Prolog

25 1 0
                                    

Regan tidak percaya dengan penglihatannya sendiri, ia bertemu dengan wanita secantik bidadari di tempat sejenis kelab malam seperti ini. Tapi tunggu sebentar, kenapa wanita itu tampak tidak dalam keadaan baik-baik saja? Apakah wanita itu sedang mengalami masalah serius sehingga minum sampai mabuk berat seperti itu?

Regan yang awalnya tidak ingin mengambil pusing semakin tertarik dengan keberadaan Anika yang duduk di depan meja bar, wanita itu tampak akan bangkit tapi tiba-tiba lengannya di tahan oleh cengkraman keras."Lepas." desis wanita itu berbicara setengah sadar, berhasil mengendalikan dirinya.

"Kamu mau sampai kapan ngelariin diri kayak gini terus?"

Wanita yang awalnya berdiri sempoyongan kini menegakkan tubuhnya lalu tertawa ringan. "Sampai aku mati, itu kan yang kalian mau?" ujarnya tertawa melepaskan cengkraman di lengannya dengan kasar sembari tersenyum mengejek.

Tamparan keras mendarat di pipi kanan wanita itu, membuat Regan yang mengawasi segera bangkit dari duduknya, ia benci jika melihat wanita disakiti di depannya.

Sementara, wanita yang ditampar sudah tersadar sepenuhnya, ia tersenyum senang sembari mengejek."Tamparanmu ini tidak terasa menyakitkan sekarang, malahan seperti sentuhan halus di kulitku." ujar wanita itu tersenyum miring, seakan tamparan barusan tidak berefek apapun untuknya.

Regan yang akan melangkah mendekat terhenti seketika melihat senyuman yang begitu pedih di wajah cantik yang belum ia kenal itu. Sadarlah, Gan! Kau tidak boleh ikut campur. batin Regan mendadak berisik, memperingati dirinya sendiri.

Wanita itu mengambil tasnya, melangkah pergi meninggalkan keramaian yang membuatnya seketika ingin murka. Wanita itu adalah Anika, wanita arogan yang sayangnya memiliki paras cantik dan sifat malaikat tanpa diketahui oleh siapapun kecuali sang papa.

Dirinya telah dibuang oleh keluarganya sendiri bahkan sekarang ia sudah tidak diinginkan oleh suaminya sendiri sebagai istri, ironis sekali hidupnya. Ah, jangan melupakan fakta bahwa wanita itu bukan tidak diinginkan lagi tapi suaminya yang tidak bersyukur memilikinya.

Anika berjalan pelan melewati trotoar, mobilnya ia tinggal di parkiran kelab begitu saja. Mungkin besok ia akan menyuruh orang untuk mengambilnya, tangannya melambai berniat menghentikan taksi yang lewat.

Bukan taksi yang berhenti, melainkan mobil Range Rover Sport yang berhenti tepat di sampingnya. Kaca mobil turun, Anika melirik ke dalam mobil sembari mengangkat alisnya.

"Naik." ujar laki-laki itu dingin.

Anika diam lalu matanya melirik ke belakang, Porsche Boxster milik Danke sudah keluar dari area kelab malam. Tanpa pikir panjang, wanita itu membuka pintu lalu segera masuk. Ia tidak ingin Danke mendapatkan dirinya lagi lalu menyeretnya dan kembali mengurungnya di tempat laknat yang mereka sebut rumah keluarga yang hangat itu.

"Terima kasih." ujar Anika singkat tanpa ingin melihat. Kepala wanita itu terasa ingin pecah setelah menegak beberapa gelas Martini, tapi sekarang mabuknya hilang seketika karena dipaksa secara langsung untuk kembali sadar dengan hidup yang menyedihkan yang sedang ia jalani sekarang serta tamparan Danke, si bajingan yang mengaku sebagai suaminya itu.

"Kau memiliki tujuan?"

"Tidak ada." Lebih tepatnya tidak ingin kembali ke neraka itu. batin Anika melanjutkan.

"Kau ingin ikut denganku?"

Anika menoleh, ia melihat laki-laki dengan rahang tegas dan penuh wibawa sedang menyetir di sebelahnya. "Jika anda tidak keberatan membawa saya." ujar wanita itu tersenyum.

Pikir saja Anika gila, tapi semenjak setahun belakangan setelah papa tercintanya meninggal memang hidupnya sudah hancur karena keluarganya sendiri, suaminya yang menjadi satu-satunya alasan dirinya untuk tetap hidup juga sudah mematahkan harapan tersebut.

