Jidan? | 00

3 1 0
                                    


Jidan? | 00 ( as prologue ) - Happy Reading!


"Aku sayang kamu.."

________________________

"... Aku ga akan ninggalin kamu."

________________________

"Naren.. Narendra... Hehe"

_________________________

"..... Rendra.... Sakit... Tolong...."

__________________________

Hahh..!

Jam dua. Sekarang jam dua pagi. Dia beranjak dari ranjangnya, kemudian memandang figura kecil yang berada di atas nakas.

Cantik. Katanya.

Tanpa ia sadar, air matanya meleleh.
Entah menangisi figura itu, atau menangisi dirinya sendiri.

Dia menunduk, dan menumpukan kepalanya di atas lutut.

Dua tahun.. Dua tahun yang lalu gue jadi pembunuh. Ucapnya, masih terisak.

"Lana!"

Perempuan yang merasa dirinya dipanggil itu menoleh, mendapati temannya di seberang jalan yang sedang melambai-lambaikan tangan ke arahnya.
Lana menyebrang, sempat mengoceh kesal kepada temannya itu.

"Hm? Kenapa?" Malas, Kelana sudah yakin kalau Zeline ; teman perempuannya itu akan membicarakan cowok itu lagi.

"Gue.... Gue.. Diajak jalan sama Jidan!" Zeline melebarkan bola matanya, terlihat sangat antusias mengatakan hal itu kepada Kelana.

"Bukannya.. Lo udah bilang kemaren di Imess?"

"Pengen bilang lagi, hehe. Sekalian saran dong gue harus pake baju apa ya? Yang cantik, biar Jidan kepincut." Zeline nyengir lebar, ia selalu mengajak Kelana ikut campur dalam percintaannya itu.

"Dress? Jidan suka cewek yang kalem gitu. Coba aja." Kelana memberi saran, sesuai yang ia tahu tentang Zidan.

"Oh ya Na, lo kalo mau ngobrol sama Jidan, jangan deket-deket, nanti Jidan suka sama lo." Zeline melipat kedua tangannya.

Kelana berdecak kecil, lalu mengiyakan.

"Oke! Gue pulang duluan yaa, ga sabar nanti malem!!"

"Dadah! Makasih Lanaa"

Kelana belum sempat menjawab, tapi Zeline sudah hilang di telan kendaran bermotor.

Andai lo tau Line.

Kelana sudah sampai di rumah, ia pulang dengan ojek online yang tadi ia pesan.

"Lana" Kelana menoleh dengan muka pucat seperti orang yang belum makan seminggu.
Daritadi ia berharap semoga tidak dipertemukan dengan bocah ini, tetapi Tuhan berkata lain.

"Kelalalana, lo jalan kaki dari Arab? Lemes bener."

"Argh, lo bisa engga sih sehari ga ganggu gue? Gue-" Demi Tuhan, Saudara kembarnya ini sangat menyebalkan.

"Ga bisa. Mana bakwan kantin titipan gue?"

"Jidan! Bener-bener ya.. Lo-!"

"Kelana. Gue cuma nyuruh lo beli bakwan kantin doang, gue ga nyuruh lo buat pura-pura suka sama temen gue. Kayak lo." Zidan.

Skakmat. Kelana tidak berani mengoceh lagi.

~

Haii readers! Aku zuzu! Maaf bangett kalo ceritanya ga memuaskan, karena ya aku engga punya banyak pengalaman nulis-nulis cerita gini. So, nikmatin aja yaa alurnya meski berantakan, terimakasih!

• Narendra •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Narendra •

• Narendra •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Zidan •

Bai baiii! Sampai jumpa di chapter selanjutnya yaa, jangan lupa buat vote cerita nyaa biar aku semangat up!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Don't Fall Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang