"LANG! OPERR!!"
"KAILA HADANG WOI!!"
"GAUSAH HALAING GUE! MINGIR!!!"
"KAILA AWASS!!!"
Bugh
"Sshhhh"
"SETAN LO NA! GUE GEBUG SINI!"
Lapangan futsal indor sekolah kini dipenuhi oleh sepuluh orang yang sedang main bola, hujan turun membasahi bumi mereka hiraukan kapan lagi coba punya pengalaman kayak gini?
Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore tapi hujan belum kunjung reda sejak satu jam yang lalu
Langit masih setia atas tangisannya, tinggal gerimis kecil kecil doang sih
Kaila menatap sengit sosok laki laki yang membuatnya jatuh, luka goresan kecil dilututnya bukan masalah melaikan sosok yang membuatnya jatuh itu sama sekali tidak peduli dengan keadaannya.
Nakula itu dingin, bukan ke semua orang tapi ke Kaila saja. Bukannya minta maaf atau menanyakan keadaannya dia malah melirik sekilas saat Kaila jatuh lalu melanjutkan bermain bolanya
"Untung lo lakik! Kalau agak mleyot seperti Adam sudah pasti gue hajar lo!" batin Kaila memberontak serasa ingin menghabisi Nakula saat itu juga
Kaila menoleh ke samping "Lang gue balik, pada gak asik" ketus Kaila, tanpa menunggu balasan dari Gilang Kaila sudah berjalan menuju pinggir lapangan
"Lah ngambek tuh bocah" heran Gilang padahal Kaila biasanya gak sebaperan itu
"Tanggung jawab lo" hardik Gilang sambil menunjuk Nakula
"Bodoamat! Gak peduli! Dasar lemah!" ejek Nakula
Lemes sekali mulut Nakula ini, andai saja dia tidak jago bela diri sudah pasti Gilang tampol mulutnya
"Terserah! Inget dia perempuan!"
Nakula memotar bola matanya malas, yang bahas Kaila itu Lakik siapa?
***
Hari Jumat yang identik dengan pembawa keberkahan kini menjadi hari sial bagi Kaila.
Saat jatuh Kaila berusaha mati matian menahan sakit dikakinya agar baik baik saja agar bisa hilang pandangan dari orang orang itu, Kaila bukan hanya perempuan yang bermain melainkan ada tiga, tapi mereka hanya menanyakan keadaannya lalu lanjut bermain
Sialan!
Lutut kaki kanannya sepertinya terkilir
"Gausah manja Kaila!" ujarnya menyemangati diri "tapi ini sakit banget gila!" Kaila luruh ke laintai mendudukkan bokognya dianak tangga
"Kalau gini caranya tidak bisa pulang gue, buat berjalan aja susah apalagi naik motor" monolognya sambil memijat kecil area lututnya guna meredakan rasa sakit
Hari semakin sore udara semakin dingin, tidak ada yang akan lewat dikoridor ini mungkin sepuluh bocah itu sudah pulang
"Ayolah ngak usah manja! Berdiam diri disini ngak mungkin bisa sampai dirumah!" Kaila mulai melangkah menaiki anak tangga satu persatu walaupun lambat dan sedikit nyeri
"Gue tandain lo Na!" dengkus Kaila sebal
***
"Udah lah Mas, gak mau!"
"Tapi habis itu enak Kai"
"Pokoknya ogah titik!"
Kaila menolak mentah mentah saat mau dibawa ke tukang pijet oleh Mas Satria, bukan masalah sakitnya tapi tukang pijetnya itu duda yang gemar godain remaja remaja buat jadi sasarannya. Apalagi yang imut seperti Kaila
When Kaila said : udah gak ganteng, sangean, duda pula.
"Sama Mbah Nah aku mau Mas" ujar Kaila mencoba negoisasi
"Jauh Kai, udah malam ini. Tambah bengkak tuh besok gak bisa jalan"
"Aaah jangan gitu lah mas, aku gak mau sama om pedofil itu"
Mas Satria menghembuskan nafasnya kasar, kalau ngak dipijit nanti malah tambah bengkak, mau dipijit tapi anaknya tidak mau. Andai ada Bapak Kaila pasti nurut, sayang Bapak tinggal di desa. Kaila dan Mas Satria itu merantau
Sebenarnya Mas Satria bisa aja memaksanya, tinggal gendong, lalu datang ke rumah tukang pijitnya wong deket kok, jarak 5 rumah
"Besok ngak sekolah mau?" ucap Mas Satria memastikan
Kaila tertegun sejenak kalau tidak sekolah nanti Nakula tambah girang mengejeknya lemah, tapi kalau sekolah kakinya lagi sekarat.
"Kaila gak selemah itu Mas! Udahlah besok aja ke Mbah Nah pagi pagi sebelum berangkat"
KAMU SEDANG MEMBACA
Control + S
Short StoryKita terlalu asik bercanda, sampai aku lupa bahawa kamu sudah menjadi miliknya Nakula, Kaila Kaila suka Nakula lebih tepatnya terobsesi, karena hubungannya masih bertahan hanya teman Yang Kaila tahu, Nakula sudah punya sosok di sampingnya Kaila tida...