Superman is Dad

2.2K 330 96
                                    

Kiw

Selamat membaca! 

----

Pukul 19.00 waktu setempat. Mas Nonu berdiri didepan ruang ICU bareng Uji digendongannya. Setelah mendapat kabar tak enak dari si Ayah tadi siang, Papi Jojo langsung mengarahkan mereka ke bandara agar segera berangkat ke Solo dengan pesawat pribadi milik Ayah. Maka tepat pukul dua siang tadi, Ayah dan Papi beserta ke empat anak Abah langsung pergi ke Solo.

Walaupun kurang tepat, tapi ini pembuktian kalo si Ayah Johan Haidar itu juga orang kaya.

Uji ngeliat ketempat Abah terbaring. Laki-laki yang selama ini kuat didepannya sekarang harus tertidur dengan banyak perban, selang dan alat-alat lain disekitarnya. Mau tidak mau bocah tk yang sebentar lagi berseragam merah-putih itu harus mendengar secara rinci kronologis kecelakaan Abah.

Uji mendengar semua. Cerita Om Jek dimulai dari Abah yang berdebat hebat dengan orang yang menipu Abah sampai gimana si penipu melayangkan dua gelas ke kepala Abah. Dilanjutkan dengan mobil yang datang entah dari mana menabrak tubuh Abah yang berjalan ke mobil Om Jek dengan kepalanya yang diperban.

Ketika Mas Nonu merasakan sakit yang amarah dan rasa sedih yang teramat sangat, maka Uji merasa lebih dari itu.

Kak Jun, Bang Oci, Papi dan Ayah sedang mengurus perkara serius ini. Dari yang Uji dengar, Bang Oci berhasil memecahkan dua botol sirup yang entah didapat dari mana ke kepala oknum yang tadi siang melempar gelas ke Abah.

"Mas," panggil Uji pelan

"Hm?"

"Uji pengen nangis"

Mas Nonu ngelus rambut Uji dan nempelin kepala Uji dipundaknya, "Nangis aja, Mas disini, Dek"

Uji menggeleng, "Tapi gak bisa, Mas. Air matanya gak mau keluar"

Bukan Uji, justru air mata Mas Nonu yang jatuh di pundak Uji. Jari-jari kecil Uji ngehapus air mata di pipi Mas Nonu, "Nangis aja, Adek disini, Mas"

Mas Nonu gak sanggup. Menjauh dari tempatnya berdiri tadi, Mas Nonu berjongkok disudut koridor rumah sakit dan Uji berdiri didepannya. Mas Nonu meluk perut Uji untuk menyembunyikan wajahnya.

Dari jarak 3 meter, Kak Jun dan Bang Oci ngeliat semuanya. Gimana runtuhnya pertahanan Mas Nonu yang biasanya paling kuat diantara mereka. Bang Oci lebih dulu jalan mendekati kembaran dan adiknya itu. Niat awal Bang Oci adalah menenangkan Uji dan Mas Nonu tapi Bang Oci gak bisa. Bang Oci ikut menangis sambil memeluk Uji dan Mas Nonu.

Kak Jun ngeliat kearah kanan. Entah untuk siapa, tapi Kak Jun tersenyum tegar ketika melihat ke Abah yang terbaring di tempat tidur pesakitan itu.

Juna bakal kuat kok, Bah. Kata si sulung dalam hatinya. Bukan untuk Abah kata-kata ini, melainkan untuk menguatkan dirinya sendiri.

Kak Jun berjalan ke arah tiga saudaranya dan menarik Bang Oci serta Mas Nonu untuk berdiri. Kak Jun ngebawa Mas Nonu dan Uji kepelukannya, "Gapapa, gapapa, gue disini"

Ini yang buat Mas Nonu sering salut sama Kak Jun. Dia bakal jadi satu-satunya orang yang bertahan untuk tidak mengeluarkan air mata ketika keadaan mereka tidak baik-baik saja. Kak Jun akan menjadi satu-satunya orang yang tetap bertingkah konyol untuk menjaga senyum orang-orang terdekatnya.

"Duduk aja yok. Kata Dokter jantung, mewek sambil berdiri gak enak. Pake rendang mau gak? Biar enak"

Gak lucu kan? Gapapa, namanya juga usaha.

Tapi walaupun gitu, Bang Oci sama Mas Nonu tetap senyum walau tipis banget.

Anak-anak Abah duduk dibangku rumah sakit. Kak Jun duduk diantara kembarannya yang menyandarkan kepala mereka ke bahu Kak Jun. Sementara Uji duduk dipangkuan Kak Jun dengan mata yang terpejam. Yak, terlalu lelah menangis, Uji sampai ketiduran.

3D(uda)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang