Okay I'm Well. He Drives Me Cray!

5 0 0
                                    

Ruang kecil dan sempit kini terlihat sangat berantakan. Jendela besar di samping meja belajar masih tertutup korden menghalangi cahaya masuk. Dibawah itu selimut dan sampah menjadi satu tergelatak di lantai. Kamar ini pantas menjadi TPA, apalagi tumpukan piring dan gelas kotor bekas matcha, belum dicuci di belakang pintu merusak penciuman. Kaylia terbaring di tempat tidur menelentangkan tangannya dengan posisi kaki terangkat ke dinding. Cewek itu bahkan nggak terganggu dan betah molor.

Viska mengedarkan matanya keseisi ruangan, wanita paruh baya itu berdiri geleng-geleng kepala. Dihadapannya, jam waker daritadi masih berbunyi nyaring memekak. Ia sudah meneriaki anak bungsunya itu berkali kali dari lantai satu sampai saat ini dirinya berada. Sekarang nggak ada cara lain kalau bukan pakai jurus klasik.

"Kay, terus tidurnya, terus kan!" Katanya menyeru tegas karena cewek itu diomeli apa saja pun selama dia tidur akan sia sia, Viska mencubit hidung Kay lama.

Kaylia yang terpulas dengan mulut terbuka, tersenggal nafasnya. Cewek itu membelalakkan mata melihat ibunya berkacak pinggang dengan cubitan yang menariknya untuk bangun.

"Mah, ih. Sakit tau, Hidung Kay udah mancung," kata Kay kesal duduk di tepi kasur.

"Mandii... Udah berapa kali mama bilang? Jangan pelihara sampah, sama cucian kotor. Cepet ngga?"

Cewek itu masih dengan mata sayu, ekspresinya seperti tidak tertarik untuk bangun. Seorang Kaylia dikenal baru bangun bukannya semangat tapi malah kayak orang linglung.

"Ya ampun Kay liat, gelas kamu sampe ada jentiknyaa! Buruan dicuci

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya ampun Kay liat, gelas kamu sampe ada jentiknyaa! Buruan dicuci. Mama ada acara sama Bu Lastri, sebelum itu pokoknya mama harus pastiin kamu beresin semua dulu." Katanya menunjukkan gelas dan piring kotor dihadapan Kaylia agar jelas.

"Udah dewasa jangan jorok banget Kay, tanggung jawabnya nggak ada sama sekali. Kalo mama nggak ngomel yakin pasti lebih parah joroknya."

Kaylia mengangguk angguk sembari memungut tissue dan buku yang berserakan. Ia membereskannya asal−melempar selimut dan guling yang jatuh−ke kasur juga beberapa pakaian ke lemarinya. Viska nggak bisa sabar tiap kali liat Kaylia seperti ini, anaknya itu tidak akan bergerak kalau tidak diomeli dulu. Telinga Kaylia juga sepertinya sudah kebal tiap hari dapat siraman pagi dari mamanya.

"Kay jangan lupa cuci, awas!" Viska berjalan keluar kamar, sebelum itu ia mengarahkan dua jari dari mata ke mata. Ancaman serius.

"Iyaaa maa udah ih sanaa." Jawab Kay tidak minat menutup pintu kamarnya kembali.

Ia mengusap kasar wajahnya, kalau dilihat-lihat emang bener kayak kandang ayam. Cewek itu mengikat kedua rambutnya ke belakang, mengambil sapu di luar kamar. Dari kolong kasurnya ia seperti memaruk setumpuk sampah. Nggak cuma kertas atau tissue bahkan chiki-chikian yang tumpah.

"Aaaa.. apaan tuh?!" Teriaknya keras, terbelalak. Kaylia terjengit menyadari ada cicak mati yang keluar dibopong semut-semut. Kakinya otomatis naik ke atas kasur. Namun, baginya hal itu masih nggak sebahaya kecoa terbang. Ia memberanikan dirinya membuang ke tempat sampah. Hal ini sudah sering terjadi secara berkala.

MATCHALICIOUS | CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang