1 bulan sudah berlalu dimana Fano mengatakan bahwa mereka harus saling percaya dan juga terbuka. Tapi Aira rasa suaminya itu sedang menyembunyikan sesuatu.
Aira menghampiri suaminya yang berada di balkon kamar mereka, lalu ia mengusap lengan suaminya dengan lembut "kamu kenapa mas? Ada masalah di kantor, kamu boleh kok cerita ke aku siapa tau aku bisa bantu"
"Gak apa apa, aku cuma kecapean" Ujar Fano tanpa menatap wajah sang istri.
Aira mengernyit kan dahinya, ia bingung mengapa suaminya menjadi cuek gini? Apa ada masalah yang ia sembunyikan. "Ah mungkin emang mas Fano cuma kecapean" Batin Aira.
"Yaudah mas kalo kamu gapapa, tapi kalo kamu lagi ada masalah kamu bisa cerita kok ke aku" Aira menatap suaminya lalu ia tersenyum dan dibalas senyum tipis oleh Fano.
"Ayo mas kita makan malam, Farel udah nungguin loh"
Tanpa menjawab ajakan dari sang istri Fano berjalan terlebih dahulu menuju ruang makan.
Aira menatap punggung suaminya sendu, lalu ia melangkah kan kaki nya mengikuti Fano.
Saat sesampainya di ruang makan ia melihat anaknya yang memasang wajah kesal lalu Aira menghampirinya sambil tersenyum.
"Bunda! Ayah! Kok lama sih Farel nungguin tau" Ujar Farel bersedekap dada lalu ia mengerucut kan bibirnya.
"Jangan marah dong, nanti cepet tua loh" Ujar Aira mencubit pipi tembem putra semata wayang nya.
"Ih ayah... Masa bunda bilang Farel tua sih" Kata Farel mengadu pada sang ayah. Dan hanya di balas dengan senyuman tipis.
Farel melihat ayahnya tidak seperti biasa nya memandang nya sendu.
"Udah ayo kita makan" Ajak Aira mencairkan suasana.
Setelah menyelesaikan makan malam nya, mereka memutuskan untuk berkumpul di ruang televisi sambil menikmati film atas permintaan Farel kepada ke dua orang tuanya.
"Ayah besok Farel mau berangkat sekolah nya di anterin sama ayah sama bunda ya, kaya dulu lagi" Ujar Farel memohon kepada sang ayah.
"Kamu kan tau sekarang ayah sibuk, jadi kamu berangkat bareng bunda aja ya" Fano mengusap kepala sang anak.
"Tapi kan dulu juga ayah sibuk, tapi ayah bisa anter Farel ke sekolah, Farel mohon ayah." Ujar Farel masih membujuk ayahnya agar mau mengantarkan nya ke sekolah.
Fano menatap wajah anak semata wayang nya lalu ia mengangguk sambil tersenyum tipis.
"Iya ayah anterin, tapi sama ayah aja ya bunda gak usah ikut" Ujar Fano menatap anaknya.
Aira yang mendengarnya mengernyit kan dahinya heran, sebelum ia bertanya sudah di sela dulu oleh anaknya.
"Kenapa yah?"
"Gak apa apa, kamu mau berangkat sama ayah apa engga? Kalo kamu mau berangkat sama ayah berarti bunda gak ikut, dan sebaliknya" Ujar Fano menjelaskan.
Farel menatap bundanya lalu ia beralih menatap ayahnya "hem iya deh Farel mau berang sama ayah aja" Lalu ia menatap sang bunda "bunda maaf ya Farel besok mau berangkat di anter ayah aja, bunda jangan marah ya. Besok besok Farel berangkat nya sama bunda kok" Ujar Farel memastikan. "Janji" Lalu ia menyodorkan jari kelingking ke arah sang bunda.
Aira yang di buat gemas dengan tingkah sang anak tersnyum lalu ia membalas uluran tangan anaknya.
"Tidur yuk, udh malem loh" Ajak Aira kepada anak dan suaminya.
"Farel mau tidur sama ayah sama bunda" Ujar Farel dengan puppy eyesnya.
"Iya boleh" Jawab Aira
"Yes!" Seru Farel "ayah gendong Farel, Farel capek naik tangga nya" Lalu ia di gendong ala koala oleh ayahnya
"Huh manjanya anak bunda" Aira mencubit hidung anaknya gemas.
Sesampainya di kamar, Fano merebahkan anaknya yang sudah terlelap, lalu ia berjalan menuju balkon yang ada di kamarnya.
"Mas udah malam loh, kerjaannya nanti lagi sekarang waktunya istirahat"
"Kamu tidur duluan aja mas belum ngantuk" Fano melangkah kan kakinya menuju balkon.
Aira yang sudah lelah pun tidak mau ambil pusing, ia merebahkan tubuhnya di sebelah Farel lalu ia memejamkan matanya, sebelum ia benar benar terlelap samar samar ia mendengar suaminya yang sedang bertelepon dengan seorang wanita, ah mungkin hanya perasaan nya saja, batin Aira sebelum benar-benar masuk ke alam mimpi nya.