Sekarang Anika hanya akan bermain-main saja dengan hidupnya agar dirinya dapat melewati segalanya dengan mudah. Mobil hitam itu berbelok ke salah satu rumah berpagar tinggi berwarna hitam, Anika berpikir bahwa rumah ini sangat menggambarkan pemiliknya.

"Ayo turun."

Laki-laki itu berbicara singkat setelah mesin mobil mati, Anika hanya mengikuti perkataan tanpa ingin bertanya. Kepala wanita itu mendadak pening karena mengingat sekaligus merasa muak dengan sosok Danke.

"Kita belum berkenalan." ujar Anika berhenti di depan pintu, ia merasa perlu mengetahui nama laki-laki yang membawanya ini.

"Aku Anika Warandase, putri bungsu Waran Group yang sudah dibuang tapi sayangnya aku pewaris tunggal perusahaan besar itu." tambahnya gamblang, terkadang memang begitulah Anika memperkenalkan dirinya dengan orang asing.

Garis bibir laki-laki itu bergeser sedikit. "Perkenalan yang cukup mengesankan, nona. Saya, Regan Nandarinda, pemilik tunggal Naran Group. Senang mengenalmu." ujar Regan mengulurkan tangan.

Naran Group? Kompetitor dari Waran? Mengejutkan sekali. "Senang berkenalan dengan anda, tuan." balas Anika tersenyum manis.

Keduanya berjalan masuk setelah dipersilahkan oleh Regan. Terserah ia masuk ke lubang buaya, kandang singa atau apapun itu tapi setidaknya tempat ini lebih baik dari pada rumah keluarganya ataupun rumah suaminya.

"You want to sleep with me?"

Anika berhenti melangkah mendengar itu. "Oke. If you do not mind? Why not. Just sleep, nothing else." ujar wanita tersenyum mengandeng lengan Regan.

"Oke, for this time."

Keduanya berjalan ke kamar utama yang berada di lantai dua rumah itu. Regan berbaring terlebih dahulu lalu disusul oleh Anika, wanita itu berbaring sembari mendekatkan diri ke tubuh laki-laki itu. Tidak ada penolakan dari Regan, laki-laki itu mendadak merasa nyaman berada di samping Anika dipeluk wanita itu seperti sekarang ini dan akhirnya keduanya terlelap.

✨✨✨

Cahaya matahari mengintip lewat jendela, netra coklat terang Anika terbuka. Ada tangan besar menimpa perutnya, ia menoleh ke kanan terlihat wajah tampan yang ditumbuhi bulu-bulu di area dagunya.

Tangan wanita itu terangkat, mengelus bulu-bulu tersebut membuat erangan kecil terdengar. Netra hitam pekat itu terbuka. "Apa yang kamu inginkan, Anika?" tanya suara berat itu, mengikis jarak di antara keduanya.

Anika mendekati telinga Regan. "Morning kiss, maybe?" ujar wanita itu gamblang.

Regan mengecup bibir Anika singkat. "Anything you want, lady." ujar laki-laki itu tersenyum tipis.

Anika melirik jam yang ada di nakas belakang Regan. "Sepertinya kita harus menyudahi kegiatan ini, karena aku harus segera pergi untuk mengurus apa yang telah menjadi milikku agar tidak direbut oleh mereka." ujar wanita itu.

Regan mengendurkan pelukan di tubuh Anika. "Akan saya antar."

Anika mengangguk seadanya lalu bangun begitu juga dengan Regan. "Kau bisa mandi terlebih dahulu, biar saya yang mengurus pakaianmu." ujar laki-laki itu.

"Terima kasih." Anika berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamar Regan setelah diberi petunjuk laki-laki itu.

Sementara itu, Regan mengambil ponselnya menelpon sang sekertaris untuk mengirimkan satu set pakaian wanita ke rumahnya. Ini pertama kalinya Regan jatuh dalam pesona wanita hanya dalam waktu satu malam dan itu adalah seorang istri yang telah disia-siakan suami dan keluarganya sendiri.

Semoga kali ini, hati dan pikiran menjadi sejalan agar ia tidak mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Regan mengetahui bahwa hal ini berbahaya, apalagi ia sedang bermain dengan salah satu kompetitornya yang bisa saja kapan saja menghancurkan dirinya dan juga keluarganya nanti.

Tapi semoga saja, kali ini tidak ada masalah untuk hubungannya dengan Anika karena ia ingin lebih dekat dengan wanita itu apapun caranya dan apapun resikonya nanti.

🥑🥑🥑

Violaaaa
Akhirnya bisa update cerita lagi
Semoga banyak yang suka untuk cerita aku kali ini...

Salam Hangat
A.H

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Everything You Never HadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang