halaman pertama.

146 24 4
                                    

Selamat Membaca!
•••••











semester baru sudah dimulai, Juanda Sabian yang tak sengaja menjadi salah satu dari anggota organisasi sekolah harus dibebankan dengan hal-hal seperti mengurus adik kelas yang akan melaksanakan masa pengenalan lingkungan sekolah.

netra itu menatap sekelilingnya malas, berkali-kali Juanda menghela nafas bahkan protes dengan pekerjaannya.

"ini semua gara-gara Jiantara." sungutnya. ia menendang kerikil di sekitarnya tanpa arah, terkadang tak sengaja mengenai orang yang sedang lewat, namun ia tetap acuh.

Jiantara Fabian adalah saudara kembarnya, si sulung yang dengan jahilnya mendaftarkan Juan ke dalam organisasi sekolah ini, dan berakhir dengan Juan yang secara ajaib diterima.

"Juan, lo kerja yang bener dong!" teriak Yemi dari ujung lapangan basket dengan nyaring, sampai adik kelas dan seluruh warga sekolah yang sedang berada di daerah itu sontak menengok ke arahnya.

"bukan mau gue juga kok ikut kerja begini, mending nyebat deh daripada ngurusin bocil-bocil baru remaja." ujarnya.

lalu tak lama kepalanya dipukul dari belakang oleh seseorang yang sedari awal menjadi tersangka dari semua permasalahannya.

Juan meringis ketika kepalanya dipukul, tenaga Jian memang bukan main.

"ngeluh mulu lo, kerja yang bener! gak liat kita lagi sibuk gini?" ujar Jian pada si saudara kembar.

"gara-gara lo, semua ini tuh gara-gara lo!" seru Juan di depan wajah Jian. yang tentunya sebagai manusia pendek sumbu, Jian langsung tersulut.

"gak usah bacot, lo mau gue bantai?" ujarnya tajam dan penuh penekanan.

ya memang tak salah orang-orang menunjuk Jiantara sebagai ketua osis, selain tampan dan bertanggungjawab, pemuda itu juga cukup tegas dan menakutkan.

"ya sorry brou, santai dong." yang lebih muda mendorong dada Jian untuk menjauh, takut kalau tiba-tiba ia harus meregangkan nyawanya di tempat ini.

"pergi sana lo ke gerbang. urus tuh anak-anak yang pada telat. daripada ngomel-ngomel aja kerjaan lo." perintah Jian sambil menepuk pundak si kembaran cukup kencang.

Juan mengangkat tangan kanannya dan membuat gestur hormat ke arah si ketua osis.

"oke siap bagindaa!" serunya sambil berlari ke arah gerbang untuk melaksanakan tugasnya.

dengan jarak sekitar 4 meter dari gerbang, ia bisa melihat banyaknya siswa yang telat.

namun, ada satu yang mencuri perhatiannya.

si mungil dengan seragam yang berbeda dan wajah yang merengut ketika ketua kedisiplinan, Reiki Fathan, menyuruhnya melakukan jump squats.

mungkin adik kelas sih, wajahnya muda banget.

"kamu anak baru tapi udah telat di hari pertama, gimana sih?" tegur Reiki atau yang akrab disapa Kiki dengan ekspresi wajah datarnya.

"tadi itu macet!" sungut si mungil dengan wajah kesalnya.

bajunya sudah basah penuh dengan keringat, dan perutnya berteriak minta diberi makan.

"kalau macet harusnya bisa berangkat lebih pagi dong?"

"biasanya gak macet! aku mana tau kalau jalanan bakal macet hari ini sih?!" jawabnya kesal.

gemas. satu kata yang dapat mendeskripsikan si mungil.

BersenyawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang