"Gadis murahan, gendut, tidak tau diri! Bukankah kau sudah kuperingatkan agar tidak mendekati Kalan!"
Setelah ia berteriak, tangannya dengan keras mendorong tubuh bongsor gadis yang ada di depannya. Tak banyak yang bisa dilakukan gadis itu. Dirinya sabar menunggu bokongnya terhempas lagi ke lantai, lagi.
"Auhh."
Hanya itu yang dapat keluar dari bibir mungilnya. Tunduk, dengan mengusap-usap siku kanan dan kirinya bergantian. Perih di siku yang dibuat mereka sudah tak lagi hal yang luar biasa baginya. Entah sampai kapan ini berlangsung, dia benar-benar lelah. Melawan, makin tersiksa. Kenyataan telah ditunjukkan ke hadapannya, saat siswi lain melawan mereka. Dia berakhir keluar dari sekolah ini.
"Lihatlah, Sakura gembrot ini. Namanya Sakura, tapi dia lebih cocok seperti batu. Berat dan tidak ada indahnya. Sakura jatuh begitu anggun, sedangkan dia ... Ah, sudahlah."
Sakura, begitu panggilannya. Tidak ada niatan untuk bangkit apalagi menjawab hinaan yang datang padanya. Karena hal itu akan memperkeruh suasana. Sakura rasa, biarlah menunggu mereka selesai menghardiknya sampai puas dengan duduk diam di sini.
"Jangan coba-coba menarik perhatian Kalan. Ingat itu!" senggak gadis ramping dengan bentuk wajah sempurna itu padanya. "Ayo, guys."
Gadis dengan langkah lebarnyaa, meninggalkan Sakura terduduk dengan kepedihan hati. Gadis yang lain mengikuti. Kini tinggal seorang pemuda berbadan jangkung yang berdiri menatapi Sakura. Namun, pemuda itu ... kenapa dia tidak pergi?
Sebelum dia pergi, Sakura tidak ingin berdiri tegak dari posisinya sekarang. Untuk sekarang, ini posisi paling nyaman bagi Sakura. Ia tidak mau memandangi pemuda itu, karena dia tahu yang lain.
"Nih, ambil, Sakura gembrot."
Keranjang sampah yang semula berdiri jauh dari tempat gadis itu, kini sudah melekap di kepalanya. Sampah yang di dalamnya berserakan, memandikannya, dan memberinya bau yang begitu menyengat.
Pria itu berjalan menjauh. Kini hanya ia sendiri terduduk di lorong yang kosong. Tangannya dengan sigap mengutip sampah-sampah yang berserakan dan mengembalikannya ke dalam tong yang tadi.
Ia bangkit dengan sedikit bersusah payah. Terlebih lagi, ia harus menyeimbangkan diri. "Susah sekali jadi orang gemuk. Ah, Tuhan."
Setelah selesai menyusuri lorong dengan langkahnya yang pelan. Kini, Sakura pun sampai di halaman sekolah. Ia harus berjalan lagi agar bisa sampai di depan gerbang sekolah. Angin-angin yang berlarian menyentuh wajahnya, dan menyegarkan hatinya yang dilanda kegusaran.
Mengingat kembali perlakuan mereka padanya, Sakura sungguh tak akan memaafkan mereka. Dirisak setiap hari karena memiliki badan yang lebih besar bukanlah hal yang mudah buatnya. Apa pun yang ia lakukan untuk mendapatkan hati teman-temannya selalu saja terlihat salah. Sampai sekarang, ia hanya diam untuk perlakuan mereka. "Tunggu saja, kalian akan mendapatkannya."
Sakura berusaha melanjutkan langkahnya setelah beristirahat sebentar tadi. Akan tetapi, sungguh ia bingung kala tiga kelopak bunga berwarna merah jambu menari-nari di udara, tepat di depan matanya.
"Apakah itu kelopak sakura?" gumamnya dengan mata terbelalak. Ia lalu menampar-nampar pipinya. "Hei, kau berhalusinasi. Tidak ada bunga sakura di sini."
Tiga kelopak itu semakin lama, semakin turun mendekat dengan tanah halaman sekolah Sakura. Hingga akhirnya benar-benar jatuh.
"Kamu tidak berhalusinasi, kami adalah peri dari dunia yang lebih indah daripada yang saat ini kau jalani."
Hampir saja Sakura pingsan. Ia sadar betul tidak ada seorang pun di dekatnya tadi. Bagaimana bisa tiga perempuan berpakaian aneh dengan hiasan kepala yang sepertinya terbuat dari akar-akar pohon bisa muncul di hadapannya?
"Siapa kalian?!" teriak Sakura melangkah mundur, ia ketakutan.
Satu dari mereka mendekat, meraih bahu gempal milik Sakura. "Kau terlalu tersiksa di dunia ini, kami akan membawamu pulang."
"Pulang? Aku tidak mengerti apa yang kalian katakan."
"Dunia peri adalah rumahmu. Kau akan bahagia di sana, tidak ada orang-orang yang akan membuatmu terhina seperti tadi."
"Aku tidak peduli!"
Sakura meninggalkan mereka dengan memaksakan langkahnya yang berat bergerak lebih cepat. "Mereka pasti jin yang menyamar sebagai peri. Tuhan, tolong selamatkan aku."
"Kalau tidak mau pulang bersama kami, kami akan membantumu menghadapi mereka."
Suara itu sampai ke telinga Sakura. Tawaran yang cukup menggiurkan jika mereka benar-benar bisa melakukan hal itu. Gadis itu pun membalik arah pandangannya. "Apa yang bisa kalian lakukan pada mereka? Membunuh, bisa?"
Mereka terdiam, terlihat ragu-ragu.
"Kami bisa lakukan apa pun, termasuk membunuhnya! Dengan janji kau harus ikut bersama kami."
Sakura terdiam. Seketika saja tatapan matanya menajam. "Masa bodoh sama makhluk kemaruk seperti kalian. Mengambil nyawa itu tugas Tuhan, bukan tugas kalian. Pulanglah ke negeri tidak jelas itu, aku tidak butuh bantuan dari siapa pun."
"Kami bisa membuat kamu bahagia dan lebih cantik dari sekarang," kata salah satu dari mereka untuk kembali meyakinkan Sakura.
"Kau lihat badanku yang gemuk ini? Kau tahu karena apa? Karena aku bahagia! Masa bodoh dengan kecantikan yang kalian tawarkan, itu sangat tidak berguna untukku. Aku sudah cantik!" Sakura menarik nafas sebentar. "Lalu, tentang masalah yang kualami, aku bisa mengatasinya dengan caraku sendiri. Aku bahagia di dunia yang penuh drama ini. Aku tak ingin meninggalkannya."
Sakura tak menoleh lagi ke belakang. Ia menatap penuh percaya diri ke depan. Tidak ada lagi yang akan membuatnya ragu atas pilihannya sekarang. Dia yakin tak selamanya dunianya akan buruk. Cukup menunggu, sambil berproses dan yakin pada takdir yang akan membawanya ke sisi dunia yang lebih baik dari sekarang.
"Kau hanya bermimpi untuk bahagia, Sakura. Tapi, itu tidak buruk. Lakukanlah semua yang kau bisa. Sampai kau benar-benar bahagia."
***
10 des 2021
-Mas sweetSalam GSweet✊
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura's Dream
Fantasía@ea_pjt story. Tentang seorang gadis dengan peri yang ia temui