2019, Seoul
''Hyung.. Jujurlah pada perasaanmu sendiri sebelum semuanya terlambat, aku tidak ingin hyung menyesal suatu saat nanti.." Lirih Doekyeom sebelum membuka pintu studio dan menghilang dibalik pintu.
Menarik nafas berat setelah mendengar penuturan Doekyeom, ada benarnya juga apa yang diucapkan Doekyeom, tapi aku bisa apa ?
Ini semua bagiku hanyalah lelucon takdir yang membawa perasaanku yang jatuh kedalam, tanpa tau bagaimana mengakhirinya. Aku menutup mata sejenak menjernihkan pikiran yang sejak beberapa minggu ini terus gelisah." Apa kita bisa bersama ?" Lirihnya dengan tatapan sendu melihat wanita yang sangat dia cintai sedang tertidur pulas di sofa studio yang sengaja memang dirancang menjadi 2 fungsi sebagai tempat tidur.
Tuhan, aku harap ini bukan lelucon yang sengaja kau hadirkan dalam hidupku. Mendekat dan duduk diujung sofa, membelai sayang surai wanita yang sangat dia cintai, hanya senyuman manis yang terlihat begitu pilu. " Aku akan berjuang, bertahanlah.." gumamnya seraya mensejajarkan tidur disamping wanita tersebut.***
Pov Lia
Aku terbangun dari tidurku, aku merasakan ada sesuatu yang berat menimpa perutku dan itu membuatku terusik dari tidur lelapku. Mengusak mata untuk menetralkan cahaya masuk kedalam mataku yang masih berkabut.
" Uuhh.." Lenguhku
Aku mencoba mencerna apa yang sedang terjadi, kenapa manusia dingin ini bisa tidur disampingku dan memelukku seperti ini, aku mencoba berbaring kearah kanan untuk melihat manusia dingin ini dari jarak dekat, aku memeta wajah tampan dingin yang begitu mempertegas garis rahang yang indah, " Tampan.." Gumamku.
" Aku tau aku memang tampan.." ucapnya dengan mata yang masih tertutup membuatku canggung.
" Yakk, kau pura-pura tidur, awas..." berontakku seraya melepaskan pelukannya dari perutku. Dia hanya tersenyum membuat jantungku semakin tak terkendali.
" Berisik.."
Menarikku dengan posesif dan mendekatkan tubuhnya sehingga aku sulit untuk melepaskannya.
"...."
" Kenapa diam saja ?" Ucapnya dengan masih menutup mata.
" Terus aku harus berkata apa ?"
" Tampan.. seperti ucapanmu yang sebelumnya "
" Aish, lebih tampan kucingku.."
" Yakin ?"
" Iya, awas tanganmu, aku mau bangun.."
" Enggak "
" Yakk Jeon Wonwoo-sshi, aku bilang lepas ya lepas.."
" Aku lapar, ayo kita makan malam dulu.."
" Yasudah, makanya lepas dulu, gimana mau makan kalau kamu aja masih memelukku seperti ini.."
" Hhmm.. mau makan apa ?" Tanyanya lagi tanpa ada niat untuk melepaskan pelukannya.
" Apa saja.."
" Baiklah.."
Akhirnya Wonwoo melepaskan pelukkannya, " apa dia tidak tau kalau hatiku hampir saja berpindah tempat.." gumamku dalam hati.
Aku hanya bisa bersikap canggung dan mencoba merapihkan penampilanku sebelum keluar studio untuk makan malam.
" Kau disini saja, biar aku yang pesankan makan.."
" Kita cari makan bersama saja, kan sekalian aku pulang setelah makan nanti.."
" Baiklah.. Kajja.."
" Hhmm.."
" Tunggu, bukannya tadi ada Doekyeom yak, kemana dia sekarang ?"
" Sudah pulang, dia ada janji temu dengan Jisoo, kenapa ?"
" Gapapa sih, cuma nanya aja.."
" Okeyy.."
.
.