

Selain itu, hari juga semakin sore, tentu akan lebih sulit mencari bentuan jika situasi sudah petang. Jangankan mencari bantuan, didepan jalan ada mobil atau pohon pun ia tak tahu, semua tiang lampu jalan roboh disapu air bah pagi tadi. Sudah berjam-jam Alysa menyusuri jalan, tapi tetap tak menemukan bantuan. Tubuh Alysa sudah sangat lemah, tidak kuat lagi melanjutkan perjalanan. Ia lapar, kesakitan dan kedinginan. Dari tadi ia terus berjalan, sering ia menemui mayat yang tergeletak pucat. Alysa jeri dan sesegera mungkin pergi menjauh. Ia sudah sangat keletihan, tenaganya telah terkuras habis. Kesadarannya sedikit-demi sedikit berkurang, pandangannya memudar. Ia sudah tak sanggup lagi, kakinya sangat berat digerakkan. Badannya hendak jatuh. Inikah akhir bagi keduanya?

Disaat-saat genting seperti itulah, Alysa melihat sorotan lampu kuning dari depan. Wajah letihnya hilang seketika. Bantuan telah tiba. Ada seseorang membawa senter dan mengendarai sepeda datang. Lalu dengan sigap menurunkan Ali dari punggungnya dan segera berkomunikasi lewat handy talky dengan orang diseberang sana. Tak lama mobil ambulance datang dan membawa tubuh Alysa dan Ali yang sempurna tak sadarkan diri. Mereka dibawa ke tenda medis yang berada di stadion kota. Sudah banyak para pengungsi lainnya. Beberapa ada yang hanya luka kecil bisa langsung beristirahat di tenda penginapan, sementara yang mengalami luka berat seperti Ali harus dirawat terlebih dahulu di tenda medis.

Alysa terbangun, matanya melihat kelangit-langit tenda berwarna putih. Ia melihat kesekitar, ada banyak orang tua dan anak-anak seusianya. Ramai sekali situasi ditenda medis. Saat Alysa memerhatikan keadaan sekitar, ada seorang laki-laki menghampirinya. Tampilannya lain dari yang lain, ia mengenakan seragam dan sepatu boot hitam bertali. Ia juga memakai topi, badannya tegap dan tinggi. Kalau menurut Alysa usianya sekitar 45 tahunan.

"Rupanya kau sudah sadar. Bagaimana perasaanmu? Jauh lebih baik?" tanya laki-laki itu. Wajah tegasnya terlihat bersahabat dengan senyuman itu. Alysa dengan gerakan kaku mengangguk sebagai jawaban.

"Baguslah. Aku akan pergi sekarang, ada yang harus aku lakukan. Senang melihatmu baik-baik saja"

laki-laki itu kembali tersenyum ramah dan segera membalik badan. Ia mendengar cerita Alysa yang berjalan menerobos hujan sambil menggendong Ali dari orang yang menemukan Alysa. Kisah heroik itu dengan cepat menyebar ke berbagai lapisan sampai akhirnya sampai di telinganya. Sontak kisah Alysa menjadi pembicaraan ditenda-tenda dengan pembicaraan tentang tsunami pagi tadi. Awalnya orang-orang bercerita tentang dirinya sendiri saat tsunami terjadi, apa yang sedang dilakukannya, bagaimana keadaan keluarganya dan bagaimana ia ditemukan sampai akhirnya cerita mereka berlabuh pada kisah Alysa.

Sebelum punggung laki-laki itu menghilang ditirai tenda, Alysa teringat sesuatu.

"Paman! Dimana adikku?" tanya Alysa. Laki-laki itu berbalik badan kemudian kembali mendekat.

"Dia baik-baik saja, anak hebat" kata laki-laki itu dengan senyum kharismatinya. Lalu ia memanggil seorang perawat wanita, usianya berkisar 22 tahunan. "Dia akan menunjukkanmu dimana Ali. Aku pergi dulu. Tolong jaga dia" laki-laki itu berjalan keluar tenda.

"Hai, Alysa! Aku Sarah. Apa kau mau bertemu Ali?" perawat itu tersenyum ramah, wajah cantiknya seperti memancarkan aura semangat dan menenangkan. Matanya masih melebar dengan senyum lebar menanti jawaban Alysa. Alysa patah-patah mengangguk, dari mana perawat itu tahu namanya dan nama Ali. Begitu tanya batin Alysa.

"Dia baik-baik saja. Kemari biar aku antar" Sarah dengan baik hati menuntun Alysa jalan. Tenda medis Ali selisih dua tenda dengan tenda medis Alysa. Berbeda dengan tenda medis Alysa yang ramai, tenda medis Ali lebih senyap. Banyak orang yang tengah dirawat dan tak sadarkan diri. Salah satunya Ali. Demi melihat Ali yang terbaring dengan kaki dililit perban, Alysa sontak menangis dan memeluk adiknya.

"Ali. Kau baik-baik saja kan? Aku mohon cepat bangunlah" Alysa dengan sedih menggoyang-goyangkan tangan Ali.

"Kakinya memang terluka, tapi tidak terlalu parah. Syukurlah kau segera mencari bantuan. Dia akan bisa berjalan normal lagi setelah beberapa bulan. Selain luka dikakinya, ia baik-baik saja" Kalimat Sarah cukup membuat Alysa merasa tenang. Perawat itu piawai menangani pasien, masalah menenangkan Alysa bukan perkara sulit baginya.

"Kau harus beristirahat Alysa. Agar cepat sembuh, dengan begitu kau bisa merawat adikmu, Ali" Alysa menggelang, meski ia masih lemas tapi ia masih sanggup mendampingi Ali.

"Dari mana kau tahu namaku dan adikku?" tanya Alysa setelah beberapa detik lengang.

"Oh itu. Kisah kau yang berjalan menerobos hujan sambil menggendong Ali menyebar bagai jamur dimusim penghujan. Sepertinya kalau kisahmu dimasukkan berita, maka itu akan menjadi tranding topic.  Lagi pula sebagai perawat, aku memang harus tahu nama pasienku. Itu salah satu trik untuk membuat pasien merasa dekat dengan perawatnya" Sarah menjawab dengan ramah. Kepribadian Sarah lebih kurang seperti Alysa. Ia ramah dan sangat bersahabat. Alysa mengguk mendengar penjelasan Sarah, ia memang merasa nyaman dengan Sarah walau baru pertama kali bertemu.

"Tapi maafkan aku, Alysa. Aku tidak membenarkanmu untuk menunggu Ali disini. Dia masih perlu banyak waktu untuk beristirahat begitu pula dirimu. Jadi aku terpaksa harus memintamu kembali ke tenda. Lagi pula ini sudah lewat larut malam, tenda ini seharusnya steril dari pembesuk, jika orang lain tahu kau masuk kesini mereka mungkin akan berpikir kalau kau diistimewakan. Kembalilah ke tendamu dan beristirahatlah. Aku akan mengabarimu saat besok pagi memberimu obat"

Baiklah, Alysa menurut. Penjelasan Sarah masuk akal. Ali juga terlihat jauh lebih baik.  Alysa kembali ke tendanya dengan dibantu oleh Sarah, si perawat cantik nan baik hati.

AirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang