Aku memiliki banyak dendam dan kesakitan yg tidak bisa aku lampiaskan kepada pemicunya.....
"Oh disini kalian rupanya, sini balikin dompet gue!!". Bentak seorang lelaki berpostur tinggi besar dengan tato di beberapa bagian tubuhnya.
"Vin..Je..Beb...kabuuuurrrr..!!!".
"Woy jangan lari bocah sialan..!!". Lelaki tinggi besar itu berlari mengejar ke 4 anak perempuan yg kini telah lebih dulu berlari mengambil langkah seribu.
Suasana di gang sempit perumahan kumuh itu mendadak gaduh. Berkali kali lelaki sangar itu menabrak beberapa orang yg kebetulan berpapasan dan menghalangi jalannya. Terlihat raut wajah kesal dari orang orang bahkan beberapa di antara mereka ada yg sampai jatuh tersungkur, meski begitu mereka memilih diam tanpa berani menegur, tak ada untungnya berurusan dengan seorang preman.
"Ah bocah sialan..!!". Lelaki itu berhenti sejenak mengatur nafasnya yg tersengal karena terlalu lelah mengejar bocah yg entah mengapa bisa berlari dengan begitu cepatnya.
"Nal kita pilih jalan yg mana nih?!". Tanya salah satu anak perempuan setengah berteriak kepada temannya yg berlari di depan. Pasalnya saat ini mereka akan melewati perempatan gang.
"Kita berpencar..!! ketemu di tempat biasa...!". Tanpa menunggu jawaban ke 3 temannya yg berlari di belakang, Kinal berbelok ke gang sebelah kiri seraya terus berlari.Tubuh kecilnya bergerak lincah menghindar dari banyaknya barang barang bekas yg berserakan di gang kumuh itu. Sesekali ia meloncat melewati tumpukan karung sampah yg bertumpuk menghalangi jalannya.
.
.
.
"Woyy ..Nal..!". Seorang anak perempuan datang dengan nafas terengah engah, keringat bercucuran membanjiri kening dan turun menjelajahi pipinya yg terlihat merah padam. Rambut sebahunya terlihat lepek terkena keringatnya. "Gila lu lari cepet amat". Ucapnya lagi seraya ikut duduk selonjoran di atas tanah kering untuk mengistirahatkan kakinya yg terasa ngilu.
Saat ini mereka tengah berada di tanah lapang yg tidak terlalu luas. Area ini biasanya di pakai anak anak yg tinggal di daerah itu untuk bermain bola setiap sore hari, mungkin sebentar lagi tempat ini akan ramai.
"Kalian aja yg larinya lelet..". Ucap Kinal tanpa menoleh kearah sahabatnya yg kini duduk di sampingnya. Pandangan matanya tengah fokus memperhatikan kilauan indah yg di tinggalkan mentari senja di ufuk barat sana. "Kenapa..?". Kinal akhirnya menoleh kearah sahabatnya saat ia mendengar ringisan kecil.
"Kaki gue lecet nal..sendal juga putus talinya.." Vienny memperlihatkan jari jari kakinya yg terdapat luka lecet seraya mengangkat sebelah sendal jepit kumal yg talinya sudah putus.
Kinal bangkit dari duduknya untuk memeriksa kaki Vienny. Ia menghela nafas kasar saat melihat 3 jari kaki Vienny yg kulitnya sedikit mengelupas. Sepertinya karena dia terlalu cepat berlari tadi.
"Nanti gue obatin ya...lain kali hati hati". Lanjutnya seraya mengusap sekilas puncak kepala Vienny. Ia sangat menyayangi Vienny. Tidak, bukan hanya Vienny, ia menyayangi ketiga sahabatnya termasuk Jeje dan Beby. Bagi Kinal mereka bertiga bukan hanya sekedar sahabat melainkan saudara.
Mereka yg setiap hari ada bersamanya melewati hari demi hari yg memuakan, menjalani kehidupan kota metropolitan yg keras nan kejam yg sudah harus mereka rasakan sejak usia dini. Tertawa dalam kepedihan sudah sering mereka lalui bersama. Menahan lapar seharian penuh dengan hanya meminum air keran di toilet umum pun sudah menjadi sesuatu yg biasa mereka lakukan. Hidup ini keras, kejam dan menyakitkan. Tapi apa boleh buat, Tuhan sudah menanamkan nyawa dalam tubuhnya yg memaksa mereka untuk terus berjuang mempertahankan nyawa itu untuk tetap tinggal dalam raganya, meski kematian terdengar jauh lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Venal story
FanfictionAku tidak pandai untuk membuat deskripsi, tapi cobalah untuk membaca ini. Kata orang, membaca dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita, membuat kita menjadi cerdas. Setelah kalian membaca ini, aku pastikan kalian akan menjadi...lebih bodoh...