Terhitung dua setengah jam atensi Kenma terfokus pada PC di hadapannya, total abai dengan eksistensi si rambut legam yang memperhatikan dari sudut ruangan. Detik demi detik berlalu, menit demi menit terlewati, namun tak sepatah katapun terucap dari bibir Kenma selain reaksi atas game yang terpampang di PC mahalnya.
"Kalau gini caranya aku pulang deh kak. Kamu pacaran aja sama PC mu terus-terusan, lebih penting dia kan daripada aku."
Tersentak pelan, Kenma menekan tombol pause, menyingkirkan mouse, serta meletakkan headset gaming yang tersampir apik di lehernya ke meja. Bibirnya mencetak senyum samar sebelum memutar kursi menghadap Eden, kekasihnya.
"Apa? Baru ingat ya kalau pacarnya nungguin dari tadi?"
"Kamu kesel?"
Asap imajiner menghiasi atas kepala Eden, jelas, dirinya sedang emosi dan marah besar. Rencana untuk menghabiskan waktu dengan sang kekasih di hari libur menjadi berantakan, karena sejak ia datang Kenma hanya terfokus dengan PC dan game miliknya.
"Coba pikir sendiri deh, anggapmu aku disini cuma nyamuk ya? Lihatin kamu sayang-sayangan sama mouse dari tadi, bicara cerewet banget sama lawan main-mu, giliran aku ngomong nggak ditanggapin, apasih kak, kalau nggak mau diganggu waktunya itu ya ngomong, jadi aku nggak usah repot-repot kesini, percuma." Eden menghela nafas kasar, ingin hati memukul Kenma sampai puas, sampai emosinya tersalurkan, namun mana tega ia? Kepalang bucin pada maniak game itu.
Bukannya takut, kenma justru terkekeh pelan mendengar omelan demi omelan yang diberikan kekasihnya, karena jarang sekali Eden bersikap ekspresif seperti ini. Selama ini Eden hanya tetap diam dan menerima apapun perilaku Kenma terhadapnya, terlampau malas untuk marah, karena banyak membuang energi katanya, mirip sekali kepribadiannya dengan Kenma.
"KOK KAKAK KETAWA? DIKIRANYA LUCU YA? DIKIRANYA AKU NGGAK BISA MARAH YA? DIKIRANYA AKU BERCANDA YA? DIH, NYEBELIN BANGET, PACAR SIAPA SIH KAMU?"
"Pacarnya Eden." Jawab Kenma santai, total membungkam mulut Eden, tak lupa dengan semburat merah muda tipis yang mulai nampak di tulang pipinya.
"Apasih. Dangdut banget jadi orang." Eden menunduk, berpura-pura sibuk membereskan barang-barang karena tak berani untuk sekadar menatap ke depan. Kozume Kenma tengah memandanginya, jelas itu tak baik untuk kesehatan jantung si surai legam.
Tertawa kecil, Kenma dibuat gemas setengah mati dengan tingkah kekasihnya. "Lhoh kan benar. Pacarnya Kenma cuma Eden, kamu."
Kenma berdeham pelan, mundur hingga bersandar nyaman di kursi gaming-nya, memberi sedikit ruang di antara kaki, lalu menepuk pahanya beberapa kali.
"Sini, kakak juga kangen sama kamu."
Eden tak menjawab, masih berada dalam mode marahnya, jelas susah untuk dibujuk.
"Sayang, ayo sini?"
"Sayangnya kak Kenma?"
"Cintanya kak Kenma?"
"Manisnya kak Kenma?"
"Sweetheart?"
"Sunshine?"
"Kak Kenma-nya mau minta maaf ini lhoh, udah cuekin pacarnya yang paling manis dua jam lebih, nakal banget ya kak Kenma? Padahal pacarnya jauh-jauh datang kesini malah total kena cuek." Eden mengangguk semangat, karena benar, Kenma sudah nakal sekali hari ini.
Senyum Kenma semakin lebar, dua tangannya ia taruh di telinga, seperti siswa yang tengah dihukum oleh gurunya. "I'm sorry babe, please forgive me?"
Eden mendongak, mendapati Kenma berpose seperti itu ditambah wajahnya yang dibuat memelas, benar-benar membuat Eden tak dapat berkutik, dan lagi, ia menyadari bahwa Kenma merupakan kelemahan terbesarnya, tak akan sanggup marah dalam jangka waktu panjang.
Maka dengan segera ia bangkit dan berlari kecil ke arah Kenma yang tengah tersenyum manis dan merentangkan tangannya lebar. Eden duduk di pangkuan Kenma dengan tangan Kenma yang melingkar apik di sekitar pinggangnya.
