Chapter 4

4.5K 382 25
                                    

Naruto mempercepat lari nya agar cepat sampai di mansion Hyuga. Ia begitu khawatir dengan keadaan Hinata, sampai-sampai ia tidak memperhatikan langkah nya hingga ia tersandung kakinya sendiri dan jatuh tersungkur ke tanah membuat dagunya sedikit tergores.

"Ah sial, berhenti bersikap ceroboh Naruto!" gerutuknya.

Naruto berdiri menepuk celana dan bajunya yang sedikit kotor lalu kembali berlari. Begitu Naruto sudah sampai di kediaman Hyuga, ia ingin berteriak memanggil Hinata namun diurungkan karena jika Hinata tau Naruto datang menjenguknya sudah pasti gadis itu akan menolak menemuinya.

Naruto memutar otaknya berfikir bagaimana caranya bertemu dengan Hinata. Sampai matanya tertuju pada jendela kamar yang terbuka, yang ia yakini adalah kamar Hinata. Tanpa berfikir panjang Naruto langsung melompat ke arah jendela itu.

Naruto melihat kedalam ruangan, harum bunga lavender langsung menyeruak membelai indra penciumannya. Sungguh harum yang menenangkan, pikir Naruto. Naruto melihat Hinata yang sedang tertidur di ranjang nya, segera ia melompat masuk kedalam kamar Hinata lalu menghampiri wanita yang membuatnya kacau belakangan ini.

Naruto memandang sendu Hinata, ia duduk di tepi ranjang gadis itu, mengulurkan tangannya membelai pipi gembil Hinata yang memerah karena suhu tubuhnya yang panas. "Hinata," panggil Naruto lirih.

"Naruto-kun..." Naruto tersentak saat Hinata memanggil namanya dalam tidurnya, rasa bersalah semakin membuatnya sesak. "Sungguh maafkan aku Hinata," air mata lolos begitu saja membasahi pipi bergaris pemuda pirang itu tanpa disadari.

Hinata sedikit terusik saat ada tangan kasar yang membelai wajahnya, pun ia juga mendengar suara berat namun terdengar lirih itu. Ia membuka matanya perlahan dan alangkah terkejutnya ia mendapati Naruto berada di dalam kamarnya dan duduk di tepian tempat tidur Hinata. 

"Na-ruto..?"

Sontak Naruto menatap wajah Hinata, lalu ia menghapus air matanya. "H-hinata, kau.. etto, apa aku m-membangunkanmu?" tanya Naruto khawatir.

Hinata tidak menjawab, ia masih terkejut melihat Naruto di dalam kamarnya. Hinata mencoba bangun dibantu oleh Naruto, bersandar pada kepala ranjangnya.

"M-mau apa N-naruto-kun disini?" Hinata mengalihkan pandangannya enggan menatap mata biru bak samudra, ia takut pertahanannya runtuh seketika saat menatap pria itu.

Tiba-tiba saja Naruto bersimpuh. "N-naruto-kun! A-apa yang k-kau lakukan!" pekik Hinata.

Air mata Naruto kembali menetes, ia menundukkan kepalanya. "Hinata, ku mohon maafkan aku. A-aku benar-benar menyesal Hinata. Kau... boleh memukulku, memakiku sepuas dirimu, bahkan kalau perlu kau boleh m-membunuhku Hinata-"

"Cukup!" Hinata sedikit berteriak. Naruto tersentak mendengar teriakan Hinata, baru kali ini ia melihat gadis lemah lembut ini berteriak.

Hinata menghela nafas kasar, ia kembali mengingat kejadian malam itu. "Sudahlah aku sudah memaafkan Naruto-san, dan aku juga sudah m-melupakannya. Sekarang silahkan Naruto-san pergi dari kamarku, bisa timbul masalah jika ada yang melihat Naruto-san disini. Lagipula sangat tidak sopan bukan seorang pria memasuki kamar wanita tanpa seizin nya?" kata Hinata. Naruto tersentak mendengar nada bicara Hinata yang dingin, terlebih Hinata memanggilnya dengan suffix -san bukan -kun. Naruto mengangkat wajahnya menatap Hinata sendu. "H-hinata..." lirih Naruto.

"Pergilah Naruto-san, a-anggap saja... tidak p-pernah t-terjadi apapun diantara k-kita." Hinata memalingkan wajahnya, berusaha untuk tidak menangis namun sayang ia tidak bisa menahannya lagi.

Naruto mematung mendengar perkataan Hinata. Hati nya terasa dihantam ratusan bahkan ribuan kunai, sakit rasanya mendengar isak tangis pilu Hinata. Lagi, Naruto meneteskan air matanya.

[1] Beautiful Mistake ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang