halaman ketiga.

68 19 4
                                    

Selamat Membaca!
•••••





"Mahesa Archio."

sebuah suara setenang lautan itu menyapa indra pendengaran Chio, mengenali si pemilik suara, Chio enggan menoleh. ia tetap berjalan menjauh menuju ke arah gerbang utama sekolah.

"ih sombong bangett." ujar Juan sembari mengejar si mungil, lalu menyamakan langkah kaki mereka.

"eh, Chio liat deh!" seru si dominan sembari menujuk ke arah bawah, membuat Chio yang juga merasa penasaran menjadi terhenti dan menoleh ke arah jari Juan menunjuk.

"langkah kaki kita sama tadi loh, kalau perasaan kita kapan samanya?"

rasanya emosi Chio mulai meluap hanya dengan gombalan murahan yang keluar dari mulut si pemuda Bian.

matanya menatap jengkel ke arah Juan, lalu dengan cepat tangan mungil itu bergerak, dan tanpa dapat dihindari, bibir Juan terhantam dengan pukulan maut milik Chio.

"mending kamu tutup deh mulutmu. sekalian tutup usia juga boleh." kalimat yang ia lontarkan harusnya mampu membuat manusia normal marah, tapi Juanda Sabian justru tertawa.

"hahahaha, mati dong kalau tutup usia??" pertanyaan retorik.

Chio mulai takut dengan Juanda lama kelamaan, lelaki itu lebih dari sekedar aneh dimatanya.

"bercanda hehe," ujar Juan, kemudian ia meraih pergelangan tangan Chio, sembari tersenyum.

"pulang bareng yuk? gue jamin lo pulang dengan selamat kok, gak bakal gue bawa motor dengan kecepatan lebih dari 50km/jam." ajak Juan pada Chio.

namun yang ia dapat sudah pasti gelengan dari si mungil, Juan memang sudah menduganya, tapi sedari tadi ia tetap optimis.

"aku dijemput sama supir." Chio melepaskan pergelangan tangannya, lalu berlari menjauh dengan cepat, meninggalkan Juan yang hanya berdiri terdiam sembari menatap punggung sempit itu berlari kecil.

"besok coba lagi." ujarnya menyemangati diri sendiri.





•••••






"pagii gemes, ini ada susu sama roti buat lo. kalau gak mau dimakan gak apa, tapi jangan dibuang ya?" kepala itu menyembul dari arah tikungan menuju tangga, seperti sudah tau Chio akan muncul saat itu juga.

lalu dengan mata setengah mengantuk, Chio meraih sekotak susu dan sebungkus roti yang Juan berikan, dan dengan cepat membuangnya ke tempat sampah. tepat dihadapan Juan.

lelaki itu tentu sedih, ingin sekali ia berteriak "ngentottt" saat itu juga, tapi yang Juan lakukan justru hanya tersenyum sambil membiarkan Chio berjalan menjauh.

Jian yang entah muncul dari mana menyemangati Juan sembari menepuk kedua pundak rapuh tersebut. Juan bukan tipe yang pantang menyerah, tetapi ditolak mentah-mentah seperti itu tentu menyakiti hatinya.

"coba lagi, coba lagi. homo emang gak gampang, dulu gue waktu deketin Haㅡ" jari telunjuk Juan segera memberhentikan kalimat berikutnya yang akan keluar dari bibir Jian.

"stop, lo udah cerita itu kemarin, kemarinnya lagi, kemarinnya lagi, minggu kemarin. gue bosen anjing."

"lah? iya kah?" Jian memasang wajah tak tahu apa-apanya. ia memang tipe yang mudah lupa.

"bacot, gue mau ngegalau aja." ujar Juan sebelum akhirnya berjalan menjauh dari Jian yang juga mulai berjalan ke arah gerbang guna melaksanakan pengecekan rutin.







•••••









kedua kaki Juan melangkah cepat ke arah kelas Chio sesaat setelah bel jam istirahat berbunyi, bahkan guru yang ada di dalam kelas belum sempat keluar, tapi Juan sudah kabur lebih dulu. membuat Jian yang sebelumnya ada di tempat yang sama menggeleng tak heran.

"Mahesa Archioooo!" suara Juan memenuhi seluruh penjuru kelas Chio, membuat semua siswa dan siswi reflek menoleh dan memandanginya jengkel.

sedangkan si mungil yang merasa terpanggil justru memilih untuk acuh dan membenamkan wajahnya diatas meja sembari memakai earphone dengan volume tinggi di kedua telinganya.

Juan berjalan riang ke arah meja Chio, lalu dengan tak sopannya duduk di bangku milik teman sebangku Chio yang untungnya saat itu sedang tak ada di tempat.

lelaki itu terus-terusan memandangi setengah wajah Chio dengan sesama, bibirnya terangkat, merasa senang hanya dengan memandangi wajah manis itu walaupun sedikit terhalang dengan kedua tangannya.

lama kelamaan tangannya mulai jahil dengan menusuk-nusuk pipi gembil milik Chio dengan jari telunjuknya, membuat tuannya sedikit terganggu dan merengut sebal.

"jangan ganggu." peringat Chio dengan suara yang setengah terbenam.

"lo gak laper? makan yuk sama gue di kantin." ajakan keberapa kalinya dari Juan yang tentunya, berakhir tertolak. alasan Chio kali ini, dia sudah makan bekalnya.

padahal jam istirahat baru mulai, kapan ia makan bekalnya?

namun bukan Juan namanya kalau menyerah begitu saja.

"gue denger bakso Bu Darmi lagi ada promo loh, yuk makan bakso?"

jari Juan masih betah menusuk pipi gembil milik Chio sampai kepala Chio tertoleh, menatap Juan yang memang sedang memandanginya.

"sinting ya? itu kantin sekolah loh, bukan restoran. mana ada sih promo promo begitu?" sungutnya.

"gak tau ya? khusus gue mah selalu ada promooo!" serunya dengan wajah bangga, membuat Chio lagi-lagi tak tahu harus berkata apa.

Chio berdecak sebal, "kamu sinting."

"kan gara-gara lo." jawab Juan dengan senyuman manis yang tak pernah lepas dari wajahnya itu.

akhirnya, Chio mulai menaruh perhatian padanya, kedua bola mata polos itu menatapi senyuman milik Juan dengan teliti, "gak capek senyum terus?"

"nggak dong kalau buat lo." jawab Juan.

si mungil terdiam sejenak sebelum kembali bersuara, dan kalimat berikutnya adalah kalimat yang tak pernah ia duga akan keluar dari bibir seorang Mahesa Archio, "senyum kamu kayak penuh luka, kenapa sih?"

"eh.." Juan tak tahu harus menjawab apa. kedua sudut bibirnya perlahan turun, ia tak lagi tersenyum saat ini.

memang sebegitu jelasnya, ya?

Chio mulai bangkit dan duduk menghadap si dominan, matanya terlihat serius kali ini, "masalahmu kayaknya banyak banget, atau berat banget?" tebaknya.

lelaki itu tertawa guna mencairkan suasana, "hahahahaha, nggak lah! masa sih? apa senyum gue jelek ya?" ia berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

"jangan senyum kalau kamu cuma terpaksa, bikin capek pipimu aja." ujar Chio sebelum kembali membenamkan wajahnya di atas meja.

"sana balik ke kelasmu, aku mau tidur. jangan ganggu." perintah Chio.

dan Juan hanya bisa menurut.




•••••

jangan lupa tinggalkan jejak!❤



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BersenyawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang