"Pemalas, bangunlah, sekarang ada tugas yang harus dikerjakan" kalimat yang tertulis jelas di notifikasi sebuah aplikasi pesan, dari seseorang yang tidak ingin kubicarakan.
Memang menyebalkan, di era yang serba bisa ini,bahkan sekolah bisa dilakukan tanpa perlu melihat batang hidung siswa lainya.Bangun dari tempat tidur, menuju sebuah meja tua dan berdebu, aku mulai menulis. Andai disini ada salju, mungkin kepalaku tidak perlu terbakar setiap harinya dan aku juga mulai khawatir, jika kehidupanku akan terus seperti ini sampai ujung kehidupan.
Begitulah gambaran kehidupanku setiap hari saat mentari mulai menunjukan sinarnya. Oh ya, minggu depan aku resmi menjadi senior, dengan minimnya pengalaman. Sepertinya akan menyenangkan, walaupun aku tahu kalo angkatanku tidak merasakan suka duka masa SMA seperti para sesepuh angkatan sebelumnya, karena semuanya serba "tidak langsung" atau online.
Pagi itu, pagi yang sama seperti pagi lainya, saat mulai menulis huruf pertama, tiba tiba ada sesuatu yang membahasahi kertasku, ternyata itu dari air mataku yang keluar tanpa aku sadari
"Sial, sepertinya aku mulai merindukan suasana itu".
Tapi, semua itu tidak akan menjadi masalah, maksudku semua rasa kerinduan itu, secara fisik tidak memengaruhi apapun, jadi mungkin aku akan tetap menjalani kehidupan remaja yang membosankan ini.
Tapi lucu rasanya, karena mengingat ada beberapa remaja yang sudah terkurung dirumahnya sebelum musibah ini muncul, tidak percaya? akan aku tunjukan.
Lihatlah mereka, mereka bisa saja memulai untuk melangkah maju dengan kaki, tangan dan semua anggota tubuh yang masih utuh, mulai mengisi waktu mereka untuk hal hal yang berguna, walaupun belum ada tujuan pasti ingin menjadi apa mereka kedepanya.
Tapi apa yang mereka lakukan? Mereka lebih memilih untuk tidak melakukan apapun dikamar yang mereka sebut surga itu. Sungguh malang, Mereka terjebak dizona nyaman yang tentu membuang buang waktu, ah tidak bukan terjebak, mereka sendiri yang menempatan diri mereka ke zona itu.
Satu hal yang bisa membuatku agar tidak menjadi seperti sebagian remaja yang malang itu, yaitu berasal dari sebuah pemikiran yang mengarahkan ku ke sebuah opini yang berbunyi
"saat kau diam dan bersenang senang di dalam kamarmu, jutaan anak seumuranmu sedang berusaha keras untuk mendapatkan kesejahteraan sejati mereka".Aku melangkah keluar dari rumah, karena telah menyelesaikan semua tugas sekolah, jadi aku ingin mencari udara segar diluar.
Terasa suasana setelah hujan reda, terlihat jembatan tujuh warna ada diatas langit. Terlihat juga sebuah genangan air, aku melihat kedalam genangan air tersebut. Terlihat pantulan diriku seperti dicermin, setelah cukup lama melihat, tiba tiba terlihat diriku saat 7 tahun yang lalu
"Ahh apa itu tadi"Kenangan itu, saat bersama kedua orang tuaku, saat itu aku masih lugu dan polos. Cerita tentang kenangan tidak akan ada habisnya, kenangan dan ingatan yang mengikuti, saat mengingatnya lagi lalu membuatku tersenyum, rasanya bagaikan kembali ke masa lalu. Meski begitu aku yakin sesuatu telah berubah, Kuyakin sebenarnya ada begitu banyak, akan tetapi, bahkan hari ini, hingga tak bisa dipercaya, ternyata masih sama seperti hari itu
"Pada akhirnya aku tetap menjadi anak kecil yang lugu dan polos ya"