"Kakak dimaafin Eden nggak? Marahnya udah selesai atau belum?" Eden tak menjawab, justru melingkarkan tangan di sekitar leher Kenma dan mengusal di dadanya.
"Gemas banget Eden, pacarnya kak Kenma, kesayangannya kak Kenma—" mulut Kenma dibungkam oleh sebelah tangan Eden, sengaja, karena sekali lagi, mulut manis itu sangat berbahaya bagi kesehatan jantungnya.
Kenma menggenggam tangan yang lebih kecil darinya itu, mencium punggung tangannya lembut dan sayang. Netranya beralih ke eksistensi Eden yang tengah bersembunyi di pelukannya, persis seperti kucing kecil yang ingin dimanja.
"Tau nggak? Eden kalau marah gemesin, bibirnya gerak-gerak terus, lucu. Jadi pengen cium."
"KAK KENMA BISA DIEM DULU NGGAK? TADI AKU DICUEKIN, SEKARANG JANTUNGKU DIBERANTAKKIN, TEGA BANGET. KAK KENMA PACAR ATAU PENJAHAT SIH? AKU UDAH—"
Eden total bungkam saat belah bibirnya merasakan sesuatu yang hangat dan manis, bibir Kenma. Pipinya semerah tomat, bahkan Eden malu untuk membayangkan kondisinya sekarang.
Ciuman singkat itu diputus oleh Kenma, ia menangkup wajah sang kekasih dan memandanginya dengan tatapan memuja. Ibu jari Kenma mengelus pelan pipi Eden yang tengah merona hebat. Menggemaskan.
"Eden kesayangan kak Kenma."
Kenma mengecup dahi Eden dengan sayang.
"Kak Kenma minta maaf ya, udah nakalin kamu hari ini."
Beralih mengecup pucuk hidung Eden lembut.
"Eden mau kan maafin kak Kenma? Gantinya, malam ini Eden nginep disini, aku nggak akan sentuh-sentuh PC, perhatian buat Eden semua. Eden kalau mau jajan bilang aja, nanti dibeliin semuanya, sesuka Eden."
Kenma mengecup kedua pipi halus Eden.
"I'm sorry sunshine, I love you so much."
Kenma kembali mendekatkan wajahnya ke Eden, memiringkan kepala dan mencium bibir ranum Eden lembut. Dilumatnya bibir Eden pelan, menyesap rasa manis yang tertinggal di belah bibir itu. Eden membalas ciuman Kenma, mengeratkan pelukan di leher Kenma dan meremat rambut panjang kekasihnya. Berakhir dengan Eden yang pasrah saat Kenma menggigiti kecil bibirnya dan lidah lelaki itu bermain di rongga mulutnya.
"Mmhh kak—"
Tangan Kenma mengelus pinggang Eden perlahan sekaligus menariknya mendekat hingga mereka nampak menempel satu sama lain. Tangan itu hendak menyusup ke dalam sweater Eden namun ditahan oleh empunya, Eden mengakhiri ciuman dan menatap lembut tepat ke netra Kenma.
"Kakak, no." Eden tersenyum manis, memberikan kecupan kupu-kupu di atas bibir Kenma.
"Hm, no?" Kenma kembali mengecup kening Eden sayang.
"Okay then, anything for my sunshine. If you say no then it's no for me. So, cuddles?"
Eden tersenyum cerah, membalikkan posisi hingga menghadap Kenma sepenuhnya, kedua kakinya ia lingkarkan ke pinggang Kenma. "Uhum, cuddles! No game, no PC, no handphone, no PSP, just Eden and Eden only!"
Digigitnya pucuk hidung Eden gemas, "Alright little captain! Just Eden and Eden only, I'm promise. What about some snack?"
"Apple pie for my Kozume Kenmiaw, and pizza for me! hehe" Eden tertawa geli saat Kenma terus saja mengecupi seluruh wajahnya, wajar, Kenma tengah merasa sangat sangat gemas kepada kekasih kecilnya itu.
Cuddles, kisses, random talks, snacks, and Eden. Salah satu malam favorit bagi Kenma, asalkan Eden berada di sisinya. Setelah ini ingatkan Kenma untuk tidak mengabaikan kekasihnya karena terlalu asyik bermain game!
Karena walaupun Kenma menyukai Eden yang terlihat cerewet dan ekspresif, ia jauh lebih menyukai Eden yang tersenyum manis ke arahnya, di pelukannya.
_________
— end on 1066 words.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshot Collection - Kozume Kenma x OC (free gender)
FanfictionBunch of Kenma x OC fic because why not? Kozume deserve it, and you deserve him too. ________ First upload on my Facebook roleplayer account : Kozume Kenma Second upload on my Twitter Third upload on my wattpad account @damaniarchieve DON'T YOU DARE...